Grace tidak bisa menahan teriakannya saat Maverick membawanya terjun bebas ke dalam jurang. Tubuh keduanya bergerak ke sana kemari seiring dengan kecepatan kuda hitam itu berlari menuruni jurang tersebut.
Michelle memeluk tubuh Grace dengan erat, berjaga-jaga agar anak kecil itu tidak terpental. Keduanya tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan mereka. Hingga akhirnya Maverick menghentikan laju larinya begitu mereka terbebas dari jurang tersebut.
Tubuh Michelle dan Grace sampai terantuk ke depan karena kuda hitam itu yang mengerem mendadak. Saking lemas nya, keduanya terjatuh dari tubuh Maverick dan berguling di rerumputan dengan napas terengah-engah.
Tubuh Grace gemetar, wajahnya pucat, jantungnya berdegup begitu cepat, energi tubuhnya benar-benar terserap habis, dan kedua matanya yang sempat terpejam pun terbuka perlahan-lahan, menatap langit malam yang begitu indah dengan hamparan bintang dan bulan sabit.
"Apa aku sekarang berada di surga?"
Pertanyaan konyol Grace membuat Michelle yang tengah ikut menatap langit pun tertawa, sedangkan Maverick memutar bola matanya malas. Kuda hitam itu menatap sekitarnya, mencoba mengingat-ingat sedang berada di mana mereka saat ini.
"Sayangnya kamu berumur panjang, Grace. Jadi belum saatnya kamu berada di surga."
Grace menghela napas. "Tubuhku lemas."
"Aku juga."
"Maverick. Bisakah kita istirahat di sini sebentar?"
Maverick mendorong tubuh Grace dan Michelle menggunakan kaki depannya, bermaksud menyuruh mereka untuk bangun.
"Maverick. Kita masih lemas."
Maverick meringkik dengan keras.
"Oke-oke. Kita bangun," ucap Michelle dengan terpaksa bangun dari acara berbaringnya. Ia menarik tubuh Grace yang masih begitu lemas dan menggendong tubuh anak itu.
Keduanya pun kembali naik ke atas tubuh kuda hitam itu dan mereka melanjutkan perjalanan dengan Maverick yang berjalan sedikit lebih santai, seolah paham jika kedua manusia itu masih dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Sekarang kita harus ke mana? Apa hutan Érenn masih jauh?"
Sayangnya tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Michelle, karena Grace yang sudah pasti tidak tahu apa-apa dan Maverick yang jika bersuara, sudah pasti Michelle tidak mengerti dengan bahasa hewan.
Grace bersandar pada tubuh Michelle dan menatap jalanan yang mereka lalui dengan tatapan kosong. "Sosok berjubah hitam tadi, sosok yang sama dengan yang melukai perut kak Sabina waktu lalu."
"Ya. Mereka jahat. Mereka juga yang menusuk bahu kak Brian waktu mengantar kaisar Kenneth pulang ke kekaisaran Wonderland."
"Kenapa harus ada orang jahat di dunia ini? Hidup senang dan saling tolong menolong, pasti dunia akan damai."
Michelle tersenyum mendengar ucapan Grace. "Karena itulah kehidupan, Grace. Ada atas ada bawah, ada kanan ada kiri, ada manis ada pahit, begitu pun ada baik dan ada jahat. Semuanya hidup berdampingan."
"Tapi ini kali pertama aku bertemu dengan orang jahat yang levelnya sudah berada di atas rata-rata."
"Ya. Kamu benar. Demi memuaskan nafsu sesaatnya, mereka sampai menghancurkan apa pun yang menjadi penghalangnya. Nyawa seseorang tidak ada harga dirinya di mata mereka."
Mereka terus berbincang banyak hal, sedangkan Maverick hanya menjadi pendengar yang baik. Hingga tidak terasa, langit malam yang menyelimuti bumi berganti secara perlahan dengan matahari yang mulai menunjukkan atensinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Neverland
FantasyDunia ini tidak ada ujungnya, dia adalah permulaan, juga merupakan akhir.