Part 37

309 60 6
                                    

Adelia tersenyum semringah saat melihat buku tabungannya. Angkanya bertambah seratus persen dari sebelumnya. Tentunya uang itu berasal dari ketiga kekasihnya. Ini sudah bulan kedua ia bersama Aron, Reiga, dan Altair di hutan.  Wilayah pertambangan juga sudah mulai dibuka. Ia akan tinggal di sana bersama mereka.

"Sayang, sudah selesai?"tanya Aron yang baru saja keluar dari mobil. Hari ini mereka baru saja melalukan beberapa transaksi di bank. Jadi, saat ini mereka masih ada di perkotaan.

Adelia mengangguk. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki itu dan memberikan kecupan di bibir."Terima kasih. Aku sudah menerima gajiku."

"Kau suka dengan angkanya?"

Adelia mengangguk kuat.

Aron mencolek hidung Adelia. "Kalau memang begitu, jangan coba-coba melarikan diri atau berhenti bekerja. Kau sudah menjadi milik kami. Kemana pun kau berlari, aku akan mengejarmu!"

"Aku suka dikejar, kalau hegitu aku akan mencoba melarikan diri." Adelia melepaskan tangannya dan berlari. Dalam hitungan detik, Aron berhasil menangkapnya. Ia bahkan tidak perlu melangkah.

"Jangan coba-coba!" Aron menarik Adelia masuk ke dalam mobil. Kemudian melumat bibir wanita itu.

Pintu mobil terbuka, Altair dan Reiga masuk dan menyaksikan kemesraan Aron dan Adelia. Itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

"Sayang, mantan suamimu menghubungi!" Altair mengibaskan ponsel Adelia yang ia pinjam.

Gerakan Adelia terhenti."Apa yang dia katakan?"

Altair mengendikkan bahunya."Entahlah, aku langsung memblokirnya." Pria itu duduk di bangku kemudi.

"Berani sekali orang itu menghubungi Adelia. Jelas-jelas kalian sudah bercerai." Reiga menggeram. Pria itu duduk di kursi depan sebelah Altair. Sementara Adelia dan Altair ada di kursi penumpang.

Adelia berdehem."Sudah, tidak perlu dipikirkan. Setelah ini dia tidak akan bisa menghubungiku lagi, kan."

"Iya, sayang." Aron mengusap puncak kepala kekasihnya itu."Ngomong-ngomong, apa kau tidak rindu orang tuamu?"

Adelia terdiam seketika. Reiga dan Altair bertukar pandang. Mereka hanya bisa melihat ekspresi Adelia dari kaca. Raut wajah wanita itu berubah. Bagaimana pun, Adelia pasti merindukan orang tua mereka.

Reiga melihat ke belakang. Ia mengusap tangan Adelia. "Kenapa kau menanyakan sesuatu yang membuatnya sedih?"

"Tidak, aku hanya berpikir kalau Adelia merinsukan orang tuanya. Ia terlihat sedih kemarin,"jelas Aron.

"Aku memang merindukan mereka. Tapi, aku tidak bisa kembali lagi." Adelia tersenyum lirih.

Aron menggenggam tangan Adelia erat. "Kapan pun kau ingin menjenguk mereka, katakan saja padaku. Kita akan pergi ke sana."

"Baik. Terima kasih. Kalian baik sekali. Sebaiknya kita pulang sebelum gelap,"kata Adelia berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin menangisi perasaannya kali ini. Ia ingin hidup tenang dan bahagia.

"Baiklah, kita jalan sekarang." Altair menyalakan mesin mobil. Lalu melajukan kendaraannya menuju wilayah pertambangan.

Aron memeluk pundak Adelia dan merengkuhnya dengan hangat. Wanita itu bersandar manja di dada bidangnya. Ia hanya perlu memilih pelukan mana yang sedang ia inginkan. Ada pelukan Altair yang manja dan posesif. Pelukan Aron yang hangat dan sangat  melindungi. Lalu, ada Reiga yang memeluknya dengan kasih sayang. Jika ia tidak beruntung dalam keluarga dan rumah tangga, maka ia beruntung dalam hal ini. Ia memiliki tiga kekasih yang kaya raya dan tampan. Ia hanya perlu mendedikasikan hidupnya untuk tinggal di hutan.

Mobil mulai memasuki wilayah dengan jalanan yang penuh tanjakan. Sisi kanan dan kirinya terdapat jurang.

"Kenapa memilih jalan ini,"protes Reiga pada Altair.

"Agar kita cepat sampai. Jika memakai jalan yang sebelumnya kita bisa tiba malam hari,"balas Altair.

"Hati-hati, Altair!" Aron mengingatkan dari belakang. Ia melihat ke arah Adelia yang tengah tertidur. Namun, sayup-sayup Adelia masih bisa mendengarkan percakapan mereka.

"Bulan depan kita kembali ke pusat kota. Aku ingin berbelanja,"kata Altair.

"Kita ambil cuti saja, biar Rhodes yang mengambil alih pekerjaan,"sahut Aron. Ia juga sudah ingin liburan.

Reiga tertawa."Dia pasti kesal karena kita cuti bersamaan."

Aron tersenyum geli membayangkan reaksi Rhodes. Tapi, ia ingin membawa kekasihnya bersenang-senang. Aron menatap wajah Adelia dalam-dalam. Sekarang hidupnya menjadi berwarna sejak ada wanita itu. Ia sangat mencintai Adelia.

Aron mengecup puncak kepala Adelia dan mengeratkan pelukannya. Mata Adelia terbuka. Ia menatap Aron dengan penuh cinta."Aku mencintaimu, Aron,"ucapnya pelan.

Senyum Aron semakin lebar."Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, Adelia."

"Altair, pelan-pelan!"teriak Reiga. Mobil terguncang. Mata Adelia terbuka lebat dan melihat ke depan. Untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Mobil melaju cepat dan menembus dinding pembatas.

Adelia memeluk Aron dengan erat dan berteriak ketakutan."Aron, aku takut."

Aron merengkuh tubuh wanita itu untuk melindunginya. Dalam hitungan detik, tidak terdengar suara apa pun. Begitu hening dan sunyi. Adelia merasa semua begitu gelap dan sunyi. Ia tidak bisa bersuara sama sekali. Tetapi, ia juga tidak bisa bergerak atau pun mendengar suara orang lain. Semakin sunyi dan hening. Adelia semakin kehilangan kesadarannya.

Adelia merasakan sekujur tubuhnya sakit. Ia meringis dan berusaha membuka matanya yang berat. Ada cahaya yang menyilaukan matanya. Matanya kembali terpejam, ia mencoba membukanya lagi.

"Adel~"

Suara itu terdengar memanggilnya.

Adelia senang karena masih ada yang hidup di sebelahnya. Ia tidak tahu bagaimana kondisi di sekitarnya saat ini. Semoga saja semua dalam kondisi baik-baik saja.

"Adelia~" Suara itu terdengar lagi.

Apakah itu Aron, Reiga, atau Altair. Adelia membuka mulutnya dengan berat. Ia ingin bersuara.

"Adel, ini Mama~kamu bisa dengar."

Mata Adelia terbuka sempurna. Cahaya terang memenuhi ruangan. Ia melihat sekeliling dengan bingung. Di sana ada Mama dan Papanya yang sedang menangis. Keduanya memeluk Adelia dengan haru.

"Mama? Papa?" Adelia bingung karena kedua orang tuanya ada di sini.

"Apa yang terjadi?"tanya Adelia di dalam hati. Mungkinkah setelah kecelakaan itu, ia ditemukan oleh orang lain. Lalu, orang lain menghubungi polisi dan akhirnya menghubungi orang tuanya.

"Ma-ma?" ucap Adelia pelan.

Hana mengusap kepala Adelia lembut "Iya ini Mama. Syukurlah kau bangun. Kau benar-benar bangun."

"Oh Tuhan, terima kasih." Chris tampak sangat terharu. Beberapa hari ini Adelia melakukan banyak gerakan tangan. Dokter mengatakan itu adalah petanda Adelia akan sadar. Tapi, Chris sudah putus asa. Ternyata hari ini, anaknya benar-benar bangun.

"Maafkan Papa ya, Nak. Papa sudah mengusirmu."

Adelia tersenyum tipis. Ia belum bisa banyak berkata-kata. Setelah itu ia melihat dokter dan perawat datang untuk memeriksanya. Lalu, Chris dan Hana menyingkir. Adelia tidak ingat apa pun lagi. Ia sangat mengantuk dan akhirnya tertidur.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang