Part 9

682 67 4
                                    

Adelia terbangun. Tubuhnya dipeluk erat oleh Aron dari belakang. Wanita itu menoleh ke belakang perlahan. Lalu, ia menyingkirkan tangan Aron. Ia turun dari ranjang dan mengambil ponselnya. Ia mengirim pesan pada Eliard untuk memastikan pertemuan mereka hari ini.  Eliard dan Adelia akan bertemu di lobi hotel sekitar pukul sepuluh.

Mata Aron terbuka. Ia melihat siluet Adelia yang sedang berdiri. Ia menyangga kepala dengan satu tangannya. Ia memiliki sosok indah yang ia lihat saat bangun tidur. Ia berharap seterusnya akan seperti ini.

"Sayang~" panggil Aron. Pria itu cukup percaya diri. Ia yakin bisa menjalin hubungan yang baik dengan Adelia. Jika esok mereka akan berpisah, maka, Aron akan kembali untuk menemui wanita itu.

Adelia menoleh lalu tersenyum."Aku tidak terbiasa dengan panggilan itu."

"Mantan suamimu tidak memanggilmu seperti itu?"

Adelia menggeleng dan meletakkan ponselnya kembali."Kami tidak saling mencintai. Hubungan itu dijalin karena keinginan keluarga. Jadi, tidak ada perasaan yang dalam di sana." Adelia duduk di sisi ranjang."

"Syukurlah kalau begitu." Aron mendekat dan memeluk pinggang Adelia.

Adelia tidak pernah memikirkan bagaimana tentang hubungan yang saat ini terjadi. Ia menganggap ini hanyalah hubungan sesaat. Sebentar lagi Aron akan kembali. Lalu, ia akan menyelesaikan masalahnya. Kemungkinan ia akan menyusul orang tuanya ke Yogya. Seyelah itu ia dan Aron akan menjadi asing. Ia tidak akan menyesali hubungan yang terjadi dengan Aron. Ia juga sangat menikmatinya.

"Sudah waktunya sarapan pagi,"kata Adelia mengingatkan.

Aron mengangkat kepalanya."Kita pergi bersama ke restoran?"

"Iya. Aku siap-siap dulu,"kata Adelia sembari melangkah ke untuk pergi mandi. Sementara Aron memilih untuk merenung beberapa saat. Lalu, ia mengecek pesan yang masuk di ponselnya.

Satu jam lamanya Adelia bersiap-siap. Wanita itu terlihat sangat rapi dan wangi. Aron melihat sisi lain dari wanita itu. Sebab, sejak beberapa hari lalu, ia melihat sosok Adel yang tanpa make up dan berpakaian seadanya. Wanita itu tidak memikirkan penampilan karena sedang resah tidak bisa pulang.

"Kau cantik sekali,"puji Aron saat mereka sudah tiba di restoran hotel.

"Ah, terima kasih." Adel terkekeh.

"Kau ingin pergi, ya?" Aron menduga-duga saja. Jika memang ingin pergi, ia akan menawarkan bantuan. Yaitu dengan mengantar atau menemaninya. Ia tidak akan menyia-nyiakan waktunya selama di sini.

"Aku ada janji bertemu dengan mantan suamiku."

Gerakan Aron terhenti seketika. Ada rasa cemburu yang menggerogoti hatinya. Ia menelan ludahnya kelu. "Kau akan bertemu dengannya ya." Makanan yang ia kunyah rasanya sulit untuk ditelan.

"Aku ingin membicarakan sesuatu padanya."

"Kau akan membawanya menemui orang tuamu?" tanya Aron dengan sedih. Ia merasa cemburu karen Adelia bertemu dengan mantan suaminya. Kemungkinan mereka untuk rujuk tetaplah ada.

"Sepertinya begitu. Aku ingin orang tuaku menerimaku kembali, tentunya tanpa Eliard. Aku tidak bisa kembali bersamanya,"balas Adelia tanpa menyadari ekspresi cemburu Aron.

"Semoga saja masalahmu cepat selesai. Hmm setelah ini aku akan kembali ke kantorku."

"Iya, Aron, terima kasih sudah menemaniku malam ini. Semoga aku tidak mengecewakanmu."

Aron tertawa kecil."Kau hebat, Adelia. Aku berterima kasih padamu."

Adelia tertunduk malu. Jika ia tidak sedang terlibat masalah keluarga, mungkin ia sudah menanggapi Aron dengan serius. Tentunya ja akan lebih berhati-hati pada pria. Sebab ia telah gagal sebelumnya.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang