Part 40

279 56 4
                                    

Adelia berjalan pelan menggunakan penyangga. Saat ini ia sedang berlatih berjalan. Ia sudah bisa melakukan beberapa langkah. Setelah itu ia duduk kembali di kursi rodanya.  Ini sudah sebulan sejak peristiwa itu. Setelah itu kehidupan Adelia berjalan normal. Ia ingin segera sembuh. Ia ingin pergi ke lokasi dimana ia kecelakaan. Ia penasaran dengan hutan yang ada di sekitarnya. Mungkin saja tempat itu benar-benar nyata.

"Adel~" Hana menghampiri putri satu-satunya itu.

Langkah Adel terhenti."Ya, Ma?"

Hana tersenyum senang melihat perkembangan anaknya."Sudah cukup untuk hari ini. Istirahat."

"Iya, Ma."

"Adel, Mama ingin cerita sesuatu. Seharusnya Mama ceritakan ini sejak lama atau seharusnya Mama tidak perlu menceritakannya. Tapi, orang itu datang." Raut wajah Hana berubah menjadi sedih.

Kedua alis Adelia terangkat "Orang itu siapa, Ma?"

"Saat kamu koma, ada yang mencarimu dan mengatakan kalau dia Kakak kandung kamu."

"Apa? Bagaimana bisa?" Jantung Adelia berdegup kencang. Kejutan apa lagi yang ia dapatkan setelah ini.

Hana mendorong kursi roda Adelia."Orangnya ada di sini. Kalian bicara langsung saja supaya semuanya jelas. Kalian bicara di teras belakanh saja supaya Mama bisa memantau."

Hana diletakkan di teras dengan meja di hadapannya. Tak lama asisten rumah tangga membawa minuman dan makanan kecil.

"Silakan,Pak."

"Terima kasih."

Adeliamendengar suara itu. Itu pasti tamu yang akan bertemu dengannya. Benarkah ia memiliki Kakak kandung? Bukankah Ayah dan Ibu mereka bercerai? Banyak sekali pertanyaan di kepala Adelia.

Wanita itu menatap ke arah pintu menantikan siapa yang akan datang. Seorang pria masuk dengan stelan pakaian formal. Adelia menatap wajahnya dan terpaku.

"Halo, Adelia."

"Ka-kau~" Adelia terbata-bata. Apakah ia sedang bermimpi kembali? Itu adalah Rhodes. Pria yang ada di dalam mimpinya. Walaupun ia jarang berinteraksi pada lelaki itu, Adelia masih ingat wajahnya. Itu asalah Rhodes, pria yang ramah dan lucu.

"Perkenalkan namaku Rhodes." Rhodes menjabat tangan Adelia. Matanya tak lepas dari wanita itu.

"Rhodes~apakah benar nama Anda Rhodes?" Adelia terkesiap.

Pria itu tersenyum hangat."Iya. Maaf mengganggu waktumu."

"Silakan duduk." Adelia tertegun. Matanya tidak bisa lepas dari lelaki itu. Pria itu jauh lebih tampan dari yang ia lihat di alam mimpi. Lalu, kenapa pria itu ada di hadapannya sekarang. Kenapa pria di dalam mimpinya ada di depan matanya? Benarkah ini nyata atau sedang kembali dalam mimpi.

"Aku tidak tahu harus memulai ceritanya dari mana.Aku sudah bicara dengan orang tuamu saat kau masih koma. Lalu, aku juga menjengukmu saat masih di ICU."

"Terima kasih sudah menjengukku. Tapi, Anda siapa dan memiliki keperluan apa denganku?" Adelia mempersiapkan hatinya. Apa jangan-jangan Rhodes juga bermimpi seperti dirinya. Lalu ia datang ke sini untuk membahas hal tersebut.

"Aku adalah Kakakmu, Adelia."

"A-apa?" Ini di luar dugaan Adelia. Ia tidak menyangka kalimat itu akan muncul."Kakakku? Bagaimana mungkin? Aku anak tunggal di keluarga ini."

Rhodes menghela napas panjang. "Hmmm ceritanya sedikit rumit. Tapi kau sudah mendengar kisahmu dari mereka, bukan? Dari mana kau berasal. Bisakah kau menceritakan ulang, lalu aku akan menyambung ceritamu."

Adelia mengangguk."Ibuku menikah kontrak dengan seorang pria. Pria itu berharap anak yang lahir adalah laki laki. Ternyata yang lahir adalah seorang perempuan. Kontrak batal. Ibuku frustrasi dan tidak menginginkanku. Lalu, ia menyerahkanku ke yayasan. Orang tuaku yang sekarang mengadopsiku."

"Baik, aku akan menyambungkan ceritanya,"kata Rhodes yang setelahnya menarik napas panjang."Sebelum menikah dengan Ibumu, Pria itu berpacaran dengan Ibuku. Mereka putus tanpa pernah Pria itu tahu bahwa Ibu sedang mengandung. Ibuku tidak memberi tahu karena hubungan mereka tidak mendapat restu. Lalu mereka bertemu lagi saat aku berusia tiga tahun.
Saat pria itu tahu bahwa ia memiliki anak laki-laki, maka dia mengambil kami dan menikahi Ibu."

Adelia tertawa lirih."Apakah memiliki seorang anak perempuan sebuah kejahatan."

Rhodes menatap Adeia begitu dalam. Ciri-ciri fisik Adelia sama persis dengannya. Gen Ayah mereka mengalir dengan kuat pada anak-anaknya. "Kehidupanmu selama ini pasti berat, ya?"

Adelia menggeleng kuat."Tidak. Mama dan Papa menyayangiku. Bahkan aku tidak pernah tahu kalau mereka mengadopsiku. Aku tidak pernah mengalami kejadian buruk selain pernikahanku."

"Tapi, kau sudah bercerai sekarang. Kakak akan membahagiakanmu." Rhodes berucap dengan serius."Maafkan Kakak karena terlambat menemukanmu. Aku pasti akan menyiapkan pasangan yang tepat untukmu."

"Tapi, apakah kita ini benar-benar saudara?" Adelia bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Saat kau masih koma, aku mengambil rambutmu untuk dicocokkan dengan Dna Ayah. Kau memang anak kandungnya,"jelas Rhodes.

Air mata Adelia menetes. Ia menyekanya dengan cepat."Setidaknya aku sudah tahu siapa Ayah kandungku ."

"Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu. Aku sangat cemas melihatmu terbaring di ranjang dengan banyak alat bantu."

"Itu insiden yang seharusnya tidak terjadi. Tapi, semua sudah terlewati. Aku selamat."

"Aku sangat bersyukur karena kau sudah bangun, Adelia."

Adelia menatap Rhodes. Pria di hadapannya itu sangat baik dan lembut persis seperti dalam mimpinya. Semua ini terjadi secara kebetulan. Ia tidak mungkin menceritakan mimpinya. Setidaknya di balik semua kejadian ini, ia jadi tahu kenyataan bahwa ia adalah anak adopsi. Lalu, ia bisa bertemu dengan Kakaknya.

"Bagaimana kabar Ayah?" Adelia berkata dengan hati berdenyut. Tidak apa-apa jika memang ia tidak diinginkan. Ia sudah memiliki Papa yang mengurusnya sejak kecil.

"Dia sudah meninggal."

Adelia terdiam seketika."La-lalu apa yang membawa Kakak ke sini."

"Ibuku tahu kisah Ayah dan Ibumu. Ibu berusaha mencari tahu keberadaan kalian. Bagaimana pun aku adalah laki-laki dan kau perempuan. Kita bisa saja tidak sengaja bertemu dan saling jatuh cinta. Itu tidak boleh terjadi karena kita sedarah. Jadi, ibu terus mencari tahu dan menemukanmu diadopsi oleh sebuah keluarga. Jadi, aku mencarimu. Ternyata kau mengalami kecelakaan yang parah."

Adelia tertunduk. Hatinya terasa gelisah. Ia merasa ada sesuatu yang hilang darinya. Mungkinkah karena mendengar berita bahwa Ayahnya sudah tiada sebelum ia bertemu secara langsung?

"Aku menemuimu karena ingin memberi tahu faktanya. Tentu aku tidak memaksamu tinggal bersamaku. Karena kau memiliki orang tua."

"Iya, aku akan tetap bersama orang tuaku,"jawab Adelia.

"Tapi, apakah kau bersedia bertemu dengan Ibuku? Dia ingin bertemu denganmu."

"Apa tidak apa-apa jika Ibu Kakak bertemu denganku? Aku adalah anak dari wanita yang merebut kekasihnya."

Rhodes menggeleng."Ibu tidak pernah membencimu atau Ibumu."

"Aku bersedia untuk bertemu."

"Aku tahu ini sedikit canggung. Tapi, apakah aku boleh memeluk adikku?" Rhodes bangkit menghampiri Adelia.

Adelia mengangguk. "Tapi, aku tidak bisa berdiri."

"Duduk saja, aku akan memelukmu." Rhodes merengkuh tubuh Adelia. Akhirnya ia bertemu dengan adiknya. Mulai sekarang, ia akan menjaga wanita itu dengan baik. Keduanya berpelukan dengan haru. Kini Adelia tidak sendiri lagi. Ia memiliki sosok kakak yang tampan dan akan menjaganya dengan baik.

"Mulai sekarang kau adalah tanggung jawabku, Adelia."

Ada perasaan tenang sekaligus bingung. Adelia tidak tahu bagian mana dari hidupnya yang merupakan senuah mimpi. Ini lebih terlihat seperti sebuah mimpi. Jika ka bisa bertemu dengan Rhodes di dunia nyata, mungkinkah ia juga akan bertemi dengan Reiga, Aron, dan juga Altair?

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang