Ah, Adelia~ini terlalu rapat. Milikmu sangat ketat. Aku sangat menyukaimu, Adel."
"Adel, aku ingin keluar~ percepat hisapanmu."
Suara itu terdengar sangat jelas di telinga Adel.
Mata Adelia terpejam dengan kening berkerut. Ia membuka matanya dengan cepat. Ia baru saja bermimpi bertemu dengan Aron, lalu mereka bercinta dengan hebat.
Adelia menghela napas panjang. Ia mengusap wajahnya. Ini sudah dua bulan lamanya sejak ia dinyatakan bangun dari tidur panjangnya. Hidupnya kembali normal. Tidak ada sesuatu yang baru dari hidupnya kecuali Rhodes. Rhodes selalu memberi kabar pada Adelia. Ia pria yang sibuk sehingga jarang mengunjungi Adelia.
Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Adelia mengambil ponselnya. Ia menerima pesan baru dari Rhodes. Pria itu mengajaknya bertemu dan menginap di rumahnya. Adelia termenung sejak. Jika menginap di rumahnya, maka ia akan bertemu dengan Ibu Rhodes. Adelia membalas pesan yang dikirimkan saat ia sudah tertidur. Rhodes pasti akan membacanya saat bangun nanti.
Adelia meletakkan ponsel di sampingnya. Tidak lama kemudian, ia mendapatkan balasan dari Rhodes."Cepat sekali, apa dia tidak tidur?"
Adelia membalas pesan Rhodes. Pria itu mengatakan kalau ia sedang bersama teman-temannya. Salah satu dari mereka akan menikah. Jadi, mereka mengadakan acara khusus melepas masa lajang. Rhodes mengatakan kalau akan menjemput Adelia saat jam makan siang.
Adelia mengikat rambutnya. Lalu ia duduk termenung mengingat mimpinya. Kali ini semua sangat jelas memanglah sebuah mimpi.
"Aku rindu Aron, Altair, dan Reiga~ah, kenapa mereka hanya ada dalam mimpiku." Adelia memeluk tubuhnya sendiri. Ia sangat merindukan kehadiran mereka. Ia berharap bertemu lagi di dalam mimpi. Tetapi, sudah berminggu-minggu, mereka tidak pernah hadir kembali. Itu hanyalah mimpi indahnya selama ia koma.
Adelia segera mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tidak mau memikirkan seks di pagi ini. Rasanya ia bisa gila menahan keinginan tersebut. Setelah mandi, ia memilih-milih pakaian yang akan dikenakan dan dibawa ke rumah Rhodes. Ia harus mengenakan pakaian yang bagus.
Rhodes menjemputnya tepat waktu. Adelia dibawa ke sebuah rumah yang sangat besar. Ia gugup dan merasa tidak nyaman saat memasuki rumah itu. Ia akan bertemu dengan seseorang yang bisa saja membencinya.
Marina berdiri di ruang keluarga dan tersenyum melihat Rhodes dan Adelia datang.
"Ma, ini Adelia." Rhodes memperkenalkan.
"Halo, Tante perkenalkan nama saya Adelia."
Marina tersenyum hangat. Adelia memandang wanita paruh baya itu dengan kagum. Dia cantik bagaikan Dewa Yunani."Selamat datang, Adelia."
"Anda cantik sekali." Adelia tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji.
Marina memegang wajahnya."Astaga, padahal aku sudah tua." Ia menatap wajah Adelia lekat-lekat. Gadis itu memang sangat mirip dengan Rhodes. Orang yang melihatnya pun pasti tahu kalau mereka adalah saudara.
"Ayo duduk."
"Syukurlah aku menemukanmu dengan cepat. Jika tidak, Rhodes bisa jatuh cinta padamu. Kau cantik sekali, Adel."
"Ah, mana mungkin Mama~" Wajah Rhodes memerah.
Marina hanya memandang Rhodes dengan tatapan mengejek. Padahal kalimat itu yangbia dengar dari mulut anaknya sendiri.
Adelia menatap Marina."Maaf jika kehadiranku dan Ibuku membuat Tante kesulitan selama ini."
"Ini bukan salah kamu atau Rhodes. Kalian adalah malaikat kecil yang hadir dengan hati bersih. Seharusnya aku bisa menemukanmu lebih awal, Adelia. Tapi, sayangnya takdir baru mempertemukan kita sekarang. Aku bersyukur kalau kau baik-baik saja. Apa pun yang terjadi di masa lalu, itu asalah takdir. Tugas kita adalah melanjutkan hidup."
"Terima kasih, Tante."
"Meskipun kau memiliki orang tua, aku ingin kau juga menganggap aku Ibumu. Dan ingatlah, kalian harus selalu akur dan saling menjaga." Marina menatap Rhodes dan Adelia bergantian.
"Baik, Tante~"
"Panggil saja aku Mama, Adelia. Kau juga anakku."
Adelia melirik ke arah Rhodes. Pria itu mengangguk.
"Baik, Mama." Adelia merasa lega karena ketakutannya tidak terjadi. Semua sudah memaafkan masa lalu mereka. Ia diterima dengan baik bahkan dianggap anaknya juga.
"Tinggallah di sini dengan nyaman, Adel. Oh ya aku angkat telepon dulu." Marina bangkit dan pergi.
Adelia melirik Rhodes yang menatapnya begitu dalam."Kenapa, Kak?"
Rhodes mengendikkan bahunya."Aku ke kamar dulu, ya, ada barang yang harus kuambil."
"Silakan." Kini Adelia sendiri. Ia bangkit dan melihat-lihat ke luar jendela. Suara deburan air terdengar. Sepertinya ada orang yang masuk ke dalam kolam. Adelia mempecepat jalannya menuju kolam renang. Ia berpikir bisa saja ada orang yang tenggelam. Tapi ternyata ia salah. Seseoramg berenang dengan tenang. Ia berdiri tak jauh di sana memperhatikan orang tersebut. Ia sampai lupa diri.
Orang itu naik dari kolam. Adelia menganga. Bukan karena bentuk tubuhnya yang bagus atau miliknya yang menonjol. Tapi, orang itu adalah Altair. Pria yang ia rindukan itu muncul di hadapannya.
"Altair? Orang ini benar-benar Altair? Dia adalah orang yang nyata. Petanda apa ini?" Adelia berteriak di dalam hati. Ia mematung beberapa saat sampai tidak menyadari pria itu melihatnya.
Pria itu menghampiri Adelia sambil membawa handuknya.
"Hai~"sapa lelaki itu. Tatapannya begitu teduh dan ramah."Ha-hai." Adelia masih tidak percaya. Pagi tadi ia merindukan sosok lelaki itu. Kini Altair muncul di hadapannya. Mungkinkah ia sedang berhalusinasi?
"Kau pasti Adiknya Rhodes, ya? Perkenalkan namaku Altair~" Pria itu mengulurkan tangannya.
"A-Altair?" Adelia menelan ludah. Ia membalas uluran tangan Altair yang dingin."Adelia. Namamu benar-benar Altair?"
"Hei, jangan menggoda adikku!"Rhodes menepis tangan Altair.
"Adikmu cantik." Altair terkekeh.
Rhodes mendengkus."Semua wanita kau bilang cantik. Oh ya, Adel~Altair ini ikut menjadi korban kecelakaan yang kau alami.".
"Maksudnya apa ini?" Altair tertawa.
"Kau kecelakaan di dekat area,kan, adikku ini juga korbannya. Dia bahkan koma selama tiga minggu,"jelas Rhodes.
Altair terlihat kaget."Sebuah keajaiban Tuhan kau bisa bangun, Adelia. Ternyata kebetulan sekali, ya, kita bisa bertemu di sini dalam sebuah lingkaran pertemanan."
"Adel, kamu tidak apa-apa?" Rhodes menatap wajah Adelia yang pucat.
"Duduklah, Adel, kau pasti lelah." Altair menarik Adelia agar duduk. Wanita itu masih mencerna apa yang terjadi. Kejadian demi kejadian saling bersinggungan. Pria-pria dalam mimpinya perlahan muncul. Semua kejadian dalam mimpinya menjadi nyata. Apakah Reiga dan Aron juga akan muncul? Tapi, mereka sama sekali tidak mengalami apa yang ia alami.
Adel memegang kepalanya yang mulai pusing. Ia terlalu banyak berpikir."
Kau istirahat saja di kamar, ya?"kata Rhodes.
Adelia menggeleng."Nggak, Kak, aku baik-baik saja. Maaf membuatmu khawatir."
Marina yang mencari keberadaan Adelia pun muncul."Astaga, aku mencarimu, Adelia. Ayo kita makan siang."
"Ah, mungkin kau belum makan siang."
"Altair, kau tidak ikut bergabung?"tanya Marina.
"Aku ganti baju dulu, Tante."
"Ayo, Adel." Rhodes memeluk lengan wanita itu. Sementara pikiran Adelia terus berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURNING ESCAPE
Romance21+ Orang tua Adelia tidak bisa menerima perceraiannya. Adelia diusir dan tersesat saat ia berjalan tanpa arah. Ia hidup bersama orang-orang di dalam hutan yang sedang menjalankan sebuah misi. Adelia ikut bekerja di sana dan terlibat dalam hubungan...