💫 - Dua Puluh Tujuh

797 64 26
                                    

Bunyi pedang yang saling beradu terdengar cukup nyaring di tempat latihan istana Atlanterra. Sabina dan James terlihat begitu serius berlatih pedang, sedangkan Brian mengawasi mereka di pinggir lapangan.

"Berhenti," ucap Brian menghampiri mereka. "Sabina. Kamu tidak bisa menggerakkan pedang seperti itu, itu akan membuat tanganmu terkilir. Biar aku contohkan."

Brian mengambil pedang yang Sabina pegang, lalu memberikan contoh bersama James. Sabina memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak pernah tidak terkesima melihat kelihaian Brian, James, dan para ksatria saat menggunakan pedang.

Terlihat sekali jika mereka orang-orang terlatih. Sabina sendiri memutuskan untuk berlatih pedang karena tidak mungkin juga ia hanya mengandalkan kekuatan dewi Cliodhna. Ia harus memiliki keahliannya sendiri, anggap saja kekuatan dewi Cliodhna itu bonus.

"Paham?"

Sabina mengangguk. "Ya."

"Coba lagi," ucap Brian mengembalikan pedang itu pada Sabina.

Sabina menggenggam pedang itu dengan erat dan kembali bertarung dengan James. Brian mundur beberapa langkah, kembali memperhatikan taktik pedang mereka.

Sabina menyerang dan James menangkis, begitu pun sebaliknya. Sampai ketika Sabina terlalu bersemangat, ia hampir saja menebas leher James, kalau saja pria itu tidak sigap menghalau pedang yang Sabina gunakan.

"Wow. Santai dewi Cliodhna."

Sabina langsung panik. Ia menjatuhkan pedangnya dan memeriksa leher James. "Maaf... Maaf. Aku tidak sengaja. Aku terlalu bersemangat."

"Tidak apa-apa," jawab James sambil menepuk-nepuk bahu Sabina. "Lanjut?"

"Kita istirahat dulu. Boleh?"

"Baiklah." James mengangguk lalu membereskan pedang yang mereka gunakan untuk latihan.

Setelah sesi latihan berpedang selesai, Brian pun mengajak Sabina untuk masuk ke dalam istana. Ia tiba-tiba teringat ingin mengajak Sabina ke ruangan tempat di mana benda pusaka peninggalan para legenda Neverland itu disimpan.

Tentu saja Sabina tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia langsung setuju di ajak ke sana. Karena ia sendiri baru tahu ada ruangan tempat menyimpan benda-benda bersejarah itu.

Ruangan itu terletak di bawah tanah, berdekatan dengan penjara istana Atlanterra. Brian membuka pintu penghubung menuju ruang bawah tanah, Sabina langsung terdiam saat hembusan angin yang tidak biasa mengenai wajahnya.

Tangga menuju ruang bawah tanah cukup gelap, hanya diterangi oleh obor di dinding ruangan tersebut. "Ayo." Ajak Brian dan berjalan lebih dulu, disusul Sabina dibelakangnya. "Hati-hati. Perhatikan jalanmu."

"Hmm." Sabina bergumam.

Setelah menuruni anak tangga yang menurut Sabina cukup panjang, seperti menuruni ruangan 3 lantai jika berada di dunianya. Akhirnya mereka pun sampai di lantai paling bawah.

Sabina memperhatikan ruang bawah tanah yang ternyata cukup luas, terdapat lorong yang di mana berisi penjara-penjara untuk para pengkhianat kekaisaran Neverland.

"Sebelah sini," ucap Brian berdiri di depan pintu merah dengan ukiran lambang kekaisaran Neverland.

Sabina menatap Brian yang sedang membuka kunci ruangan tersebut. Ia geleng-geleng kepala melihat kerumitan dalam membuka kunci ruangan tersebut. Mungkin karena ruangan itu berisi benda-benda penting, jadinya harus sedetail itu dalam menjaganya.

"Mari masuk," ucap Brian begitu berhasil membuka ruangan tersebut.

Hal pertama yang dilihat oleh Sabina adalah kegelapan. Brian pun menyalakan obor di sana dan detik berikutnya Sabina tercengang dengan mulut menganga melihat isi ruangan tersebut.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang