Part 3

897 104 4
                                    

Adelia terbangun karena matahari memasuki celah dinding. Ia tersentak dan langsung bangkit dari ranjang. Ia membuka pintu dan melihat keadaan luar yang sunyi. Ia tak melihat ada kehidupan yang berarti di sini. Mungkinkah ia sedang bermimpi dan tersesat di sebuah tempat. Ini seperti wilayah terdalam di suatu daerah.

"Pagi,"sapa Aron mengejutkan Adelia.

Adelia tersentak dan mengusap dadanya. Ia menatap pria yang ada di sebelah kanannya."Pagi, maaf aku bangun terlambat."

Aron tersenyum."Tidak. Oh ya aku sudah menyiapkan makan pagi untukmu."

Adelia menggeleng tak enak hati. "Ah, kau tidak perlu menyiapkannya."

"Kau pasti belum makan sejak semalam. Selain itu, kami sangat menghargai tamu. Jadi, makanlah."

"Baiklah, aku akan makan, tapi dimana toiletnya? Aku ingin mencuci muka dan menggunakan toilet."

"Ada di bagian belakang. Aku akan menunjukkannya." Aron mempersilakan.

Adelia mengambil handuk kecil beserta perlengkapan mandi dalam sebuah pouch. Ia berjalan mengikuti Aron menelusuri jalan setapak. Langkah Aron terhenti di hadapan sebuah ruangan kecil yang dikelilingi kayu. Terdapat sebuah pintu yang terlihat sangat lapuk. Adelia tidak yakin ia bisa masuk ke dalamnya.

Aron tersenyum melihat raut wajah Adelia. Ia membukakan pintu toilet."Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Di dalamnya bagus."

Adelia mendekat dan terkejut. Aron berkata benar. Di dalamnya terdapat toilet yang modern, seperti yang ia temukan di kota besar. Tetapi, kenapa mereka mendesainnya seperti ini.

"Semoga kau bisa merahasiakannya,"bisik Aron.

"Ah i-itu~aku akan tutup mulut." Meskipun tidsk tahu apa alasannya, Adelia akan menuruti permintaan sang tuan rumah."Aku ke dalam dulu."

"Aku akan menunggu di sana." Aron menunjuk sebuah pohon besar.

Adelia membersihkan diri dengan cepat. Ia tidak ingin mengulur waktu dan memberikan kesempatan pada siapa pun untuk mengintip atau berusaha melukainya.

Wanita itu membuka pintu toilet dengan hati-hati. Ia mengintip keadaan di luar terlebih dahulu. Ternyata Aron masih ada di bawah pohon. Ia segera menghampirinya."Aku sudah selesai."

Aron mengangguk dan membawa Adelia sarapan. Makanan itu sudah sedikit dingin karena sudah dibuat sejak tadi.

"Ayo makan."

Adelia menelan ludahnya. Ia merasa lapar sekali. Betapa beruntungnya ia bertemu dengan Aron."Terima kasih."

"Sama-sama."

"Kenapa di sini sunyi sekali? Dimana Henry dan Nara?"

"Mereka sedang bekerja. Oh ya, sejujurnya kami memiliki stok bahan bakar di sini. Kami sudah berdiskusi dan sepakat untuk memberikannya padamu,"kata Aron dengan serius.

Adelia menatap Aron. Kini ia menyadari bahwa lelaki itu memiliki mata coklat yang menawan."Kalian akan memberikannya padaku? Aku akan membayarnya. Aku tidak akan menerimanya secara cuma-cuma."

"Tidak apa-apa. Kami tidak bisa memberikannya banyak. Hanya cukup untuk sampai kau menemukan pom bensin,"jelas Aron.

Adelia mengangguk-angguk mengerti."Itu lebih dari cukup. Aku sangat berhutang budi pada kalian."

Aron menatap Adelia yang makan dengan lahap. Jelas sekali terlihat bahwa wanita itu dangat kelaparan. Ia merasa pernah melihat wanita ini, tetapi, ia sudah lupa. Mungkin sudah lama sekali.
"Kau tinggal di mana?"

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang