Part 1

2.2K 137 4
                                    

Kertas dibanting keras ke atas meja. Semua orang dalam ruangan itu terkejut terutama Adelia, tersangka utamanya. Wanita itu tertunduk dengan tangan meremas ujung dress-nya.

Pria paruh baya berkacamata itu menatap Adelia dengan wajah marah. Tangannya bersedekap dan menyoroti putri semata wayangnya itu.
"Apa ini, Adelia?"

"Seperti yang Papa lihat, itu adalah akta cerai Adel, Pa,"jawab Adelia dengan sekuat hati.

"Cerai?" Wanita paruh baya di sana pun memegang dadanya dengan wajah sedih. Ia tidak menyangka akan ada hal seperti ini dalam keluarganya.

"Apa yang kau lakukan, Adel? Inikah balasanmu terhadap Papa?" Chris berkata dengan emosi yang memenuhi wajahnya.

Adelia menggeleng dengan air muka yang sembab."Papa~Adel tidak bermaksud begitu. Tidak ada satu pun wanita yang ingin mengalami perceraian."

"Jadi, apa? Ini apa, Adelia?" Chris kembali membanting surat perceraian sang Putri dengan suaminya. Perceraian yang sama sekali tidak ia ketahui.

Adelia tertunduk dengan wajah sedih. Hatinya berdenyut karena kecewa, tidak ada satu pun yang bisa memahami perasannya sejak dulu sampai sekarang.

"Papa~Adel dan Eliard tidak bisa bersama. Kami sudah berusaha membangun cinta, tapi, sama sekali tidak bisa."

Chris mengembuskan napas berat."Baru setahun, Adelia, masih banyak waktu."

Adelia menelan ludahnya. "Papa, perceraian ini atas kesepakatan Adel dan Eliard. Kami sudah bicara dari hati ke hati, jujur mengenai perasaan masing-masing. Kami memang tidak nyaman menjalani biduk rumah tangga tanpa cinta ini."

Hana terisak sedih sembari memegangi dadanya. Di sebelahnya ada sang Kakak yang berusaha menenangkan hatinya.

"Tidak bisa seperti ini, Adel. Rumah tangga tidak ada yang mulus. Masing-masing ada cobaannya. Kamu harus melewatinya,"kata Hana.

Adelia menatap ibunya. Ia tahu sudah mengecewakan banyak orang terutama sang Ibu. Wanita yang melahirkannya itu juga sangat menyayangi Eliard. Namun, apa yang terjadi di antara ia dan Eliard tidak sesederhana yang orang pikirkan."Semua ini tidak sesederhana itu, Ma. Eliard juga tidak nyaman saat bersamaku."

"Kalian hanya kurang pendekatan,"kata Chris,"kalian tidak bulan madu, tidak bermesraan. Bagaimana kalian saling mencintai. Seharusnya kalian minta pendapat kita yang lebih tua. Ke mertua atau pakde, Buk de, semua yang sudah sepuh ini." Pria itu benar-benar menyesali atas keputusan Adelia.

"Surat cerai sudah keluar, Pa. Apa yang ingin Papa halangi lagi. Eliard dan Adel sudah sepakat atas perasaan kami masing-masing."

Chris berdiri dan berkacak pinggang."Ya itu dia. Kenapa kamu tidak meminta pendapat dari Papa atau Mama?"

"Sudah terjadi, Pa, saran atau masukan apa pun tidak dapat mengubah perasaan kami berdua."

"Kembalilah dengan Eliard,"pinta Chris pada anaknya itu,"kalian masih bisa kembali. Papa yang akan urus."

"Tidak bisa, Pa. Eliard juga harus bahagia bersama wanita yang dia suka. Wanita itu bukan Adelia. Begitu juga sebaliknya,"kata Adelia tegas.

"Lalu siapa lelaki yang kamu suka? Bawa dia ke sini!" Mata Chris membesar. Ia akan sangat marah pada pria yang sudah berani mengambil hati wanita yang sudah bersuami.

Adelia menggeleng sembari tersenyum lirih."Tidak ada. Aku tidak sedang bersamanpria mana pun, Pa. Begitu juga dengan Eliard. Kami memang berpisah atas perasaan masing-masing. Maafkan Adel, Pa."

Chris duduk dengan wajah frustrasi. Ia mengusap wajahnya berkali-kali."Cara kalian sangat mengecewakan. Tidak berpamitan, tidak meminta izin. Harusnya Eliard juga harus datang ke sini untuk memulangkan kamu. Apa orang tua El sudah tahu?"

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang