💫 - Tiga Puluh Lima

685 57 18
                                    

James membantu Brian untuk berdiri setelah kondisinya membaik. Samar-samar mereka bisa mendengar suara gelembung air dari sungai. Mereka pun serentak menoleh ke arah sungai tersebut. Tak lama kemudian, tanaman sulur yang jauh lebih besar muncul dari dalam sungai.

"Masuk ke dalam tambang!"

"Lari!"

Mereka pun masuk ke dalam tambang Loch dan tanaman sulur itu bergerak begitu cepat mengikuti mereka. Sayangnya, kuda-kuda yang mereka bawa harus tertangkap oleh tanaman sulur tersebut, kecuali Maverick.

Kuda itu dengan gesit menghindari jeratan tanaman sulur hingga berhasil masuk ke dalam tambang. Sabina berlutut dengan satu kaki di depan pintu tambang Loch sambil meletakkan kedua tangannya di tanah.

Tambang Loch berguncang hebat dan membuat yang lain panik. Setelahnya pintu tambang Loch itu runtuh hingga menutup akses jalan mereka. Guncangan itu pun berhenti, tubuh Sabina sedikit oleng ke depan dan napas wanita itu terengah-engah dengan dadanya yang sesak.

George menghampiri Sabina sambil memegang bahu wanita itu. "Kamu tidak apa-apa?"

Sabina mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja, grand duke. Kalian sendiri tidak apa-apa?"

"Ya."

"Maverick?" Sabina menghela napas lega saat melihat kuda milik dewi Cliodhna itu, lalu menyadari sesuatu. "Eh... Kuda yang lain?"

"Mereka sudah terjerat tanaman itu."

Sabina mengerjap dan menonjok tanah yang ia pijak. Ia merasa gagal karena tidak berhasil melindungi kuda-kuda tersebut. Ia menegakkan punggungnya, berarti Blaze? Sabina menoleh ke arah James dan pria itu tersenyum menenangkan.

"Aku berusaha mengikhlaskan," jawab James seolah mengerti dengan tatapan Sabina. Ia berusaha tegar, walaupun matanya terlihat jelas berkaca-kaca.

Sabina bersimpuh. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia menangis begitu pilu. Menyalahkan dirinya sendiri yang tidak becus menjaga mereka. "A-aku gagal."

Mereka mendekat ke arah Sabina dan menenangkan wanita itu. Meyakinkan Sabina, bahwa mereka tidak masalah jika kuda-kuda mereka harus mati begitu saja. Karena yang terpenting sekarang adalah mereka bisa mengalahkan Daragh.

"M-maafkan aku."

James berlutut di hadapan Sabina, menangkup wajah cantik Sabina dan menghapus air matanya dengan lembut. "Sekarang, bukan waktu yang tepat untuk memikirkan kuda. Kita harus bergegas pergi dari sini."

Sabina menghentikan tangisannya dan menganggukkan kepalanya. "Ya."

"Sekarang bagaimana kita keluar dari tambang Loch? Kita tidak bisa mencari jalan lain jika di depan sana para anak buah daragh mengganggu kita."

Sabina kembali sadar jika apa yang ia lakukan ternyata salah. Ia menatap penuh sesal pada mereka. "Maafkan aku." Ia hanya berpikir jika menghancurkan pintu tambang loch, tanaman sulur itu tidak akan mengejar mereka. Tapi ternyata ia tidak berpikir panjang soal jalan keluar mereka nanti.

"Kita tidak punya pilihan lain." Edward menatap mereka satu persatu. "Kita harus menghadapi kegelapan panjang tambang Loch."

Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Baiklah. Ayo," ucap James memberikan jubah untuk Brian dan Sabina, mengingat keduanya basah kuyup karena tercebur ke dalam sungai.

"Kita harus tetap waspada," sambung Edward sambil menyalakan obor untuk penerangan mereka.

Mereka mengangguk. Edward dan Brian memimpin jalan, Rowland dan James berjalan paling belakang, sedangkan Sabina berjalan di samping Maverick sambil memegangi tali kekangan kuda tersebut dan dirinya dijaga para bangsawan yang lain.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang