💫 - Empat Puluh

644 56 12
                                    

"Kak Sabina!"

Grace berteriak dan langsung terbangun dari tidurnya dengan napas yang terengah-engah, membuat Michelle yang tertidur disampingnya ikut terbangun karena teriakan anak kecil itu.

"Ada apa, Grace?"

Tatapan Grace tampak kosong, tapi raut wajahnya seolah mengisyaratkan sesuatu. Ia mencoba mengatur napasnya dan menatap ke arah Michelle. "Tidak apa-apa. Aku hanya bermimpi."

Michelle mengusap kepala Grace. "Kamu yakin?" Grace mengangguk. Ia pun menghela napas. "Yasudah. Lebih baik sekarang kita bersiap, karena kita akan melakukan perjalanan panjang Grace."

"Ya."

Keduanya turun dari ranjang dan bersiap-siap untuk pergi ke hutan Érenn. Untuk perbekalan mereka sendiri sudah dipersiapkan sejak semalam. Memang setelah mendapat pesan dari Sabina, dua hari kemudian barulah mereka memutuskan untuk pergi ke hutan Érenn.

Elizabeth tidak henti-hentinya menangisi putrinya dan Grace yang akan pergi. Pasalnya keduanya akan tinggal di hutan Érenn dalam waktu yang tidak ditentukan.

Orang tua mana yang tidak sedih karena semua anaknya pergi meninggalkan istana, walaupun itu demi kebaikan mereka, tapi tetap saja Elizabeth begitu berat melepasnya.

Henry pun sama beratnya, tapi dia bisa menutupi perasaan sedih dan khawatirnya itu. Ia terus menenangkan istrinya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Begitu masalah ini selesai, mereka akan kembali berkumpul seperti biasanya.

Setelah persiapan semua selesai, kini mereka berada di depan istana untuk melepas kepergian Michelle dan Grace. Elizabeth memeluk putrinya dengan erat dan menangis begitu pilu, membuat Michelle mau tidak mau ikut menangis.

"Ibu. Jangan seperti ini, aku akan baik-baik saja."

"Aku tidak rela. Aku tidak mau kamu pergi, putriku."

"Sayang. Putri kita sudah besar, dia bisa menjaga dirinya sendiri selama perjalanan menuju hutan Érenn. Kamu harus mempercayainya."

Dengan berat hati Elizabeth pun melepaskan pelukannya dan Michelle beralih memeluk tubuh ayahnya. Henry berbesar hati memberikan beberapa wejangan untuk putrinya itu, walaupun tidak bisa dipungkiri ia juga sebenarnya sangat khawatir.

Henry melepas pelukannya dan kini Michelle menatap sang kekasih yang memang sengaja datang untuk ikut melepas kepergian Michelle. Chris menatap Michelle dengan tatapan sendunya dan memeluk tubuh kekasihnya itu.

"Belum apa-apa, aku sudah merindukanmu."

"Selama aku pergi, jangan beraninya kamu bermain dengan gadis lain, atau aku akan meminta kak Sabina untuk membunuhmu."

Chris tertawa pelan mendengar ucapan Michelle. "Semua yang aku inginkan ada di dalam dirimu, untuk apa aku mencari gadis lain?"

Mendengar ucapan kekasihnya itu, wajah Michelle pun bersemu merah. Ia mencubit perut Chris dan membuat pria itu pura-pura mengaduh kesakitan. Chris tersenyum dan menangkup wajah Michelle yang sembab karena habis menangis.

"Ingat semua pesan-pesanku dan orang tuamu. Hati-hati selama perjalanan dan aku percaya kamu bisa menghabisi para musuh dengan keahlian panahmu."

Michelle tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Setelahnya gantian Grace yang berpamitan pada mereka, pesan yang diberikan Henry, Elizabeth, dan Chris pada Grace tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan pada Michelle.

Cukup lama mereka melepas kepergian Michelle dan Grace, akhirnya kedua perempuan berbeda usia itu naik ke atas tubuh Maverick. Grace duduk di depan Michelle, keduanya memakai jubah yang menutupi kepala serta wajah mereka.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang