Reiga menatap hujan yang turun dengan deras. Ia melihat Adelia masih tidur dengan nyenyak. Lalu, tidak lama makanan datang. Ia meminta dua porsi karena kebetulan Adelia ada bersamanya.
Setelah mengganti pakaian sejam yang lalu, ia memutuskan melanjutkan pekerjaannya. Ia berhenti sejenak untuk melihat hujan, lalu makanan datang. Ia meletakkan makanan di atas meja, lalu bekerja kembali. Satu jam kemudian, Adelia terbangun. Ia merasa lapar. Wanita itu bergerak perlahan, dan melihat ke sekelilingnya. Ia melihat Reiga duduk di sudut ruangan dengan mata tajamnya yang fokus ke layar.
Adelia terbatuk. Reiga menoleh dan menghampiri wanita itu."Hai~"
"Aku tertidur di sini?"
"Iya, kakimu masih sakit?"
"Sudah bisa digerakkan. Sepertinya aku tertidur lumayan lama."
"Dua jam." Reiga melihat ke arah makanan."Makanan sudah datang sejam yang lalu. Sepertinya sudah dingin."
"Itu bukan masalah. Apa aku boleh memakannya?"tanya Adelia.
"Makanlah. Aku sudah makan setengah jam yang lalu. Aku tidak enak membangunkanmu."
"Terima kasih." Adelia menerima makanannya. Ia sangat lapar dan langsung melahapnya. Sementara itu Reiga kembali ke kursinya. Wanita itu memperhatikan Reiga yang tampak serius sekali. Dalam beberapa saat, makanannya telah habis. Ia merapikan piring dan membawanya ke dapur.
Reiga mengawasi pergerakan Adelia. Wanita itu berseliweran hanya mengenakan kaus besar yang menutupi sampai paha saja. Adelia tidak sadar bahwa ia tidak mengenakan pakaian dalam.Reiga mengalihkan pandangannya kembali saat Adelia kembali.
Adelia duduk dan meneguk minumnya."Kau sedang apa?" tanya Adelia yang penasaran. Namun, ia merasa sungkan menghampiri Reiga dan melihat apa yang sedang dikerjakan. Maksudnya, ia hanya ingin menawarkan bantuan jika memang diperlukan.
"Sedang bekerja,"jawab Reiga. Pria itu membawa laptopnya ke sebelah Adelia. "Ini peta lokasi. Aku juga sedang merancang jalan keluar masuk wilayah. Akan ada banyak alat berat yang masuk. Mobilisasi juga sangat tinggi. Jadi, aku harus merencanakannya sebaik mungkin,"jelas Reiga sembari menunjuk layar.
"Siapa yang bertanggung jawab atas kontur tanah?"
"Altair. Meskipun belum mendapatkan persetujuan, dia sudah melakukan pengukuran di beberapa titik yang aman. Jadi, setelah Kepala Suku setuju, dia hanya perlu mengukur sisanya,"jelas Reiga.
"Jadi, ternyata kita semua merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang sama. Arsitektur, Sipil, lansekap, tata ruang dan kota, jalan dan jembatan, pengukuran tanah, kontur~" Adelia tersenyum geli."Bagaimana bisa kebetulan."
"Ah, benar~aku baru menyadari."
"Tapi, aku sudah lama tidak bekerja. Kemampuanku juga tidak sebagus kemampuan pria. Aku agak takut hasilnya akan mengecewakan." Adelia melihat empat pria itu sangat hebat. Jam terbang mereka juga pasti sudah tinggi. Mereka adalah orang berpengalaman. Kemampuannya tidak ada apa-apanya di sini.
"Kita bisa berdiskusi. Apa yang kukerjakan juga selalu mengalami revisi. Setelah diskusi. Kita mengerjakannya secara bersama. Hanya saja, kita yang memegang tanggung jawab itu sepenuhnya. Masing-masing diberi tanggung jawab yang berbeda."
Adelia mengangguk-angguk."Apa kau dan Aron berteman sewaktu kuliah?"
"Tidak. Kami berteman karena orang tua kami berteman baik. Kami selalu bertemu. Lalu kami memutuskan untuk membuka lahan ini."
"Bagaimana denganmu?"
"Ya?"tanya Adelia bingung.
"Apa kau dan Aron berteman sejak kuliah?"
"Ah, itu~" Ternyata Reiga tidak tahu asal usulnya. Adelia pikir, semua orang yang bekerja di sini tahu mengenai keberadaannya sebagai orang yang ditolong oleh Aron.
"Aku tersesat, lalu Henry, Nara, dan Aron menemukanku. Aron sempat mengantarku ke rumah, tapi, sesuatu terjadi. Aku harus hidup sendiri dan memulai hidup yang baru. Aku baru saja bercerai dan keluargaku tidak menerima keputusanku. Aron menawarkan pekerjaan ini, jadi, aku kembali ke tempat ini,"cerita Adelia tercekat.
"Ah, begitu~turut bersedih atas perceraianmu. Semoga ke depannya kau selalu bahagia."
"Terima kasih. Aku sungguh tidak apa-apa." Adelia tersenyum lirih."Sepertinya aku harus kembali ke rumahku."
"Kau tidak apa-apa di rumah sendirian?"tanya Reiga memastikan.
Adelia mengangguk."Ya, tidak apa-apa. Aku hanya perlu berdiam diri di dalam, kan?"
"Benar, tapi, aku akan mengawasimu. Kau ingin kembali sekarang?"
"Iya."
Reiga bangkit, lalu membantu Adelia berdiri. Wanita itu berjalan dengan pincang. Tapi, semua baik-baik saja. Luka itu akan sembuh dengan sendirinya.
Adelia mengigit bibirnya. Semakin kakinya ditekan, lukanya seakan semakin terbuka. Ia berhenti sambil memegang dinding.
"Masih sakit, ya?"
Adelia tersenyum kecut."Seperti ingin robek. Aku akan berjalan lebih pelan lagi."
Reiga berdiri di hadapan Adelia dan membelakangi wanita itu. Lalu ia merendahkan tubuhnya."Naiklah, aku gendong saja sampai ke rumah."
Adelia naik ke punggung Reiga dengan ragu. Ia harus menyandarkan dadanya ke punggung lelaki itu. Detik itu juga ia sadar, ternyata ia tidak mengenakan pakaian dalam. Namun, ia susah telanjur dalam gendongan Reiga. Pria itu memegang kedua kakinya. Reiga berjalan dengan kokoh seakan-akan sedang tidak memiliki beban di punggungnya. Adelia mendarat di rumahnya dengan selamat.
Reiga melihat bentuk rumah tersebut. Desainnya sudah banyak berubah. Itu pasti karena Aron yang mengubahnya."Kau bisa menaiki anak tangga?"
Adelia tidak yakin akan hal itu. Ia bisa menaikinya dengan pelan. Lalu, bagaimana untuk turun? Ia harus ke toilet bukan.
"Kau tidur di lantai tiga bukan?"ucap Reiga lagi.
Wanita itu mengangguk."Iya. Aku akan berhati-hati."
"Jarak rumahku dari sini lumayan jauh. Jika terjadi sesuatu denganmu, aku tidak bisa langsung datang, Adel." Reiga berkacak pinggang dan mulai mengatur siasat. Ia mendorong meja dan kursi ke sudut ruangan. Lalu, ia naik ke lantai tiga untuk mengambil kasur lipat dan keperluan lainnya. Setelah itu, ia
Mengatur semuanya hingga tertata rapi di ruang tamu."Kau tidur di sini sampai kakimu bisa digunakan naik tangga."
"Reiga, maaf merepotkanmu." Adelia benar'benar merasa tidak enak.
Reiga menangkup wajah Adelia."Kau adalah tanggung jawabku di sini." Lalu, tiba-tiba pria itu membopong Adelia dan menaiki anak tangga menuju lantai dua.
"Reiga, kau mau apa?"tanya Adelia panik.
"Kau harus mengambil beberapa pakaianmu dan bawa ke lantai satu."
Wajah Adelia merona karena sudah salah sangka."Ah, baiklah. Aku akan memilihnya dengan cepat." Wanita itu mengambil beberapa pakaian. Tak lupa pakaian dalam miliknya dan juga handuk. Setelah itu, Reiga membawanya kembali ke lantai satu.
"Nah, semua sudah aman terkendali. Aku harus kembali bekerja, Adel."
"Iya, Reiga. Terima kasih banyak."
"Malam nanti aku datang untuk memastikan keadaanmu lagi. Istirahatlah kembali agar kakimu cepat sembuh." Reiga melambaikan tangan. Pria itu menghilang di balik pintu. Adelia segera mengunci pintu. Kini ia bisa bernapas dengan lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURNING ESCAPE
Romance21+ Orang tua Adelia tidak bisa menerima perceraiannya. Adelia diusir dan tersesat saat ia berjalan tanpa arah. Ia hidup bersama orang-orang di dalam hutan yang sedang menjalankan sebuah misi. Adelia ikut bekerja di sana dan terlibat dalam hubungan...