Aroma lavender yang menenangkan tercium jelas saat Adelia membuka mata. Saat ini ia sudah kembali di kamarnya. Ja terbaring di atas kasur yang empuk dan hangat. Perasaan Adelia terasa tenang dan nyaman sekali. Hatinya terasa begitu damai. Wanita itu memiringkan tubuhnya dan terkejut. Ada pria di sebelahnya. Adelia menatap wajah pria itu dengan jelas.
"Aron~"
Aron yang sedang membaca menoleh."Ah, kau sudah bangun, ya." Pria itu meletakkan bukunya.
Adelia pun duduk dan melihat ke sekelilingnya. Ternyata ia ada di rumahnya sendiri. "Sepertinya aku ketiduran ya tadi. Maafkan aku."
Aron menatap wajah pucat Adelia. Wanita itu terlihat sangat cantik. "Kau kelelahan, sayang. Maaf ya sudah membuatmu lelah."
Adelia menatap kasur yang sudah berjejer rapi."Kenapa kasurnya jadi banyak sekali?"
"Kita akan tidur berempat di sini."
"Berempat?" Adelia terbelalak. Sudah pasti itu bersama Altair dan Reiga juga. Bagaimana jika terjadi lagi seperti tadi. Sepertinya ia belum memiliki tenaga yang cukup untuk melayani semuanya bersamaan.
"Aku datang~" Altair muncul mengenakan piyama. Pria itu terlihat lucu dengan stelan piyama bermotif garis.
"Kenapa kalian tidak tidur di rumah masing-masing?"
Altair menggeleng dan menyandarkan kepalanya di pundak Adelia."Karena hari ini hubungan kita sudah resmi. Jadi, aku tidak mau melewatkan waktuku bersamamu sedikit pun."
Reiga muncul dengan celana pendek dan kaus polos berwarna putih. Ia ikut bergabung di atas kasur sambil membawa sesuatu di tangannya.
"Ini untukmu, sayang.""Apa ini?" Adelia menerima buku kecil bertuliskan nama sebuah bank."Buku tabungan, ya."
"Itu~gajimu dan bonus dari kami bertiga,"jelas Aron.
Adelia menimang buku tabungan itu."Kenapa aku sudah mendapatkan gaji? Apa aku akan dipecat?"
Altair mencubit pipi Adelia dengan gemas dan menciumnya."Mana mungkin aku memecatmu, sayang."
Adelia menyipitkan matanya."Kau memarahiku setiap hari dan menyuruhku tidak tidur."
"Itu supaya kau lebih lama ada di kantor,"balas Altair..
"Apa?" Adelia melotot. Ia tidak percaya jika semua hal yang menyiksa dirinya karena perasaan pribadinya.
"Maaf, sayang." Altair terkekeh.
Adelia membuka buku tabungan untuk melihat jumlah uangnya. Wanita itu mematung selama beberapa saat. Lalu menatap Aron, Reiga, dan Altair bergantian."Sepertinya kalian salah memberi buku."
"Tidak. Aku sudah meminta rekanku membuatkan buku tabungan atas namamu. Sesuai dengan kartu identitasmu."
"Tap-tapi angkanya terlalu besar. Ini pasti salah input." Adelia menunjukkan angkanya.
Aron meraih buku tabungan tersebut dan memastikan angkanya."Ini sudah benar, sayang. Masing-masing dari kami memberikan tiga ratus juta. Lalu seratus juta adalah gajimu."
"Seratus juta hanya untuk pekerjaan beberapa hari saja?" Itu angka yang cukup besar. Apakah gaji di sini sebesar itu. Seharusnya itu bukan angka yang diterima anak baru seperti dirinya.
"Itu khusus untukmu." Reiga terkekeh."Terima saja. Itu adalah hadiah karena kau telah menerima kami sebagai kekasihmu."
"Tapi, terkesan seperti sedang menjual diri."
"Tidak seperti itu. Sudahlah, jangan banyak bertanya. Aku mencintaimu." Aron mengecup bibir Adelia.
"Terima kasih." Adelia menatap ketiga pria itu. Ia senang karena akhirnya memiliki uang. Namun, di sisi lain ia bingung terhadap hubungan ini.
Uang yang banyak ini tidak bisa ia gunakan di hutan. Dengan uang sebanyak ini, ia bisa membeli rumah yang kecil di pinggiran kota. Sisanya ia gunakan untuk membangun sebuah usaha. Ia akan pikirkan nanti."Oh, ya, lusa kita akan pergi ke Kota. Tapi, bukan Ibu Kota Provinsi, hanya Kota terdekat,"kata Reiga.
"Memangnya apa yang akan kalian lakukan di sana?"
"Urusan ke bank dan beberapa urusan lain. Kau juga bisa membeli sesuatu jika kau mau. Atau mengurus tabunganmu, memindahkannya atau apa pun."
Adelia mengangguk mengerti "Ah, baiklah." Ia akan menyimpannya saja untuk sementara.
"Kita tidur saja,"ajak Aron.
Adelia mengusap lengan Aron."Tidurlah lebih dulu, aku belum mengantuk."
Aron memeluk Adelia, memberikan kecupan di kening."Ya sudah, aku pamit tidur duluan ya."
Aron berbaring di sebelah Adelia. Sementara Adelia masih duduk. Aron terlihat capek, oleh karena itu ia tidur lebih dahulu."Sepertinya aku juga sudah mengantuk."Reiga mengambil posisi di atas kepala Adelia. Pria itu tidur di sana. Sementara Altair di sisi yang masih kosong. Reiga juga tidur karena baru saja melakukan perjalanan.
"Sepertinya mereka kelelahan." Adelia memandang keduanya dengan iba.
"Kau juga tidur, Adel,"kata Altair.
"Sepertinya aku tidak mengantuk. Mataku justru terbuka dengan terang." Adelia membesarkan matanya.
Altair memeluk Adelia dengan mesra."Aku senang sekali karena kita memiliki status yang jelas."
"Kenapa kau mau berbagi wanita pada mereka?"
"Kami sudah seperti saudara di sini. Jadi, kurasa tidak apa-apa. Lagi pula, aku menyukaimu. Itu tidak apa-apa. Aku tidak akan cemburu. Yang terpenting aku bisa memilikimu." Altair menatap Adelia dengan wajahnya yang terlihat manja.
"Maafkan aku yang tidak bisa memilih. Aku bahkan tidak ingin memilih di antara kalian. Kalian juga sangat berarti untukku." Adelia membalas pelukan Altair, kemudian mengusap-usap rambut lelaki itu.
"Aku lapar, apakah aku boleh minta dibuatkan makanan padamu?"tanya Altair dengan ragu.
Adelia mengangguk."Tapi, sepertinya hanya ada mi instan. Kau mau makan mi instan?"
"Apa saja, asalkan itu masakanmu."
Adelia tertawa kecil."Ayo kita ke dapur. Aku juga lapar."
Altair kegirangan. Ia menunggu Adelia membuatkan mi instan untuknya. Ia duduk dengan baik sembari memperhatikan wanita itu dengan bahagia. Setelah itu mereka makan bersama. Setelah kenyang, mereka kembali berbaring.
Altair memeluk Adelia dan memanjakannya. Sementara Aron dan Reiga sudah tertidur lelap.
Adelia termenung beberapa saat. Kemudian ia menatap ke langit-langit. "Altair, bagaimana seandainya perasaanmu terhadapku berubah suatu hari nanti?"
Kedua alis Altair terangkat."Berubah bagaimana?"
"Kau bertemu wanita lain dan jatuh cinta padanya."
Altair mengeratkan pelukannya."Itu tidak akan terjadi padaku. Akulah yang paling mencintaimu di sini."
Adelia tertawa geli dengan tingkah Altair. Ia hanya perlu menjalani kehidupan ini. Jika pada akhirnya mereka meninggalkannya, ia sudah siap. Karena semua di dunia ini bersifat sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURNING ESCAPE
Romance21+ Orang tua Adelia tidak bisa menerima perceraiannya. Adelia diusir dan tersesat saat ia berjalan tanpa arah. Ia hidup bersama orang-orang di dalam hutan yang sedang menjalankan sebuah misi. Adelia ikut bekerja di sana dan terlibat dalam hubungan...