Part 38

300 59 14
                                    

Saat ia bangun, ia sudah berada di ruangan yang berbeda. Beberapa alat di tubuhnya sudah dilepas.  Adelia melihat sang ibu sedang duduk menonton televisi.

"Mama~"panggil Adelia.

Hana menoleh dan langsung bersemangat. Akhirnya Adelia bangun kembali. "Kau sudah bangun?"

"Iya, Ma." Adelia melihat kakinya."Kakiku kenapa?"

"Patah, tapi, kakimu sudah diobati dan akan segera pulih." Hana menatap wajah anaknya dengan penuh haru. Akhirnya ia bisa melihat anaknya lagi.

Adelia tersenyum kecut. Butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan kakinya itu."Papa dimana?"

"Papa sedang bekerja."

Adelia menarik napas panjang. Kemudian ia berusaha mengingat apa saja yang selama ini terjadi."Ma~aku kenapa?"

"Kamu koma selama hampir tiga minggu. Kau kecelakaan mobil,"jelas Hana dengan hati berdenyut. Ia masih trauma dengan kejadian ini. Beberapa jam setelah anaknya pergi, ia justru mendapati anaknya berlumuran darah dan berakhir tidak sadarkan diri.

"Koma? Bagaimana dengan yang lainnya?" Adelia teringat dengan Aron, Reiga, dan juga Altair.

"Siapa?" Hana memasang wajah bingung."Apa kau pergi dengan seseorang? Kau pergi dari rumah sendirian."

"Teman satu mobilku? Tiga orang pria."

"Kau sendirian di dalam mobil, Adelia. Kau mengalami kecelakaan beruntun. Banyak sekali korbannya. Yang terparah adalah kau dan tiga pasien lainnya. Mereka sampai dibawa ke Luar negeri untuk diobati,"kata Hana.

"Kecelakaan beruntun?" Adelia ingat dengan jelas bahwa mobil itu melaju cepat dan menerobos pagar pembatas jalan. Lalu, mereka masuk ke jurang. Tidak ada kecelakaan beruntun karena di sana sangat sepi.

"Sepertinya kau masih syok, sayang. Jangan terlalu dipikirkan. Kau tidak boleh banyak berpikir." Hana mengambil ponsel Adelia dari tasnya."Ini, untungnya ponselmu baik-baik saja. Jadi, polisi bisa menghubungi Mama."

Adelia menerima ponsel miliknya. Ia menyentuh layar dan menggsernya ke atas. Ia melihat tanggal yang tertera."Ma, kenapa tanggalnya berbeda. Ini tanggal berapa?"

Hana melihat layar ponselnya."Itu sudah benar. 20 September."

"Bukankah ini sudah Oktober?"

Hana tertawa kecil."Tidak. Ini masih September."

"Tapi, aku sudah keluar dari rumah selama dua bulan, harusnya sudah Oktober."

"Dua bulan apanya? Kau kecelakaan setelah diusir Papa. Dan tiga minggu setelahnya adalah hari ini."

"Kecelakaan setelah diusir Papa? Maksud Mama?" Adelia semakin bingung.

Hana memegang tangan Adelia dengan erat. "Maafkan Papa sudah mengusirmu. Seandainya Papa menahanmu saat itu, kau tidak akan seperti ini. Kau tidak akan kebingungan seperti ini."

"Apa Mama sedang bercanda? Untuk menutupi rasa bersalah karena sudah mengusirku. Lalu aku terluntang lantung dan Mama pergi ke pernikahan Ayu?"

"Mama dan Papa tidak datang ke pernikahan Ayu karena kamu di rumah sakit. Mama menunggumu sepanjang hari sampai kau membuka mata."

Adelia semakin bingung. Ceritanya sangat berbeda dengan apa yang ia alami. "Tapi, aku bersama teman-temanku. Aku tersesat di sebuah hutan, lalu mereka menolongku. Aku bekerja di sebuah Perusahaan tambang."

"Kapan itu terjadi, Adelia? Belum ada dua jam kamu pergi, Papa sudah mendapat telepon. Kamu kecelakaan." Hana menghela napas berat. Ia khawatir ingatan anaknya sedang terganggu. Atau Adelia mengalami gegar otak. Jangan sampai itu terjadi. Ia mengambil struk belanjaannya hari ini."Lihatlah ini~ Mama baru saja berbelanja. Tertera tanggal hari ini."

"Apa?" Adelia terperangah."Nggak mungkin, Ma ini~"

"Adelia, jangan paksa otakmu berpikir. Kau harus mengingat semuanya pelan-pelan. Maafkan Mama dan Papa, ya."

Adelia terdiam. Ia kecelakaan setelah diusir dan melakukan perjalanan. Lalu, ia kecelakaan. "Dimana aku kecelakaan, Ma?"

"Di tikungan yang curam, di wilayah Pertambangan milik Perusahaan Nevalindo."

"Ne-Nevalindo? Perusahaan tempat ia bekerja?" Semua ini menjadi teka-teki. Adelia memegang kepalanya yang sakit. Jadi, selama ini ia hidup bersama Aron, Reiga, dan Altair itu hanyalah mimpi. Tapi, kenapa semua begitu nyata.

Adelia menatap Ibunya bingung. Ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. Ia mengambil ponselnya dan mencari tahu tentang PT. Nevalindo. Perusahaan itu benar-benar ada. Sementara di dalam mimpinya, Perusahaan itu baru akan didirikan dan dibangun. Adelia menelusiri lebih dalam. Ia semakin dikejutkan dengan titik lokasi. Semua itu benat-benar mirip seperti dengan mimpinya.

Adelia termenung, jadi, selama koma ia masuk ke dalam dunia lain. Lalu, ia berperan sebagai orang yang dicintai oleh tiga pria. Aron, Reiga, dan Altair adalah tokoh fiksi dalam mimpi. Kasih sayang ketiga lelaki itu hanyalah khayalan saja.
Padahal kasih sayang itu terasa begitu nyata. Ia menginginkan kasih sayang seperti itu.

"Kamu harus banyak istirahat. Jangan paksa otakmu bekerja." Hana mengingatkan."Oh, ya, Eliard sudah datang ke sini untuk meminta maaf pada Mama dan Papa. Dia sudah menjelaskan semuanya. Jadi, jangan bersedih lagi."

Adelia mengangkat wajahnya. Karena terlalu memikirkan tiga pria itu ia sampai lupa pernah menikah. "Lalu, apa yang dia lakukan, Ma?"

"Eliard meminta maaf karena sudah mengacaukan semua ini. Dia akan menemuimu untuk minta maaf padamu,  nanti ketika cuti."

"Kenapa harus menemuiku di saat cuti?" Adelia tersenyum lirih.

"Dia sudah menanda tangani kontrak bekerja di luar kota."

"Luar kota?" Adelia menggumam. Di dalam mimpinya Eliard juga bekerja di luar kota.

"Tapi, sebelum pergi Eliard sudah datang melihatmu. Dia datang bersama Tania. Mama jadi kesal padanya. Baru saja bercerai sudah membawa wanita lain. Mama menyesal sudah memarahimu karena bercerai darinya. Ternyata dia itu pria berengsek."

Tania juga masuk ke dalam mimpinya. Wanita itu dekat dengan Eliard. Beberapa kejadian di dunia nyata ia alami di alam mimpi.

"Ma~"

Pintu ruangan terbuka. Ada dua orang wanita paruh baya datang. Hana menyambut kedua temannya dengan bahagia.

"Adelia, ini teman Mama."

Adelia tersenyum. Ia terpaksa mengurungkan niatnya untuk bertanya.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang