Part 34

375 51 4
                                    

Adelia telah menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian ja memeriksa keadaan Altair. Pria itu sedang duduk di sisi ranjang.

"Kau kenapa? Ada sesuatu yang kau butuhkan?"

Atair menggeleng. "Tidak, aku baik-baik saja. Itu cuma sakit biasa. Aku harus lebih menjaga kesehatanku saja."

"Syukurlah kalau begitu."

Altair memperhatikan peluh di kening Adelia. Wanita itu pasti lelah. Lalu, membersihkan muntahan orang lain, itu menjijikkan. Tetapi wanita itu melakukannya dengan tulus."Maaf sudah merepotkanmu."

"Lain kali jangan terlambat makan dan harus tidur dengan cukup."

"Aku mengerti."

Adelia menyeka keringatnya."Karena berkeringat, sepertinya aku harus mandi."

"Tapi, airnya sedang tidak jalan. Kau sudah coba kerannya?"

Wanita itu menggeleng pelan. Ia sudah menghabiskan air di penampungan tanpa menyalakan keran."Air di dalam sudah kuhabiskan untuk mengepel."

"Kau tidak bisa mandi. Besok mesinnya baru diperbaiki." Altair turun dari ranjang."Kau tidak usah mandi saja."

"Mana bisa aku seperti ini." Adelia terdiam sejenak."Aku mandi hujan saja."

"Ini sudah malam, kenapa mandi hujan?" Altair mengernyit."Kau bisa kedinginan."

"Aku mandi hujan sambil pulang ke rumah. Karena kau sudah baikan, aku pulang." Adelia berjalan riang.

Altair berjalan pelan sambil membawa payung. Ia memperhatikan Adelia yang bermain hujan. Wanita itu benar-benar melakukannya. Wanita itu terlihat tidak takut apa pun.

Altair mendekat secara perlahan. Adelia menoleh dan tertawa. Lalu, ia kembali bertingkah kegirangan seperti anak kecil.

"Sudah jangan lama-lama.:

"Tapi, ini seru sekali. Tidak terlalu dingin kok." Adelia berpindah tempat. Kemudian melompat-lompat. Jiwanya terasa bebas.

Altair kembali mendekati wanita itu."Sudah, Adel, ayo masuk. Ini sudah malam." Pria itu memayungi Adelia.

"Nanti kau ikut basah, Altair, kau itu sedang sakit,"kata Adelia memperingatkan.

Altair tersenyum, ia merapatkan tubuhnya ke wanita itu. Kemudian menempelkan bibirnya ke bibir Adelia. Adelia terdiam. Bibirnya yang dingin dan basah kini disentuh oleh kehangatan bibir Atair.

Adelia menjauhkan tubuh dan memegang bibirnya."Nanti kau basah."

"Sudah cukup, ayo pulang. Kau ingin jalan sendiri atau kugendong?"

"Aku~" Adelia melangkah mundur, lalu tiba-tiba ia berlari menjauh."Aku akan berlari!"

Altair memegang pelipisnya."Astaga~kau ini." Karena tidak ingin basah, ia memilih untuk masuk ke dalam rumah. Lalu, menyiapkan handuk untuk Adelia. Ia akan menunggu di sana sampai wanita itu kembali.

Adelia tidak sadar berapa lama ia bermain. Hujan sudah tidak deras, waktunya berhenti dan pulang. Ia menyadari bahwa Altair tidak agi di tempat semula. Adelia meihat sekeliling dan merinding. Ia berlari masuk ke rumah.

Altair bersedekap menatap Adelia."Sudah puas?"

Adelia tertawa kecil."Hujannya sudah berhenti."

Altair bangkit dan membawa handuk di tangannya. Ia berdiri di hadapan Adelia. Lalu, mengeringkan wajah wanita itu. Tetesan dari tubuh Adelia membasahi lantai. Wanita itu terdiam merasakan sentuhan Altair.

"Cepat buka baju dan keringkan badanmu!"

Adelia meraih handuk dari tangan Altair dengan cepat. Ia berlari ke dalam toilet. Setelah itu is keluar hanya mengenakan handuk yang melingkar di dadanya.

"Aku sudah selesai. Kau boleh pulang."

"Kenapa kau mengusirku?"

"Ah, karena kau memiliki tempat tinggal sendiri,"balas Adelia dengan cuek. Kemudian ia menaiki anak tangga.

Altair mengikuti Adelia. Lalu secepat kilat merengkuh pinggang gadis tersebut. Adelia membalikkan badan dan memegang dada Altair. Keduanya bertatapan selama beberapa detik.

"Ka-kau mau apa?"

Altair menghempaskan handuk yang melilit di tubuh Adelia. Ia memeluk pinggangnya erat dan melumat bibir wanita itu. Adelia terbelalak. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi mulutnya dibungkam erat. Mau tidak mau ia membalas ciuman Altair.

"Altair~" Adelia melepaskan ciuman untuk mengambil napas."Tunggu sebentar."

"Ada apa?" Altair menciumi leher wanita itu dengan penuh gairah.

"Kita tidak bisa melakukannya lagi." Adelia berusaha menghentikan lelaki itu.

Altair memandang Adelia sembari menggigit bibirnya sendiri."Ada apa, sayang? Kenapa tidak boleh?"

"Kita sudah melakukannya tadi dan~" Ucapan Adelia terhenti karena dibungkam oleh bibir Altair. Ia menghisap lidah Adelia dengan kuat. Dengan mudahnya ia mengangkat tubuh Adelia dan meletakkan di atas kasur.

Altair menindihnya dengan kuat. Adelia berusaha menghindar dengan menggeser tubuhnya. Tapi, Altair begitu kuat. Pria itu juga lihai dalam merayu tubuhnya. Tubuh Adelia tidak bisa menahan gairah itu.  Altair kembali memasukinya. Keduanya kembali bergumul di atas tempat tidur yang hangat

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang