Part 4

864 96 2
                                    

Akhirnya Adelia kembali ke perkampungan itu lagi. Ia dan Aron berada dalam rumah. Koper-kopernya ada di depan rumah karena tidak bisa masuk semuanya. Aron memberikan segelas air agar Adelia merasa tenang.

"Sebenarnya ini tempat apa. Kenapa sangat mengerikan?" Adelia merasa frustrasi.

"Aku sudah menjelaskannya, tetapi, mungkin kau terkejut karena ternyata situasinya lebih buruk dari yang kau pikirkan."

"Bagaimana aku bisa pulang?" Adelia menangis.

Aron mengusap lengan Adelia dengan ragu. "Kau bisa pulang, tetapi, tidak dalam waktu dekat."

Adelia menatap Aron dan kembali bertanya-tanya."Kenapa seperti itu? Sebenarnya ini ada di mana?"

"Seharusnya aku bertanya padamu, kenapa kau tidak tahu ke mana kau melangkah? Kau membawa mobil, kau pasti memiliki tujuan."

"Aku berkendara mengikuti jalanan yang ada di hadapanku saja. Pikiranku sedang kacau karena diusir oleh orang tuaku. Aku baru saja bercerai tanpa sepengetahuan orang tuaku. Lalu, aku memberi tahu mereka saat akta cerai sudah keluar. Mereka sangat terkejut dan marah,lalu tidak mau menerimaku lagi di rumah. Aku berkendara sambil menangis, mengikuti jalanan yang ada di hadapanku. Ketika aku sadar aku sudah terlalu jauh. Saat aku kembali, baru beberapa meter, mobilku mati. Lalu, kalian menemukanku." Adelia terpaksa menceritakan kisah sedihnya pada pria asing tersebut.

"Aku turut bersedih atas apa yang menimpamu saat ini."

Adelia menatap Aron, memegang tangan lelaki itu dengan spontan."Kumohon tolong aku. Aku ingin keluar dari sini. Bantu aku mendapatkan transportasi umum, atau akses apa pun itu. Aku akan membayar berapa pun yang kalian minta."

Aron menatap tangannya yang sedang digenggam oleh wanita itu."Untuk mendapatkan sinyal, kita harus berjalan lima kilometer dari sini."

"Lima kilo?" Adelia tercekat.

"Sepertinya kau tidak bisa melakukannya sekarang. Kau belum bisa berjalan jauh karena kakimu gemetar. Kita bisa melakukannya besok."
Telinga Aron terasa panas. Sampai saat ini, Adelia belum melepaskan genggamannya.

"Tetapi, aku ingin melakukannya sekarang."

"Kalau begitu tenangkan dirimu lebih dulu. Setelah itu kita berjalan ke sana."

Wajah Adelia berbinar dan genggamannya semakin erat."Kau akan mengantarku ke sana?"

"I-iya."

"Tapi, ponselku mati. Apa di sana ada daya listrik?"

"Iya ada."

"Jika kau mengerti semua itu, artinya kau bukanlah asli penduduk sini, kan?"tanya Adelia. Ia tidak mencurigai, ia hanya ingin keluar dari tempat ini.

Aron tersenyum tipis. "Aku tidak bisa menceritakan banyak hal. Yang pasti, aku akan membantumu keluar dari sini."

"Ayo pergi sekarang,"ajak Adelia."Aku sudah cukup kuat untuk berjalan."

"Baiklah." Aron mengalah. Ia menuruti permintaan Adelia untuk berjalan kaki. Tentunya mereka melewati jalur belakang dengan medan yang tidak mudah. Wanita itu tidak mengeluh sedikit pun. Yang terpenting ia bisa mendapatkan bantuan.

Wajah Adelia merah padam saat tiba di tempat. Dadanya terasa panas dan seperti akan meledak. Ia mengatur napasnya dengan susah payah. Ini pertama kalinya ia berjalan kaki sejauh itu.

Aron hanya tersenyum melihat keadaan Adelia. Ia membantu wanita itu mengisi daya ponselnya.
"Tenangkanlah dirimu lebih dulu. Sangat melelahkan, ya?"

"Rasanya hampir ingin pingsan. Bagaimana kau bisa terlihat biasa saja?"

"Aku sudah terbiasa." Aron menyerahkan sebotol air minum.

"Terima kasih." Adelia mengedarkan pandangannya. Ia pikir ini adalah tempat dengan banyak penduduk. Namun,di sini hanyalah tempat seperti gazebo dengan sebuah ruangan di sebelahnya."Ini rumah siapa?"

"Ini masih milik kami. Di sinilah kami mengisi daya listrik dan menyimpan beberapa kebutuhan lainnya."

"Jadi, setelah kembali ke sana, aku tidak bisa menggunakan ponselku lagi?"

Aron menggeleng sambil menahan senyumnya.
"Iya."

"Mengerikan. Sebenarnya apa pekerjaan kalian? Apa kalian Polisi? Tentara? Atau mafia?"

"Aku tidak bisa mengatakannya. Nyalakan ponselmu, sudah terisi beberapa persen." Aron mengalihkan pembicaraan. Ia juga menyalakan ponselnya yang baru saja ia ambil dari dalam rumah kecil tersebut.

Adelia menyalakan ponselnya. Wajahnya terlihat sangat antusias, pasti banyak sekali orang yang sedang mencari keberadaannya. Setelah beberapa menit membuka ponselnya, ia diselimuti rasa kecewa.

"Ada apa?"

"Tidak ada yang mencariku. Bahkan pesan yang masuk adalah pesan dari grup." Wanita itu tersenyum kecut.

"Setidaknya kau bisa menghubungi mereka dan meminta tolong. Iya, kan?"

"I-iya." Pertama kali yang Adelia hubungi adalah Eliard, mantan suaminya. Pria itu pasti akan menolongnya. Ia segera menelepon dan seorang wanita menjawab dari seberang sana.

"Halo, Adelia? Kenapa kau menghubunginya lagi? Kalian sudah bercerai, kan?"

Adelia mengenal suara itu. Itu adalah suara Tania, teman dekat Adelia sewaktu masih bekerja."Tania, aku dan Eliard memang sudah bercerai. Tapi, ada hal penting yang harus kami bicarakan. Tolong berikan padanya."

"Aku tidak mau."

Adelia memutar bola matanya."Baiklah, kalau begitu, aku akan meminta tolong padamu. Aku sedang tersesat, mobilku rusak. Aku hanya butuh pertolongan."

"Seharusnya kau minta tolong ke kantor polisi, bukan ke sini. Kau ini bodoh atau bagaimana? Berhenti menghubungi Eliard!!" Tania memutuskan sambungan telepon, lalu memblokir kontak Adelia.

Adelia kembali menghubungi Eliard, tetapi, sayangnya ia tidak memiliki akses itu lagi. Adelia pun mencoba menghubungi orang tuanya. Tidak satu pun dari mereka yang menjawab meskipun ia menghubunginya berkali-kali.

Adelia meletakkan ponsel dan memeluk lututnya. Ia menyembunyikan wajah dalam pelukannya sendiri. Ia bahkan sudah menulis di grup keluarga dan meminta tolong. Tidak ada satu pun yang merespon.

"Hei, ini belum berakhir. Jangan sedih." Aleron menenangkan wanita itu.

Adelia mengangkat wajahnya yang basah."Tidak ada satu pun yang peduli padaku."

"Aku sudah menghubungi rekanku. Dia akan datang membawa mobil besok. Aku akan mengantarmu pulang."

Adelia menyeka wajahnya."Benarkah?"

Aron mengangguk."Kau akan pulang, tenanglah. Aku sendiri yang akan membawamu. Berhentilah menangis, aku tidak bisa melihat air mata."

Adelia tersenyum, kemudian memeluk Aron dengan spontan."Terima kasih."

Aron terperanjat. Ia sempat membatu beberaps detik. Ia membalas pelukan wanita itu ragu-ragu. Secara status, Adelia seorang single. Jadi, tidak akan apa-apa jika ia memeluk wanita yang tengah bersedih itu.

💜💜💜

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang