32

373 60 7
                                    

Hutan mulai gelap sekali padahal masih pukul lima sore. Tampaknya hujan akan segera turun. Adelia mengintip dari jendela. Ia merindukan jendela yang besar. Jadi, ia bisa menikmati hujan dari ranjang dengan pemandangan hujan yang turun membasahi dedaunan. Saat ini ia hanya bisa melakukannya dari jendela kecil itu saja. Mungkin saja ia pergi ke depan rumah untuk melihat hujan. Namun  itu tidak akan membuatnya nyaman.

Adelia memeluk lututnya. Setelah beberapa hari dipenuhi dengan kesibukan di kantor , ia merasa saat ini terasa sunyi. Ia merindukan Aron. Pria itu pergi begitu lama. Andai lelaki itu ada di sini, ia pasti akan bersandar manja. Ia ingin memeluknya. Adelia merindukan cara Aron memanjakan dan menenangkannya.

Altair mengembangkan payungnya. Ia sedikit lelah menghadapi pekerjaan terus-menerus. Lalu, ia juga merasa bosan karena ia sendirian. Karena makan malam datang lebih cepat, Altair berniat mengantarkan makanan itu pada Adelia. Ia juga sudah mengatakan akan datang malam ini. Datang dua jam lebih cepat rasanya tidak akan ada masalah.

Pria itu berjalan dengan hati-hati menerobos derasnya hujan bersama payungnya. Kini ia telah sampai di kediaman Adelia.

"Adel~" Altair mengetuk pintu pelan. Pria itu menunggu Adelia membukakan pintu. Karena tidak ada jawaban ia mengetuk lagi. Karena suara huian yang begitu keras, tampaknya Adelia tidak mendengar. Altair mencoba menarik handle pintu dan terbuka.

"Astaga, kenapa dia tidak mengunci pintu. Untung saja aku datang."

Belum hilang rasa kaget sekaligus khawatirnya, Altair langsung mematung. Ia mencium aroma sesuatu. Ia melirik ke lantai tiga. Pria itu segera masuk dan mengunci pintu. Ia meletakkan makanan di atas meja dengan cepat."Adel~"

Suara erangan dan desahan terdengar. Itu bukanlah suara Adelia, melainkan suara rekaman video. Altair melangkah cepat ke lantai tiga.

"Adelia~" Altair mematung.

"A-altair,"ucap wanita itu dengan lemah dan putus asa. Tampaknya ia sedang berusaha mencapai titik klimaks untuk dirinya sendiri. Tetapi, ia tidak kunjung berhasil. Saat ini, Adelia merasa malu, tetapi, perasaan yang menggelenyar pada tubuhnya tidak bisa hilang begitu saja.

"Sudah kukatakan, aku bisa mengenali baunya meskipun dari jarak jauh. Kenapa kau tidak menerima bantuanku?" Altair menatap wanita yang wajahnya sudah merah itu. Ia menghampiri Adelia dan membuka pahanya. Di sana sudah terlihat basah.

Adelia membuang wajahnya sambil berusaha menutupi miliknya. Ia tidak mengenakan pakaian bagian bawah. Lalu, untuk bagian atas, ia hanya mengenakan kaus yang kebesaran dan tipis.

Altair menyentuh milik wanita itu pelan, lalu ia menambah kecepatan gerakan jemarinya. Adelia menggelinjang. Gairahnya kembali membara. Ia membutuhkan sesuatu yang bisa masuk ke dalam miliknya. Jari Altair masuk ke dalam milik Adelia. Lalu, satu tangannya menyingkap kaus tipis itu. Bibir Altair menyapu permukaan dada Adelia yang sudah menegang. Wanita itu semakin menggelinjang.

Altair berhenti sejenak untuk melepaskan pakaiannya. Ia menindih tubuh Adelia dan melumat bibir wanita itu. Ciumannya turun ke leher dan dada. Altair memberikan gigitan kecil pada puncak dada Adelia.

"Ah, Altair~" Adelia sudah hilang kesadaran. Ia sudah terbawa oleh suasana. Ia merasa sedang terbang di antara awan.

"Apa kau akan menerima bantuanku saat ini?"bisik Altair.

"A-aku tidak tahu,"jawab Adelia. Ia sangat ingin dimasuki. Tetapi ia malu untuk mengatakannya. Ia juga malu dengan perbuatannya sendiri yang sudah tidur dengan Aron dan Reiga.

"Benarkah?" Altair menempelkan miliknya yang mengeras. Ia menekan-nekannya ke milik wanita itu."Ini cukup keras untuk menembus milikmu."

Adelia mengigit bibirnya. Itu terasa keras dan hangat. Ukurannya juga bisa menghilangkan kegilaannya saat ini. Adelia menggenggam milik Altair dan mengusap-usapnya.

"Katakan jika kau menginginkannya, Sayang~ aku akan memberikannya."

Napas wanita itu tertahan. Mulutnya terasa kaku untuk berbicara. Miliknya semakin berkedut menginginkan milik lelaki itu.

Altair menggesekkan ujung miliknya pada permukaan milin Adelia. Sesekali ia memasukkannya sedikit. Itu membuat Adelia frutrasi.

"Altair, masuki aku~"

Altair terdiam beberapa saat, ia kaget karena kalimat itu keluar dari mulut Adelia."Katakan sekali lagi dengan mesra. Katakan bahwa kau menginginkanku."

"Altair, aku sangat menginginkanmu. Masuki aku dengan keras,"kata Adelia dengan napas yang memburu.

"Baiklah, sayang, kau benar-benar membuatku ingin menghunjammu tanpa henti." Altair mengenakan pengamannya, lalu menghunjam milik Adelia. Wanita itu mendesah cukup keras dan terdengar erotis. Ia merasa sedikit gila menahan hasratnya selama beberapa hari ini. Ia tidak tahu mengapa ia menjadi seperti ini. Selalu merasa kehausan untuk urusan bersetubuh. Lalu, ini artinya ia sudah bercinta dengan tiga pria. Benar apa yang Aron katakan. Yang berbahaya di sini bukanlah hewan buas, melainkan pria-pria di sekitarnya.

Altair melumat bibir Adelia dengan kasar diiringi dengan hunjaman yang begitu cepat. Pria itu sedikit brutal jika dibandingkan dengan Aron atau Reiga. Mungkin karena Altair merupakan pria yang paling muda di antara mereka.

Altair membalikkan tubuh Adelia dengan mudah. Kemudiaj menghunjamnya lagi dengan keras. Adelia tidak bisa menahan sesuatu di dalam tubuhnya. Ia seperti ingin buang air kecil. Beberapa saat kemudian, air kenikmatan wanita itu mengucur dari dalam miliknya. Altair membiarkan cairan itu menetes sampai habis, lalu kembali menghunjam wanita itu.

Adelia meremas ujung kasurnya. Altair belum berhenti. Pria itu masih bersemangat menghunjamnya dari belakang. Sesekali meremas bokong Adelia dengan keras.

"A-Altair~" Adelia mulai merasa lemas.

Altair memeluk tubuh Adelia dari belakang, lalu menindihnya. Suara Altair terdengar, ia mengerang panjang lalu berhenti menghunjam. Pria itu tiba pada puncak kenikmatannya.

Adelia menghela napas lega. Akhirnya mereka telah selesai. Kakinya kini gemetar. Altair berbaring di sebelah wanita itu sembari menghela napas lega. Wajahnya dipenuhi oleh peluh dan terlihat lebih segar.

"Terima kasih, Altair,"ucap Adelia pelan,"maaf sudah bertindak memalukan seperti ini."

Altair mengusap pipi Adelia."Ini tidak memalukan. Sudah kukatakan kalau kau bisa meminta bantuanku."

Wanita itu mengangguk. Ia bergerak perlahan mengenakan pakaiannya.

"Sekarang sudah lega?"

"Iya."

"Pergilah membersihkan tubuhmu." Altair bangkit dan melepaskan pengamannya.

Adelia membersihkan miliknya yang kini terasa segar dan dingin setelah terkena air. Saat keluar, Altair menunggu giliran di balik pintu.

"Makanan sudah di atas meja." Altair menunjuk ke meja.

Adelia melongok."Ah, benarkah? Tapi, ini belum waktunya makanan datang bukan?"

"Mereka mengantarkan lebih cepat karena ada urusan." Altair masuk ke dalam toilet.

Adelia menghampiri makanan yang masih hangat. Ada sup yang aromanya enak sekali. Sudah lama sekali ia tidak makan sup. Wanita itu pun menjadi bersemangat.

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang