Reiga mengirimkan file dengan cepat. Saat ini tubuhnya sudah setengah basah. Ia mengkhawatirkan Adelia yang ada di sana sendirian. Setelah memastikan file telah diterima oleh kantor pusat, Reiga segera mengemas laptopnya. Pria itu berdiri di depan pintu menatap langit. Hujan sedikit lebih deras dari sebelumnya. Karena air tidak akan menembus tasnya, ia tidak perlu khawatir. Ia bisa tetap pulang. Ia bisa mengenakan pakaian Aron nanti.
Pria itu berjalan cepat. Sesuai dugaannya, pakaiannya sangat basah. Ia masuk dengan cepat. Sedetik kemudian ia terbelalak karena mendengar suara dari toilet."Adel?"
Adelia terperanjat, ia sedang berusaha bangkit dari lantai.
"Adelia, kenapa kau turun?" Reiga terbelalak. Ia meletakkan tasnya lalu menghampiri wanita itu.
"A-aku ingin ke toilet, kupikir tidak akan apa-apa jika aku turun pelan-pelan,"katanya sedikit berbohong.
"Sudah kukatakan aku segera kembali. Aku hanya sebentar. Seharusnta tunggu sebentar lagi." Reiga membantu wanita itu berdiri.
"Kenapa kau basah?" Adelia mempertanyakan penampilan Reiga.
"Karena aku hujan-hujanan. Aku merasa terjadi sesuatu padamu. Dan ternyata benar. Kau memang keras kepala." Reiga menggerutu."Sekarang kau harus mendengarkanku."
Adelia menelan ludahnya."Iya, maafkan aku."
Adelia semakin merasa bersalah. Ia mengeluarkan cairan yang cukup banyak saat menonton video itu. Ia menggunakan jarinya. Ia tidak mungkin membiarkan situasinya tetap seperti itu ketika Reiga datang. Oleh karena itu ia nekad untuk turun. Ia berharap bisa naik kembali sebelum Reiga datang. Tapi, ternyata ia harus terpeleset dan menendang ember berisi air itu. Tubuhnya menjadi basah sekarang."Buka bajumu!"printah Reiga.
"Ya?" Adelia terperanjat.
"Buka bajumu sekarang, aku ambil handuk dulu." Reiga mendengkus. Pria itu mengambil handuk dengan cepat. Adelia masih mengenakan pakaiannya.
"Kita sama-sama membuka pakaian. Aku akan membelakangimu."
Adelia mengangguk. Reiga membelakanginya. Pria itu melepaskan pakaiannya yang basah. Lalu, melingkarkan handuk di pinggangnya."Kau sudah selesai?"
"Sudah untuk bagian atas. Tapi, aku kesulitan membuka celanaku." Adelia sudah melingkarkan handuk di dadanya.
Reiga membalikkan badan. Ia berjongkok dan membanyu wanita itu melepaskan celana beserta pakaian dalamnya. Adelia tidak bisa berbuat apa-apa selain menahan malu. Reiga melihat pakaian dalamnya.
Reiga melihat kondisi kakinya."Lihatlah, lukamu akan semakin lama sembuhnya."
Adelia terdiam."Tapi, aku sudah minum obat tadi, kan~"
"Aku harus ganti perbannya karena ini basah." Reiga membopong Adelia dan membawanya kembali ke kamar. Adelia merasakan beberapa bagian tubuh mereka menempel secara langsung. Kulit Reiga begitu dingin. Dadanya terasa sangat keras. Ia bisa merasakan aroma air hujan bercampur dengan aroma tubuh lelaki itu. Ia ingin bersandar di sana dan menghirup aromanya.
Reiga mengganti perban masih menggunakan handuk di pinggangnya. Begitu juga dengan Adelia. Wanita itu merasa tidak nyaman, tapi, ia sudah telanjur tidak enak hati. Ia sudah membuat pria itu kesal karena kecerobohannya berkali-kali.
"Sudah selesai."
"Maaf,Rei~"ucap Adelia pelan.
"Haruskah kumaafkan?" Reiga menatap Adelia datar."Kau tidak mau mendengarkanku. Itu lumayan menyebalkan."
Adelia yang sedang berbaring langsung duduk dan memegang tangan pria itu."Maaf. Kalau begitu aku kembali tidur di bawah. Kau tidak perlu datang lagi. Aku akan mengurusnya sendiri."
Reiga terdiam. Ia hanya sedang berpura-pura marah, ia ingin Adelia menuruti perintahnya untuk tidak banyak bergerak. Kakinya harus sembuh sebelum Aron kembali. Setidaknya wanita itu bisa berjalan dengan baik.
"Rei~" Adelia memegang ujung handuk lelaki itu.
"Jangan menariknya, nanti lepas."
Wanita itu menarik tangannya dengan spontan."Baiklah."
"Jadi, bagaimana kakimu saat ini?"
"Sakitnya berkurang. Padahal tadi sempat terbentur,"jawab Adelia.
Reiga menarik napas panjang. Kemudian melihat kaki wanita itu. Kakinya terlihat lebih panjang karena hanya mengenakan handuk. Reiga mengusap-usap kaki wanita itu. Adelia mengigit bibirnya. Ia merasa sedikit terangsang, karena sebelumnya ia sedang membutuhkan sentuhan.
"Badanmu terasa hangat, padahal kau barusan terkena air."
"Ah iya." Adelia meringis."Kita harus pakai baju."
"Ah, iya,akan kuambilkan tapi, sebentar ya." Reiga meluruskan kakinya. Pria itu terlihat merenung beberapa detik.
Adelia memeluk tubuhnya sendiri. Tubuhnya terasa hangat karena saat ini ia sedang sangat bergairah. Ia berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Reiga segera mencari pakaian Aron. Ia juga mencarikan pakaian milik Adelia. Pria itu tertegun saat mendapati pakaian dalam milik wanita itu.
"Apakah ukurannya memang sebesar ini?"tanyanya dalam hati. Pria itu kembali menghampiri Adelia. Wanita itu membelakanginya dan diam saja. Reiga yakin, wanita itu tidak tidur.
"Adel?"
Reiga mendekat, lalu ia merasakan panas tubuh yang dikeluarkan wanita itu. Reiga berbaring perlahan, lalu masuk ke dalam selimut. Ia memeluk wanita itu dari belakang. Tidak ada reaksi apa pun dari Adelia.
Reiga mencium leher belakang wanita itu. Tubuh Adelia terasa bergetar. Namun, ia memilih untuk diam. Reiga melepaskan handuk wanita itu dan memeluknya lagi dari belakang. Adelia terbelalak. Sesuatu yang keras sudah menempel di pinggangnya. Akankah terjadi sesuatu padanya dan Reiga.
Reiga menangkup buah dada Adelia, meremasnya pelan. Ia memilin putingnya dan merasakan miliknya semakin mengeras.
Pria itu mencumbu lehernya dan ciumannya mulai begitu intens.Adelia menggelinjang, ia menengadah, lalu wajahnya disambut oleh lelaki itu. Reiga menciumi wajahnya. Lalu, ia menarik wajah Adelia agar melihat ke arahnya. Mata Adelia terbuka, lalu keduanya berciuman. Reiga kembali meremas dadanya.
Satu tangan Reiga turun ke milik Adelia. Pria itu menyentuhnya dan terkejut."Ini basah sekali. Sejak kapan itu terjadi?"
Wanita itu tidak menjawab. Ia merasa malu untuk mengakui bahwa ia menonton video tersebut. Reiga memasukkan jarinya di sana. Pria itu berhasil membuat Adelia pelepasan untuk yang kedua kalinya.
"Ini menakjubkan, sayang,"bisik Reiga sambil mengarahkan miliknya pada milik Adelia. Handuknya sudah terlepas dengan sendirinya.
"Apa kita bisa melakukannya dari belakang? Aku takut kakimu sakit." Reiga menghempaskan selimut yang sejak tadi menutupi mereka. Lalu, ia meluruskan tubuh Adelia. Kini ia bisa melihat tubuh wanita itu dengan jelas.
Adelia membuang pandangannya. Tatapan Reiga sudah berubah seperti saat pertama kali mereka bertemu. Reiga membuka paha wanita itu dengan hati-hati."Kau akan memasukkannya?"
Reiga mengangguk."Ya."
"Tolong pakai pengaman,"kata Adelia pelan.
"Hmmm, aku tidak ingin menggunakannya sekarang." Reiga menyerang buah dada wanita itu. Adelia menjadi lepas kendali. Ia mendesah begitu kuat dan panjang. Di saat bersamaan, Reiga memasuki Adelia dan menghunjamnya.
"Re-Rei!" Adelia tercekat. Ia ingin menolak, tapi, gairahnya menghempaskan akal sehatnya. Ia menikmati sentuhan Reiga. Tapi, otaknya masih bisa mengingat dengan jelas bahwa lelaki itu belum menggunakan pengaman.
Tangan Adelia menjangkau kotak kecil di sebelah dinding. Ia menahan tubuh Reiga dan meminta pria itu menggunakannya. Reiga memakainya dengan cepat, lalu menghunjam kembali. Rasanya begitu melegakan setelah berhasil mengeluarkan cairan miliknya bersama Adelia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURNING ESCAPE
Romance21+ Orang tua Adelia tidak bisa menerima perceraiannya. Adelia diusir dan tersesat saat ia berjalan tanpa arah. Ia hidup bersama orang-orang di dalam hutan yang sedang menjalankan sebuah misi. Adelia ikut bekerja di sana dan terlibat dalam hubungan...