Adelia merapikan lembaran kertas yang berserakan. Lalu, mengumpulkannya menjadi satu. Hari ini ia akan memberikannya pada Altair. Seharusnya ia memberikannya kemarin, tapi, pria itu berbaik hati memperpanjang waktunya. Jadi, total semuanya adalah tiga hari.
Adelia akan memberikannya setelah sarapan pagi.Sudah tiga hari lamanya ia tertidur di kantor bersama pria-pria lain. Biar pun begitu, tidak ada yang terjadi di antara mereka.
"Adelia, kau sudah selesai sarapan?"tanya Rhodes membuyarkan lamunannya. Pagi ini ia mulai merindukan Aron lagi. Pria itu belum juga kembali. Ini sedikit membuatnya khawatir.
Adelia mengangguk."Sudah, baru saja selesai."
"Syukurlah, tampaknya kau sudah terbiasa dengan jam kerjanya." Rhodes duduk sambil membawa cangkir kopinya.
"Ya, walau dia memiliki kantong mata sekarang." Reiga terkekeh."Tapi, tenanglah, gajimu bisa membeli skincare termahal di dunia ini.
"Ah, jangan berlebihan."
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"tanya Reiga.
"Aku akan menyerahkannya pada Altair pagi ini. Sayangnya dia belum muncul." Adelia mengedarkan pandangannya.
"Ah, dia sedang ke rumah. Nanti juga kembali." Rhodes sempat bertemu dengan Altair di depan kantor.
"Aku dan Reiga akan ke perkampungan hari ini. Kau dan Altair di kantor menyelesaikan sisa pekerjaan. Oh, ya~dua hari lagi Aron akan pulang."
Mata Adelia langsung berbinar-binar."Benarkah?"
"Kau senang sekali, ya? Tampaknya kau hanya jatuh cinta pada Aron,"kata Reiga dengan nada cemburu.
"Ah,kenapa kau membahas itu." Adelia memalingkan wajahnya."Bagaimana pun dia adalah penolongku. Jadi, aku terus mengingatnya."
"Aku juga penolongmu,tapi, tidak apa-apa. Memang Aron lah yang paling berharga,"kata Reiga dengan nada seperti anak kecil yang ngambek.
"Ah, tidak seperti itu. Kau juga penolongku, Reiga. Maksudku, aku lebih dulu mengenalnya. Jadi, aku merasa sangat dekat dengannya. Itu saja." Adelia tidak ingin pria itu salah paham. Bukan karena ia takut kehilangan Reiga. Ia hanya tidak mau menciptakan hubungan yang buruk di sini.
"Jika Altair sudah setuju. Kau boleh libur satu hari, Adelia. Kau kurang tidur, kan?"
Adelia menggeleng."Tidak apa-apa. Lagi pula apa yang bisa kulakukan saat cuti? Aku datang ke sini memang untuk bekerja."
"Kau bisa tidur sepuasnya. Jangan sampai wajahmu berkurang sinarnya karena kurang tidur,"sahut Reiga
"Thanks, tapi, aku baik-baik saja. Oh ya, apa yang akan kalian lakukan di perkampungan?"
"Beberapa gubuk di sana akan dibongkar. Lalu, kita akan membuat direct kit di lokasi. Beberapa alat berat juga sudah datang. Banyak sekali pekerjaan menanti,"jelas Rhodes.
Adelia mengerti setelah ini mereka akan sibuk sekali. Oleh karena itu ia tidak mungkin mengambil cuti di sela-sela kesibukan seperti itu.
Reiga dan Rhodes sudah selesai sarapan. Mereka mengenakan sepatu dan membawa perlengkapan lainnya. Setelah itu mereka berpamitan.
Reiga memeluk pinggang Adelia."Kau akan baik-baik saja, kan?"
"Iya. Aku bisa mengatasinya." Wanita itu tersenyum. Kini ia kembali dilanda rasa sedih karena Reiga juga akan pergi."Kau akan pergi berapa lama?"
"Mungkin akan lama kembali. Karena aku harus mengawasi pekerjaan di sana. Aku pasti merindukanmu." Pria itu menangkup wajah Adelia dan melumat bibirnya. Adelia membalasnya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURNING ESCAPE
Romance21+ Orang tua Adelia tidak bisa menerima perceraiannya. Adelia diusir dan tersesat saat ia berjalan tanpa arah. Ia hidup bersama orang-orang di dalam hutan yang sedang menjalankan sebuah misi. Adelia ikut bekerja di sana dan terlibat dalam hubungan...