💫 - Tiga Puluh

757 56 14
                                    

Maverick berhenti di garis start setelah berkeliling melintasi pacuan kuda. Sabina masih terduduk di atas kudanya dengan ekspresi yang begitu terkejut. Tubuhnya gemetar setelah mengalami hal aneh selama latihan tadi.

"Sabina."

Sabina tersentak lalu menunduk, menatap Brian yang menyentuh lututnya. Pria itu terlihat khawatir saat merasakan tubuh Sabina yang gemetar. Brian beranggapan jika Sabina takut karena Maverick yang berlari cukup kencang.

"Kamu tidak apa-apa?"

Sabina memaksakan senyumnya. "Y-ya," ucapnya lalu turun dari atas kuda.

Ia menatap ke arah Maverick dan kuda itu terlihat berkaca-kaca. Sabina lantas memeluk Maverick sambil memejamkan matanya, membuat air matanya turut menetes membasahi pipinya. Yang lain hanya mampu menatap interaksi Sabina dan Maverick dengan heran.

"Senang bertemu denganmu lagi, Maverick," lirih Sabina mencium kepala Maverick dan mengusapnya pelan. Kuda itu menduselkan kepalanya ke kepala Sabina, membuat wanita itu terkekeh pelan.

"Sabina. Apa terjadi sesuatu?"

Sabina menoleh ke arah mereka. "Kita bercerita di dalam saja."

"Baiklah." Brian mengangguk, lalu menoleh ke arah pengawal pribadinya itu. "James. Bawa Maverick ke kandangnya."

James mengangguk lalu menarik Maverick untuk kembali ke kandangnya, sedangkan yang lain pergi ke ruang santai yang ada di istana.

Mereka duduk di sofa ruang santai dan seorang pelayan menyajikan kudapan ringan sebagai jamuan obrolan mereka. James pun bergabung bersama mereka setelah mengantarkan Maverick kembali ke kandang.

Sabina tampak menarik napas, sebelum akhirnya menceritakan apa yang ia alami selama menunggangi Maverick. "Maverick adalah kuda milik dewi Cliodhna."

"Apa?!" Pekik mereka dengan ekspresi terkejut.

"Y-yang benar saja?"

"Seharusnya kuda itu sudah mati, mengingat dewi Cliodhna juga tewas ribuan tahun yang lalu."

"Maverick meminum air keabadian yang ada di jantung pohon kehidupan. Dewi Cliodhna merawat kuda itu sejak kecil hingga sebesar itu."

Sabina mencengkram pakaian yang dikenakannya, suaranya terdengar bergetar karena menahan tangis. Michelle yang duduk di samping Sabina pun menggenggam tangan pelayan pribadinya itu, tersenyum untuk menenangkan Sabina.

"Semenjak dewi Cliodhna tewas, tidak ada yang merawat Maverick. Saat itulah Maverick berkelana ke manapun, karena tidak ada yang merawat menjadikannya sosok yang agresif, hingga dia ditemukan oleh dirimu, putra mahkota."

Keadaan pun hening, mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing. Satu lagi peninggalan dewi Cliodhna, yaitu kuda Maverick. Tidak menyangka mereka masih bisa melihat hewan yang bisa dikatakan sudah berusia ribuan tahun.

"Aku merasa dewi Cliodhna seperti memasang benang merah di antara kita." Elizabeth terkekeh dengan pikirannya sendiri. "Sabina yang dijadikan perantara oleh dewi Cliodhna, lalu Brian yang menemukan kuda milik dewi Cliodhna dan berakhir dengan pertemuan antara Sabina dan Maverick."

"Ya. Seakan-akan seperti dewi Cliodhna yang mengatur semua kehidupan di sini."

"Aku ingin semuanya cepat berakhir," lirih Michelle sambil menundukkan kepalanya. "Aku ingin kehidupan ini menjadi damai, aman, dan tentram."

Kini Sabina yang menggenggam tangan Michelle, menenangkan putri mahkota kekaisaran Neverland itu. "Aku berjanji akan mengembalikan semuanya. Aku akan berusaha semampuku."

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang