💫 - Tiga Puluh Sembilan

652 55 0
                                    

Kelima perahu yang membawa mereka menuju wilayah Glimmer menepi di pinggir sungai, karena Martin Rodrigo, marquess dari kerajaan Crasmere sudah tidak bisa menahan untuk membuang air kecil.

Sebenarnya, Niamh sudah memperingati mereka untuk berhenti saat malam hari saja, karena para makhluk aneh itu lebih aktif saat matahari terbit. Tapi jika keadaannya seperti ini, mau tidak mau mereka menepi.

"Jangan terlalu jauh," peringat Rowland pada Martin.

Martin mengangguk dan bergegas pergi masuk ke dalam hutan untuk menuntaskan hajatnya. Selagi menunggu Martin, sebagian dari mereka memanfaatkan waktu untuk istirahat dan meregangkan tubuh karena lelah terus mendayung.

James berkacak pinggang sambil memperhatikan hutan tersebut, matanya memicing lalu mendekati Brian yang sibuk memeriksa pedangnya. "Sepertinya kita harus bergegas pergi dari sini."

"Kenapa?"

"Aku mendengar suara di dalam sana."

"Kalau begitu, cepat susul marquess Martin agar kita bisa segera pergi dari sini."

James mengangguk sambil menatap sekitarnya, ia pun menyadari sesuatu. "Di mana Sabina?!" Pekiknya begitu panik.

Mendengar ucapan James, mereka reflek ikut menatap sekitar dan tidak mendapati Sabina bersama mereka, hanya terdapat tas dan panah milik Sabina yang diletakkan di dekat bebatuan. Ke mana Sabina? Kenapa tiba-tiba wanita itu menghilang.

"Cepat cari Sabina!"

Perintah Brian dan membuat mereka berhamburan mencari wanita penting milik dewi Cliodhna itu. Perasaan panik menghantui mereka, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada wanita itu.

Brian yang sudah kalut karena mencari Sabina ke sana kemari, akhirnya bisa menghela napas lega saat melihat wanita itu yang tengah berdiri di depan sebuah patung. "Sabina!"

Sabina tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah Brian.

"Kenapa kau bisa berada di sini?! Kau membuat semua orang khawatir. Jangan ke mana-mana sendirian. Ingat, sekarang kita semua sedang dalam bahaya!"

Brian terlihat marah dan itu membuat Sabina merasa bersalah.

"M-maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuat kalian khawatir. Aku hanya--."

"Sudah. Ayo," ucap Brian sambil mengulurkan tangannya.

Sabina menerima uluran tangan Brian dan keduanya pun segera pergi dari sana. Sabina bisa merasakan jika Brian benar-benar marah sekaligus khawatir, terasa dari genggaman tangannya yang begitu erat.

"Sabina!"

Mereka memekik dan menghela napas lega saat melihat Sabina yang kembali bersama Brian. Berbeda dengan mereka yang lega Sabina kembali, James malah terfokus pada genggaman tangan mereka.

"Dari mana saja kamu?"

"Kenapa tiba-tiba menghilang?"

"Kamu tidak tahu betapa khawatirnya kami?"

"Jangan berpergian sendiri, itu berbahaya!"

Mereka beruntun memarahi Sabina dan membuat wanita itu meringis, semakin merasa bersalah. Sabina melepaskan genggaman tangan Brian, ia pun menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Maafkan aku."

"Sudah-sudah, yang penting sekarang Sabina sudah kembali. Yang jadi pertanyaan sekarang, kenapa Martin belum kembali? Lama sekali dia membuang air kecil."

Mereka kembali tersadarkan dan memutuskan untuk menyusul Martin. Berjalan beberapa saat, mereka terkejut melihat Martin yang sudah meregang nyawa dengan dua anak panah menancap di jantung dan perutnya.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang