💫 - Enam Belas

930 85 16
                                    

Hari ini keluarga kekaisaran Wonderland akan pulang setelah tiga hari menginap di istana Atlanterra. Mereka bersalaman dan berpelukan untuk melepas kepulangan keluarga kekaisaran Wonderland itu.

Teresa memeluk tubuh Brian lalu mencium pipi pria itu sambil melirik pada Sabina. Sabina yang berdiri agak jauh di belakang Michelle berusaha bersikap biasa saja, sedangkan James yang berdiri di samping Sabina melirik kedua wanita itu tanpa ekspresi.

"Aku pasti akan merindukanmu," ucap Teresa melepas pelukannya.

"Pintu istana selalu terbuka untukmu, Teresa. Kapan pun kamu ingin berkunjung, datanglah. Brian juga nanti bisa berkunjung ke istana Eldritch," ucap Elizabeth menatap Teresa dengan lembut.

"Kami juga pasti akan berkunjung ke istana Eldritch untuk membahas pertunangan kalian," sambung Henry.

Teresa tersenyum dengan lebar dan lagi-lagi melirik ke arah Sabina. Lirikannya seolah mengatakan lihatlah, yang pantas bersanding dengan putra mahkota adalah aku. "Aku tidak sabar menunggu."

"Baiklah. Kami pergi dulu, terima kasih untuk jamuannya selama kami menginap di sini."

"Sama-sama. Sudah tugas kami memberikan jamuan yang terbaik."

Keluarga kekaisaran Wonderland itu pun naik ke atas kereta kuda dan kereta kuda itu bergerak meninggalkan istana Atlanterra.

"Ayo masuk," titah Henry pada mereka begitu kereta kuda milik kekaisaran Wonderland itu sudah tidak terlihat di persimpangan jalan. "Aku tunggu kalian di ruang kerjaku, terutama kau Sabina."

Sabina mengerjapkan matanya dan mengangguk hormat. "Baik kaisar."

Mereka pun berjalan lebih dulu, sedangkan Sabina masih terdiam di tempat. Kira-kira apa yang akan dibahas oleh kaisar Neverland itu? Seingatnya ia tidak memiliki kesalahan apa pun.

Sabina menarik napas dan berjalan cepat menuju ruang kerja kaisar, jangan sampai mereka menunggu terlalu lama.

Sabina masuk ke dalam ruang kerja kaisar, begitu dua penjaga di sana menyuruhnya untuk segera masuk karena sudah ditunggu. Semua mata langsung tertuju pada Sabina, membuat wanita itu salah tingkah.

Michelle menepuk-nepuk sisi sebelahnya dan Sabina pun duduk di samping putri mahkota kekaisaran Neverland itu.

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku menyuruhmu ke sini," ucap Henry yang membuat Sabina menganggukkan kepala. "Sabina.. aku ingin kau mengatakan semua hal tentang dewi Cliodhna dan jantung pohon kehidupan yang kau ketahui, termasuk mata kananmu yang bisa berubah warna."

Deggg.

Sabina terdiam dengan ekspresi terkejut yang tidak bisa ia sembunyikan, bahkan James turut kaget karena baru mengetahui jika Sabina mengalami hal itu.

Tubuh Sabina panas dingin, ada perasaan aneh dihatinya. Tidak menyangka jika mereka mengetahui itu semua secepat ini, bahkan soal matanya yang bisa berubah warna sekalipun.

Michelle menggenggam tangan Sabina yang terasa dingin, terlihat sekali jika wanita itu tengah gugup. "Tenanglah, kak. Kami hanya butuh kejujuranmu. Mungkin dengan kamu menceritakan semuanya, kita jadi tahu harus melakukan apa untuk mengatasi jantung pohon kehidupan yang mulai mengering."

Sabina menatap mereka satu persatu dan pikirannya langsung mundur ke belakang, kembali mengingat-ingat apa saja yang ia alami selama ini.

"Pertama kali aku memimpikan dewi Cliodhna saat aku baru pindah ke rumah nenek."

"Memangnya selama ini kau tinggal di mana?"

"Di wilayah kerajaan Crasmere, aku sebenarnya cucu dari kakaknya nenek." Sabina terpaksa berbohong karena ia masih belum siap menceritakan asal usulnya. Ia bisa dianggap gila jika mengatakan ia berada dari dunia lain yang lebih modern dan terdampar di dunia antah berantah ini.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang