"Nenek."
Grace berlari menghampiri Matilda yang tengah melayani pembeli. Anak kecil itu memeluk nenek sejenak sebelum akhirnya duduk di kursi kayu sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya. Tak lama Sabina datang dan turut duduk di samping Grace.
Begitu selesai melayani pembeli, Matilda duduk di dekat keduanya, "Bagaimana perjalanan kalian ke perpustakaan kota? Ada kendala?"
"Seru nek." ucap Grace memperlihatkan gigi-giginya yang rapi, "Kami juga bertemu dengan putra mahkota Brian dan kak Sabina diberikan pekerjaan olehnya."
Matilda tampak terkejut, lalu menoleh ke arah Sabina.
Sabina mengangguk, "Iya nek. Besok aku akan ke istana Atlanterra untuk bertemu putra mahkota. Nenek dan Grace ikut ya, temani aku."
"Ke sana naik apa? Perjalanan ke sana pun tidak sebentar. Butuh waktu selama 1 hari."
"Kita bisa menyewa kereta kuda milik paman Paul, nanti aku akan membayarnya saat mendapat upah pertamaku."
"Tapi masuk ke wilayah istana Atlanterra tidak bisa sembarang, nak. Yang ada nanti kita diusir karena dengan lancang berani masuk ke wilayahnya."
"Nenek tenang saja. Aku diberikan ini sama putra mahkota." ucap Sabina menunjukkan pin anggota kekaisaran itu.
Matilda mengambil pin tersebut dan memperhatikan dengan seksama, "Baiklah. Besok kita ke sana, simpan ini baik-baik." ucapnya mengembalikan pin tersebut pada Sabina.
"Yeay.. besok ke istana." seru Grace dengan begitu riang sambil menggoyangkan badannya, membuat Sabina dan Matilda tertawa.
"Oh ya nek. Selama aku dan Grace pergi, tidak ada yang menyakitimu kan? Aku takut ada yang dendam karena aku membuat preman pasar babak belur."
"Tidak ada, nak. Hanya orang-orang yang bertanya tentang siapa kamu sebenarnya. Justru aku yang terkejut karena kamu bisa mengalahkan mereka semua."
Sabina terkikik, "Sebenarnya di negaraku dulu, aku bekerja sebagai Intelijen negara, yang di mana harus menguasai beberapa ilmu bela diri dan juga penggunaan senjata tajam."
Matilda mengangguk mengerti, "Tapi lain kali, kamu tidak bisa sembarang begitu. Walaupun kamu bisa ilmu bela diri, tapi satu lawan banyak orang tetap saja resikonya besar." ucapnya menasehati.
"Iya nek. Aku mengerti." ucap Sabina menggenggam tangan Matilda penuh ketenangan.
"Jadi, apa kamu menemukan sesuatu di perpustakaan?"
Sabina menghela napas lalu menggeleng pelan, "Aku hanya menemukan buku-buku tentang sejarah kekaisaran Neverland, itu pun secara garis besar. Ada versi lengkapnya, tapi dikunci di rak khusus, hanya orang-orang penting yang boleh membacanya."
"Tidak apa-apa, kamu bisa mencarinya pelan-pelan. Lagi pula kamu akan bekerja pada putra mahkota, kamu bisa bertanya padanya."
Sabina menjentikkan jarinya, matanya berbinar-binar, "Benar juga. Baiklah, aku akan bertanya padanya nanti."
Mereka pun lanjut berbincang banyak hal, Sabina membantu Matilda melayani pembeli, dan terkadang mengajak Grace bermain. Hingga tidak terasa, waktu sore pun tiba. Sabina dan Matilda pun merapihkan barang dagangan untuk menutup kedai mereka.
Para pedagang yang lain pun turut menutup kedai-kedai mereka. Tak lama, Paul datang dengan kereta kudanya. Sabina dan Matilda menaikkan kotak-kotak kayu ke dalam gerobak yang ditarik oleh kereta kuda. Setelahnya mereka naik ke kereta kuda dan kereta kuda itu pun bergerak meninggalkan area pasar.
"Paman Paul.. aku memiliki kabar gembira untukmu." ucap Sabina mendekat pada Paul yang sedang fokus mengendarai kereta kuda.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Neverland
FantasíaDunia ini tidak ada ujungnya, dia adalah permulaan, juga merupakan akhir.