💫 - Delapan Belas

910 73 23
                                    

Di hamparan rumput yang luas dan cantik, Grace terlihat sibuk bermain bersama kupu-kupu yang terbang ke sana kemari. Anak itu terlihat begitu bahagia bermain sendirian, hingga telinganya mendengar suara kereta kuda yang mendekat.

Grace berlari menghampiri kereta kuda itu dan tersenyum melihat Paul yang sepertinya baru selesai berdagang di pasar. "Paman Paul," jeritnya sambil melompat-lompat kegirangan.

Paul menghentikan kereta kudanya tepat di dekat grace. "Sedang apa kamu di sini? Kenapa kamu bermain cukup jauh? Kalau nenek matilda mencari mu bagaimana?"

"Aku sedang mengejar kupu-kupu."

Paul mengulurkan tangannya, membantu anak itu untuk naik ke atas kereta kuda dan mendudukkannya tepat disampingnya. Lain kali jangan seperti ini. Kalau kamu hilang bagaimana? Kamu mau membuat nenek matilda dan Sabina khawatir?"

Wajah Grace berubah sendu. "Baik paman. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Bagus," ucap Paul mengusap kepala Grace dan melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah. "Ngomong-ngomong bagaimana kabar Sabina? Aku belum bertemu dengannya lagi sejak dia memberikanku hadiah."

"Kak Sabina baik-baik saja. Dari surat yang terakhir dia kirim, dia akan melakukan perjalanan menuju kekaisaran Wonderland. Putra mahkota Brian akan melaksanakan pertunangan dengan putri mahkota Teresa."

Paul cukup terkejut mendengar kabar tersebut. "Aku pikir putra mahkota Brian menyukai Sabina, karena tatapan pria itu terlihat berbeda kalau berhadapan dengan Sabina. Tapi ternyata malah bertunangan dengan orang lain."

"Nenek pernah bilang kalau seorang bangsawan harus berpasangan dengan bangsawan juga. Seorang bangsawan tidak mungkin bersanding dengan rakyat biasa seperti kita."

Paul tersenyum mendengar ucapan Grace. "Ya. Apa yang kamu ucapkan itu benar."

"Umm. Paman paul."

"Ya?"

"Belakangan ini, nenek sedikit aneh."

Paul mengernyit. "Aneh bagaimana maksudmu?"

"Maksudku, tidak seperti biasanya. Nenek selalu mengurung diri di kamarnya sedikit lebih lama. Setiap aku bertanya, nenek selalu mengatakan tidak apa-apa."

Paul terdiam mendengar ucapan grace, ia menatap anak itu dan grace membalas tatapan paul. "Mungkin nenekmu hanya sedikit kelelahan karena bekerja, jadi dia membutuhkan istirahat yang cukup."

Grace menghela napas seperti orang dewasa. "Kak Sabina pernah bilang kalau nenek berhenti bekerja saja karena dia sudah bisa menghasilkan uang yang banyak. Bahkan dia sudah berhasil membelikan nenek kereta kuda dan merenovasi lapak dagang nenek. Tapi nenek tidak mau, katanya kalau tidak bekerja badannya jadi sakit. Aku tidak mengerti kenapa badan nenek jadi sakit hanya karena tidak bekerja."

Paul tertawa mendengar ucapan grace. "Intinya gini, nenekmu biasa melakukan suatu kegiatan dan jika tidak melakukan kegiatan itu lagi, tubuh nenek akan jadi lemas karena tidak banyak gerak. Tubuh kalau rutin digerakkan itu akan menjadi sehat. Contohnya kamu, kamu sering berlarian mengejar kupu-kupu dan jika sehari tidak mengejar kupu-kupu, tubuhmu akan aneh. Benar kan?"

Grace memiringkan kepalanya sambil mengetuk-ngetuk dagunya. "Benar juga apa yang dikatakan paman."

Paul tersenyum lalu menghentikan kereta kudanya tepat di halaman rumah Matilda. Ia turun lebih dulu dan baru membantu Grace untuk turun.

Anak itu langsung berlari ke arah pintu dan membuka pintu tersebut. "Paman Paul ingin mampir?"

Paul mengangguk. "Aku ingin bertemu dengan nenekmu."

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang