Part 24

424 56 4
                                    

Adelia mengembuskan napas perlahan akibat insiden memalukan itu. Ia berusaha bersikap tenang saat Reiga kembali. Pria itu juga sepertinya sudah santai saja.

"Aku lupa memberi tahu, kalau di dalamnya ada film dan juga komik. Tapi, lebih banyak film action dan juga anime. Mungkin bukan seleramu."

Adelia mengangguk."Aku juga suka menonton film itu sesekali. Terima kasih banyak."

"Kau bisa istirahat lagi."

"Kasurku sudah kembali ke asalnya. Sepertinya aku harus naik." Wanita itu mengigit bibir sambil melihat ke atas.

"Ah, benar, kau tidur di atas saja supaya tidak kedinginan. Sepertinya juga mau hujan. Musim hujan sudah tiba." Reiga menghampiri Adelia dan membopongnya.

Wajah Adelia terasa merah."Kenapa kau menggendongku? Aku,kan, kan berat."

"Jauh lebih berat beban hidup ini." Reiga tertawa kecil. Ia sudah berhasil membawa Adelia ke kamar dan meletakkannya dengan hati-hati.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

Reiga duduk di sebelah Adelia dengan kaki yang diluruskan. Punggungnya bersandar ke dinding. "Bekerja lagi. Ya walaupun sesekali aku merasa bosan."

"Tapi, bukankah bisnis ini sangat menguntungkan?" Beberapa orang kaya yang ia kenal memiliki perusahaan tambang.

"Benar, oleh karena itu kunikmati saja prosesnya."
Reiga membuka iPad-nya. Ia membuka beberapa file pekerjaan yang tersimpan di sana.
Tapi, itu hanyalah file pekerjaan yang sudah lama sekali. Ia hanya ingin memastikan sesuatu.

Hujan turun perlahan. Suaranya terdengar begitu syahdu. Membuat semua orang ingin tidur di pagi hari ini.

Adelia membuang pandangannya ke arah jendela yang berukuran kecil sekali itu. Andai saja jendela itu lebih besar, ia bisa menikmati pemandangan di luar. Lalu, ia teringat dengan Aron.

"Aron pasti kedinginan di sana."

"Mereka pasti ada di tempat yang aman dan nyaman. Mereka juga membawa tenda,"balas Reiga.

"Tapi, tetap saja itu dingin." Adelia merapatkan tubuhnya dengan selimut. Ia merasa tidak tenang. Ia ada di rumah yang hangat dan nyaman, lalu di sisinya ada Reiga yang menjaganya. Sementara Aron berada di tempat yang asing. Di pedalaman sana pasti memiliki fasilitas yang apa adanya.

"Hanya sebentar. Mereka juga sudah terbiasa,"sahut Reiga lagi."Tidak bisakah kau fokus padaku saja? Kenapa terus membicarakan dia?"

Adelia melirik."Memangnya kenapa?"

Reiga menghentikan aktivitasnya. Ia meletakkan iPad di sebelahnya lalu berbaring. Adelia terkejut. Ia menjauhkan tubuhnya sedikit. "Karena~ada aku di sini.

"Kukira tidak akan apa-apa, karena kalian adalah teman."

Reiga tersenyum. Ia berbaring menghadap Adelia."Iya. Tapi, saat bersamaku, kau tidak perlu mengkahwatirkannya. Dia memiliki senjata, jadi, jangan khawatir."

Berbicara mengenai senjata, Adelia ingat dengan peristiwa di hotel. Saat Aron menodongkan pistol padanya. Mata wanita itu terpejam. Tubuhnya terasa merinding saat mengingatnya.
"Ah, itu benar. Dia berubah menjadi sangat mengerikan ketika memegang pistol."

"Ya, begitulah orang-orang di sini. Dalam sedikit, mereka bisa berubah menjadi serigala. Tapi, terkadang mereka juga bisa bersikap seperti kelinci yang lucu. Benarkan, Adel?"

"A-ah, itu, kurasa benar. Oleh karena itu aku harus berhati-hati."

Reiga meraih tangan Adelia dan mengecupnya."Tapi, mana mungkin kami akan menodongkan senjata kepada wanita."

Adelia ingin menarik tangannya, tetapi, Reiga menahannya dengan erat."Kenapa kau mencium tanganku?

"Karena aku suka."

Wanita itu menghela napas berat."Kau membuatku takut "

Sebelah alis Reiga terangkat."Kau bilang pada Aron tidak ada yang kau takutkan lagi~ aku hanya manusia biasa seperti Aron. Jika aku menyakitimu, kau tinggal melaporkanku padanya, kan?"

"Hmmm, entahlah, kau membuatku ingin kembali ke Kota."

"Kupikir kau tidak akan pergi dari sini. Kau pasti akan menetap selamanya bersama kami."

"Mana mungkin begitu. Aku juga punya keinginan untuk masa depanku. Aku ingin punya pekerjaan dan juga pasangan yang mengerti aku." Rencana awal Adelia hanyalah mendapatkan banyak uang. Setelah itu ia akan kembali dan menjalani hidup di Kota besar.

"Bukankah di sini banyak pria? Kau bisa memacarinya secara bergantian."

Adelia terbelalak. Lalu, ia bergidik ngeri."Aku tidak seperti itu."

"Tapi, bagaimana jika semua menginginkanku?" Reiga menatap Adelia begitu dalam. Lalu, ekspresinya lebih terlihat seperti anak remaja yang sedang bergairah.

Adelia mengalihkan pandangan. Jantungnya berdebar kencang karena ekspresi itu. "Mungkin itu karena aku satu-satunya wanita di sini. Kalian harus merekrut wanita lain setelah ini."

"Tidak mau,"jawab Reiga.

Adelia mengernyit."Kenapa begitu, wanita di dunia ini banyak sekali."

"Entahlah, kami tidak pernah tertarik. Tapi, melihatmu di sini, kami menjadi lebih bersemangat."

"Siapa yang kau maksud dengan 'kami'?"

"Entahlah, menurutmu siapa?" Reiga balik bertanya.

Adelia menggeleng kuat. Kepalanya terasa pening. Ia tidak ingin membayangkan apa pun saat ini. Hanya ada ia dan Reiga di sini. Sesuatu bisa saja terjadi di antara mereka.

"Kau nonton saja. Aku harus melanjutkan pekerjaanku." Reiga menyodorkan iPadnya. Lalu, ia mengambil laptop dari tasnya.

"I-iya."

Adelia berharap saat ini ia mengantuk. Jadi, ia bisa tidur daripada berhadapan dengan pria yang sulit ditebak ini. Suaranya bisa terdengar sangat tegas dan tajam. Tetapi, dalam sekejap bisa berubah menjadi sangat lembut dan manja. Sama seperti tatapannya yang tajam dan mengintimjdasi. Lalu, tatapannya tadi berubah menjadi seperti kelinci. Baik ucapan Aron maupun Reiga mengandung makna. Ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan melalui istilah yang lain.

Saat ini Reiga hanya fokus pada pekerjaannya. Adelia memilih film. Ia hanya membuka film yang ia temukan pertama kali. Adelia mulai bosan karena tidak menyukainya. Lalu ia membuka folder yang lain.

Reiga terbelalak, lalu menahan wanita itu membukanya. Adelia menoleh,"kenapa?"

"Itu video porn."

"Oh begitu~" Adelia meringis."Aku tidak tahu, maaf."

"Aku hanya memberi tahu. Mungkin saja kau tidak ingin menontonnya,"balas Reiga.

"Iya."

"Oh, ya, aku harus pergi ke kantor sebentar. Aku harus mengirim file ke pusat." Pria itu menyimpan laptop ke dalam tas. Lalu ia mengenakan tas ranselnya.

"Andai saja kakiku tidak sakit, aku ingin ikut. Setidaknya aku bisa membuka media sosial sebentar."

"Aku akan mengajakmu jika sudah sembuh. Aku pergi dulu, ya. Aku akan segera kembali." Pria itu menuruni anak tangga dan berjalan cepat, sebab hujan masih turun.

Adelia terdiam beberapa saat untuk memastikan Reiga benar-benar pergi. Lalu, ia memutar video yang membuatnya penasaran tadi. Meskipun Reiga sudah menjelaskan jenis video itu, ia memilih tetap menontonya. Udara sangat dingin dan ia merasa bergairah. Lalu, Aron tidak ada di sini. Setidaknya ia bisa melepaskan hasrat itu sambil menunggu lelaki itu kembali.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang