Hari ini adalah hari di mana Sabina akan melakukan perjalanan ke wilayah Glimmer bersama Brian, James, dan ketujuh bangsawan kekaisaran Neverland.
Ia keluar dari kamarnya sambil menggendong tubuh Grace. Anak itu demamnya sudah turun, hanya tinggal lemasnya saja. Sabina berjalan di lorong istana sambil memperhatikan lukisan pada legenda Neverland.
Ia berhenti di depan lukisan dewi Cliodhna, menatap lukisan itu dengan seksama, seolah sedang menyimpannya ke dalam memori. Ia menarik napas dan kembali melanjutkan langkahnya.
Sesampainya di depan istana, mereka sudah berkumpul menanti kedatangan Sabina. Ia menurunkan tubuh Grace dan menggenggam tangan anak itu, menatap wajah Grace yang masih terlihat pucat.
Tidak ada ucapan apa pun yang keluar dari mulut mereka. Tatapan keduanya sudah menjelaskan apa yang Sabina dan Grace rasakan. Sabina tersenyum lembut, mengusap wajah anak itu, merekam setiap inci wajah Grace.
Sabina beralih pada Michelle. Putri mahkota kekaisaran Neverland itu memeluk Sabina dan menangis dengan begitu pilu. Sabina membiarkan dan mengusap punggung Michelle bermaksud menenangkan.
"A-aku akan merindukanmu... Hiks."
"Aku juga."
"Jaga dirimu baik-baik dan jangan telat makan. Aku percaya padamu."
Sabina mengangguk dan tersenyum menenangkan. Ia beralih pada Elizabeth dan Henry. Kaisar dan permaisuri kekaisaran Neverland itu bergantian memeluk Sabina serta memberikan beberapa wejangan untuknya.
Setelahnya James memberikan busur dan panah pada Sabina yang langsung wanita itu kenakan di belakang punggungnya. Ia juga memasukkan pedang milik dewi Cliodhna ke dalam sarung pedangnya yang diikatkan ke pinggang.
Mereka yang akan melakukan perjalanan jauh nan berbahaya itu berdiri rapi menghadap kaisar Henry. Henry maju selangkah, kedua tangannya ia takutkan di belakang tubuh, menatap satu persatu wajah mereka.
"Hari ini, Sabina de Valera akan menuju wilayah Glimmer. Bagi kalian yang menemaninya, tidak boleh melenceng darinya karena dalam perjalanan ini dia adalah pemimpinnya. Selamat jalan, tetaplah dengan tujuan kalian yaitu menghancurkan proses pemanggilan arwah Daragh. Semoga restu para legenda terdahulu menyertai kalian."
Mereka mengangguk dengan kompak lalu menoleh ke arah Sabina. "Kami menunggu perintahmu, Sabina."
Sabina tampak menarik napas, menggenggam pegangan pedang dewi Cliodhna. Ia menatap mereka satu persatu lalu menganggukkan kepalanya. "Ayo."
Mereka pun menghampiri kuda masing-masing dan menaikinya. Sabina berdiri di samping Maverick, keduanya saling berhadapan. Kepala Sabina dan Maverick bersentuhan dengan memejamkan kedua matanya.
Setelahnya, Sabina naik ke atas punggung Maverick. Ia menoleh ke belakang, menatap ke arah Grace dan yang lainnya. Michelle dan Elizabeth melambaikan tangannya, sedangkan Grace menatap Sabina dengan menangis dalam diam.
Sabina mengulas senyumnya, lalu menyentak kekangan kudanya dan Maverick pun berlari meninggalkan istana Atlanterra. Brian bersama yang lain memimpin jalan, sedangkan Sabina berada di belakang mereka.
Bayangan wajah Grace yang menangis dalam diam terlintas dipikirannya. Hatinya sakit melihat ekspresi anak itu dan rasa bersalah terus menghantui hatinya. Kata maaf hanya bisa ia ucapkan dalam hati.
Kini Sabina menatap orang-orang yang tengah bersamanya saat ini, memperhatikan mereka yang berada didepannya memimpin jalan. Tugasnya cukup berat, selain menghancurkan Daragh beserta pengikutnya, ia juga harus memastikan bahwa orang-orangnya ini harus kembali dengan keadaan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Neverland
FantasyDunia ini tidak ada ujungnya, dia adalah permulaan, juga merupakan akhir.