Part 33

338 55 6
                                    

Adelia dan Altair duduk berhadapan. Mereka bersiap untuk makan bersama. Pintu diketuk. Gerakan Altair terhenti. Adelia melirik pria itu dan menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya.

"Duduk dan tenang. Aku yang buka pintu."
Altair membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Ternyata salah satu orang yang pergi bersama Aron. Orang itu membawa sepucuk surat.

Altair membuka surat dan membacanya sekilas. Setelah itu ia menyimpaan kembali. "Aku mendapat surat dari Aron."

Mata Adelia menyipit."Aron? Apa dia akan segera kembali?"

Altair menggeleng."Aku tidak tahu. Makanlah lebih dulu. Aku belum membacanya dengan detail."

"Apa tidak sebaiknya kau membaca isinya lebih dulu? Mungkin ada sesuatu yang sangat penting,"kata Adelia penuh harap. Mungkin saja ada sebuah pesan yang ingin Aron sampaikan padanya.

Altair menatap Adelia dengan penuh tanya."Apakah kau sudah sangat merindukannya?"

"Apa?" Adelia tersentak dengan nada bicara Altair.

"Saat ini kau sedang bersamaku. Kau tidak boleh membicarakannya." Altair kehilangan selera makannya.

Adelia terpaku."Apa maksudmu, kita semua hanyalah rekan kerja."

Altair memegang tangan Adelia erat."Hanya rekan kerja?"

Wanita itu mengerjapkan matanya dengan bingung."Iya, rekan kerja. Bukankah begitu?"

"Setelah apa yang terjadi baru saja?"tatap Altair tidak percaya.

"Kau yang datang dengan tiba-tiba. Kau juga bersikap keras padaku beberapa hari ini. Tentu saja itu adalah sikap sebagai rekan kerja,"jelas Adelia. Apakah ini artinya Altair menyukainya? Sama seperti yang Aron dan Reiga lakukan padanya. Ia sudah membuka pintu untuk ketiga lelaki itu. Dan sekarang tidak satu pun yang bisa ia tutup.

Altair mendesah kecewa. Ia melepaskan tangan Adelia perlahan. Pria itu makan tanpa mengeluarkan sepatah kata. Adelia menelan ludahnya. Ia merasa tidak nyaman dengan ekspresi Altair seperti itu. Wajah pria itu kembali menyeramkan.

Adelia terduduk dengan kaku. Ia merasa sulit bergerak. Ada rasa bersalah yang terselip di hatinya. Harusnya ia bersikap baik pada Altair. Tapi, sikap Altair membuatnya merasa serba salah. Ia makan dengan perlahan dan hati-hati.

"A-Altair~"panggil Adelia ragu-ragu setelah menghabiskan makannya dengan hening.

Altair melirik Adelia."Kenapa?"

"Maaf kalau kau tersinggung dengan kata-kataku."

"Aku memang tersinggung,"jawab Altair sambil meletakkan sendoknya dengan keras. Wajahnya terlihat cemberut dan tidak bersemangat.

Adelia sangat kaget."Ma-maafkan aku."

"Hmmm~ Altair mengabaikan Adelia.

Adelia merapikan bekas makannya dan menyimpan ke dapur. Lalu di duduk di kursi yang sedikit lebih jauh dari Altair. Pria itu pasti akan pergi dengan sendirinya.
"Kenapa kau duduk di sana? Kau sengaja menjauhiku? Kau menyukai Aron dan Reiga, tapi, tidak menyukaiku? Kau itu milik kami bertiga. Aku memiliki hak atas dirimu."

Adelia terbelalak."Kapan itu diputuskan? Kita berempat tidak memiliki kesepakatan seperti itu."

"Sejak kau di sini, itu adalah kesepakatan yang mutlak."

Adelia terdiam. Ia meremas ujung pakaiannya. Mingkin benar, sejak ia menginjakkan kaki di hutan ini, ia harus mengikuti aturan mereka. Tetapi, bagaimana mungkin ia memiliki hubungan seperti ini. Ia juga belum bicara dengan Aron, apakah pria itu setuju atau tidak.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang