Part 43

276 61 5
                                    

Nama Aron dan Kaira disebut pembawa acara untuk bertukar cincin. Aron mengalihkan pandangannya. Adelia mematung sambil memegangi dadanya. Hatinya benar-benar sakit.
Mimpi itu begitu indah, tapi faktanya semua menyakitkan. Tidak ada yang bermimpi sama seperti dirinya. Lalu, pria yang ia suka sudah memiliki tunangan. Jika seperti ini, bukankah lebih baik hidup dalam mimpi.

Adelia tertawa lirih. Ia harus sadar atas posisinya yang bukan siapa-siapa. Mana mungkin pada akhirnya mimpi itu menjadi nyata. Setidaknya ia sekatang sudah bertemu dengan Kakak Kandungnya. Lalu, ia berteman dengan Reiga dan Altair. Tanpa disadari air mata Adelia menetes.

"Adelia, kenapa kau menangis?" Rhodes menatap Adelia dengan panik.

Adelia tersenyum lirih sambil menyeka air matanya."Ah, tidak apa-apa. Maafkan aku. Aku hanya terharu melihat pertunangan mereka. Aku jadi ingat dengan kegagalan rumah tanggaku."

"Astaga maafkan aku jika hal ini justru membuatmu ingat masa lalu,"kata Rhodes dengan rasa bersalah.

"Tidak apa-apa, Kakak. Aku menangis bahagia kok. Jangan menatapku seperti itu. Nanti menarik perhatian orang,"bisik Adelia.

Rhodes mengusap punggung tangan Adelia."Kau harus menjadi wanita yang sukses setelah ini. Mantan sialanmu itu akan menyesal."

"Kakak, bukan begitu. Kami bercerai memang karena tidak saling cinta. Itu bukan kesalahannya kok." Adelia tidak mau kehidupannya kali ini berkaitan dengan masa lalu. Biarlah Eliard dengab kehidupannya sendiri.

"Jika ada yang mengganggumu, kau harus segera melapor padaku. Kita ini saudara kandung."

"Iya, Kakak." Adelia tersenyum. Kemudian ia melihat ke arah panggung. Pasangan itu tengah bersulang merayakan pertunangan itu. Hati Adelia masih sedikit bersenyut, tapi, ia harus ingat hahwa ia telah kembali ke dunia nyata. Ia harus melihat apa yang terjadi, bukan berdasarkan mimpi. Meskipun semua yang ada di mimpi adalah kenyataan.

Acara inti sudah siap. Tamu undangan dipersilakan menikmati makanan yang dihidangkan. Sementara itu Aron menghampiri Rhodes, Reiga, dan Altair yang ada dalam satu meja.

Adelia mengatur suasana hatinya. Ia berusaha bersikap tenang dan seolah-olah hatinya tidak bergejolak.

"Aron, selamat ya~" Rhodes menepuk pundak Aron.

Pria itu mengangguk."Thanks, ya, kalian swmua sudah datang." Tatapan Aron tertuju pada Adelia.

Rhodes segera memperkenalkan Adelia. Ia adalah pria yang lumayan cepat tanggap. "Aron, perkenalkan ini Adelia, adik kandungku."

Aron menatap Adelia beberapa saat. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada Adelia."Hai, Adel, perkenalkan namaku Aron. Senang bertemu denganmu."

"Adelia. Selamat atas pertunangannya." Telinga Adelia terasa panas menyentuh tangan Aron. Genggamannya sama seperti dalam mimpi.

"Terima kasih, Adel."

"Kau tahu tidak, ada satu fakta menarik lagi. Kau pasti kaget mendengarnya!"kata Altair dengan semangat.

"Apa itu?"tanya Adelia penasaran.

"Kau dan Aron bangun di hari dan jam yang sama."

"Ja-jadi, maksudnya kita koma di waktu yang sama?" Adelia memastikan ucapan Altair.

"Apa kalian janjian di dalam mimpi untuk bangun di hari dan jam yang sama?"kata Altair bercanda.

Adelia menatap Aron yang tidak berekspresi. Meskipun demikian, tidak ada arti apa pun. Itu hanyalah kebetulan.

Reiga menatap orang-orang di sekelilingnya. "Wah, kebetulan sekali, ya. Kita semua seperti memiliki benang merah. Kita kecelakaan di tempat yang sama. Siapa sangka kita berkumpul di sini dan menjadi teman."

"Dan syukurnya kalian semua selamat dan sekarang bisa melanjutkan hidup masing-masing,"sambung Rhodes.

"Benar, kak."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita berkumpul untuk mensyukuri keselamatan kita? Aku akan membuat acaranya. Hanya kita saja." Aron membuat ide.

Semua mengangguk-angguk."Ide yang bagus."

Aron menatap Adelia."Kau juga bisa datang, kan, Adelia?"

Adelia gelagapan. Ia tidak berpikir kalau ia termasuk di dalamya."A-aku tidak tahu. Karena besok aku sudah kembali ke rumah orang tuaku."

"Aku belum menentukan harinya. Jadi, tidak buru-buru,"balas Aron.

"Nanti Kakak jemput lagi, bagaimana?"

Adelia menatap Rhodes."Iya, Kak."

"Atau, kau jangan pulang dulu. Kita adakan acaranya besok!" Aron membuat keputusan

"Kurasa itu ide yang bagus. Aku lebih senang Adelia menghabiskan waktunya bersamaku." Rhodes menatap Adelia lembut.

"Kalian sangat mirip, ya, Rhodes. Bahkan jika kau berambut panjang, aku akan langsung berpikir kau Adelia."

Rhodes memeluk pundak Adelia."Ya begitulah, ikatan darah memang sulit terpisahkan."

"Jadi, Adel~kau akan datang besok, kan?" Aron kembali beralih pada Adelia.

Adelia mengangguk malu-malu."Aku akan pergi sesuai dengan Kakak."

"Baiklah, kita akan bertemu lagi besok. Aku akan bagikan tempat dan waktunya." Aron tersenyum, kemudian ia pamit untuk menyapa tamu lainnya.

"Kenapa tiba-tiba ingin membuat acara?"celetuk Altair.

Reiga mengendikkan bahunya."Entahlah, dia memang orang yang susah ditebak. Setidaknya ia sudah hidup normal."

"Kudengar Aron banyak diam sejak bangun, ya?" tanya Rhodes."Aku tidak banyak mencari tahu karena aku mengurus adikku sendiri."

"Kaira mengatakan demikian. Aron bahkan mengabaikan Kaira. Mungkin efek dari kecelakaan itu. Entah apa yang dia pikirkan. Setidaknya hubungan mereka sekarang baik-baik saja dan pertunangan itu bisa terlaksana."

"Kupikir mereka akan putus karena sikap Aron yang seperti itu."

Adelia hanya tertunduk.mendengarkan percakapan mereka. Adelia ingin tahu lebih lanjut mengenai apa yang Aron rasakan. Tapi, ia tidak boleh mencampuri itu. Aron sudah memiliki pasangan yaitu Kaira. Sementara ia adalah kekasih Aron di dalam mimpi.

"Adel, apa aku harus menghubungi orang tuamu untuk hal ini?"

"Tidak perlu, kak. Aku akan mengatakannya sendiri. Ini bukan hal.yang berat. Mereka pasti tidak keberatan."

Rhodes mengangguk senang."Kalau begitu, nikmatilah makananmu."

"Iya, Kak."

Sementara itu Aron kembali ke sisi Kaira. Wanita itu menatap wajah Aron yang datar. Padahal ini hari pertunangan mereka, tapi, Aron terlihat tidak bahagia. Tangan Kaira mengepal. Ia terlihat menahan air mata.

"Aron~"panggil Kaira.

"Ya?" Aron menatap Kaira.

"Kau lebih senang saat bertemu dengan teman-tekanmu dari pada menghadapi pertunangan ini,"balas Kaira.

"Itu perasaanmu saja. Aku senang dengan pertunangan ini. Ini adalah hal yang sudah lama kita nantikan, kan?" Aron menatap Kaira lembut.

Kaira mengangguk ragu. Ada kegundahan di hatinya saat ini. Tiba-tiba saja ia merasa sedikit pusing. Lalu ia menjadi sempoyongan.

"Kai~" Aron menahan tubuh wanita itu "Kau pasti kelelahan. Ayo kuantar ke kamar."

Kaira mengangguk. Ia merasa senang karena mendapat perhatian dari Aron. Tapi keadaannya terasa semakin lemah. Ia pusing dan mual. Aron memapahnya sampai ke depan aula. Lalu, Kaira jatuh pingsan di sana. Aron membopong Kaira dan membawanya ke UGD terdekat.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang