💫 - Tiga Puluh Dua

701 54 17
                                    

Hari kedua, Sabina beserta rombongannya tiba di pegunungan Tara. Brian berjalan paling depan sambil menarik kudanya sedangkan James berjalan di paling belakang. Formasi mereka seperti kawanan serigala yang berjalan di musim dingin.

Walaupun lelah, mereka tetap berusaha untuk semangat menuju wilayah Glimmer. Ini baru permulaan, mereka masih terlihat tenang. Tapi, tidak tahu kedepannya akan ada apa yang menanti mereka. Mengingat, para pengikut Daragh masih mengawasi mereka dari jauh.

Sabina menoleh ke arah Maverick yang berjalan disampingnya. "Pegunungan ini cukup curam. Kau baik-baik saja?"

Maverick membalas tatapan Sabina, kuda itu mengedipkan matanya seolah memberikan jawaban bahwa ia baik-baik saja.

"Ini pertama kalinya aku melakukan perjalanan seperti ini. Aku takut gagal. Tapi, kita tidak boleh menyerah bukan? Karena dewi Cliodhna bersama kita."

Maverick kembali mengedipkan matanya. Setuju dengan ucapan Sabina.

"Dulu kau pasti sering ke wilayah Glimmer bersama dewi Cliodhna, kan?"

Maverick tidak mengedipkan matanya, ia malah menoleh ke arah Sabina dan setelahnya kembali menatap lurus ke depan. Hewan itu seperti tidak suka jika Sabina membahas soal Glimmer.

Sabina tersenyum sambil mengusap kepala Maverick dengan lembut. "Aku terlalu banyak bicara ya? Maaf ya. Aku jadi mengingatkanmu soal masa lalu."

Maverick menempelkan kepalanya ke arah Sabina, membuat wanita itu tertawa geli.

James yang melihat moment kebersamaan keduanya pun ikut tersenyum. "Blaze. Menurutmu, apa aku cocok bersama dengan Sabina?" Tanyanya sambil mengusap kepala Blaze.

Blaze meringkik.

"Cocok ya?" Ucap James dengan asal. "Tapi sayangnya, Sabina seperti tidak tertarik untuk menjalin hubungan sebelum tugas dari dewi Cliodhna selesai."

Blaze meringkik lagi.

"Jadi menurutmu, aku harus bersabar menunggu Sabina sampai tugas ini selesai?" James bertanya dan menjawab yang seakan-akan Blaze mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

James tertawa geli sendiri dengan tingkah konyolnya ini. Benar-benar seperti bukan dirinya sendiri. Ia pun menghela napas, dan kembali menatap Sabina yang asyik mengobrol dengan Maverick.

Begitu sampai dipertengahan jalan, James menoleh ke sana kemari seperti mencari sesuatu. "Blaze. Kau dengar itu?"

Lucunya, Blaze ikut menatap sekitarnya dan mendongak ke atas. James pun ikut mendongak ke atas. Matanya membulat sempurna saat melihat sesuatu di atas sana.

"PUTRA MAHKOTA. TERDENGAR SUARA DARI ATAS."

Tiba-tiba James berteriak, membuat mereka menghentikan perjalanan dan menatap ke atas puncak gunung. Tepat setelah mengatakan itu, batu-batu besar pun berjatuhan dari atas.

"BERLINDUNG," teriak brian memberikan perintah.

Belum sempat Sabina berlindung bersama Maverick, sebuah batu besar menghantam tubuhnya dan membuat Sabina terguling ke bawah. Maverick meringkik begitu keras dan berlari turun ke bawah menghampiri Sabina.

"SABINA."

Mereka berteriak dengan begitu panik. Tapi mereka tidak bisa turun ke bawah begitu saja, karena bebatuan dari atas sana masih terus berjatuhan. Mereka pun dengan terpaksa berlindung terlebih dahulu sampai hujan batu itu berhenti.

"Daragh berusaha melongsorkan gunungnya! Putra mahkota, kita harus kembali! Mencari jalan lain!" Jerit raja Edward memberikan pendapat.

"Ya. Kita tidak bisa terus berada di sini!" Sambung raja Rowland, ikut memberikan pendapat.

The Legend of NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang