Cerita ini sudah tamat di karyakarsa dan google play book, ya. Di karyakarsa ada 55 bab.
Yang mau baca cepat bisa ke sana. Atau tungguin di sini sampai selesai.Selama makan, Adelia selalu memikirkan kejadian demi kejadian. Semuanya seperti saling berkaitan. Kebetulan ini terasa sangat nyata. Altair dan Marina memiliki banyak topik pembicaraan. Rhides menimpali pembicaraan keduanya. Sementara Adelia hanya diam.
"Adel, kau kenapa?"bisik Rhodes.
Adelia tersenyum tipis."Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya sedang menikmati makanannya."
"Maaf jika pembicaraan kami membosankan. Seharusnya kami tidak membahas hal yang belum kau mengerti,"balas Rhodes dengan hati-hati.
"Bukan masalah sama sekali, Kak. Aku tidak berpikiran begitu, sungguh." Adelia merasa tidak enak hati sudah membuat Rhodes merasa bersalah.
Altair memperhatikan kedekatan Adelia dan Rhodes."Rhodes, bagaimana kalau kita ajak Adelia ke pertunangan Ar-kia?"
"Itu ide yang bagus. Sepertinya momen yang tepat untuk memperkenalkan adik kandungmu, Rhodes." Marina mengangguk setuju.
"Saya belum pantas hadir di tempat seperti ini. Maksudnya, saya bukan berasal dari kalangan keluarga konglomerat."
"Kau sudah konglomerat sekarang, Adelia. Kau tidak tahu, kan berapa kekayaan Kakakmu itu?" Altair memainkan kedua alisnya.
Rhodes memegang tangan Adelia."Benar, Adel. Kau itu adikku, ikut mewarisi harta Ayah. Kau pantas ada di tempat ini. Aku akan sslalu di sampingmu. Jadi, jangan takut."
"Aku juga akan ada di sampingmu, jadi, anggap saja aku ini pacarmu." Altair tertawa.
Rhodes melotot ke arah Altair."Jangan coba-coba mengatakan itu lagi!"
"Ikutlah dengan mereka, Adel. Aku akan meminjamkan gaun dan akan merias wajahmu secantik mungkin,"kata Marina.
"Baik, Ibu." Adelia mengangguk pasrah. Sepertinya ia tidak akan nyaman ada di acara seperti itu. Tapi, selama ada Rhodes di sampingnya sepertinya semua akan baik-baik saja. Altair juga bersedia membantunya di sana.
Sesuai janji, Marina memoles wajah Adelia. Wanita itu terlihat cantik sekali dengan balutan gaun berwarna hitam. Adelia pergi bersama Altair dan Rhodes. Sepanjang jalan, Altair terus memujinya. Jika dipikir-pikir, watak Altair di dunia nyata mirip dengan watak Rhodes di dalam mimpi. Altair yang ada di dalam mimpinya sangat pendiam dan dingin. Sementara watak Rhodes sekarang mirip dengan watak Reiga.
Sesampai di gedung, Adelia berjalan dengan sedikit minder. Meskipun ia sudah berpakaian mahal dan make up bagus, mentalnya belum siap untuk posisi seperti ini
Adelia memeluk lengan Rhodes. Di ballroom sudah ramai. Rhodes membawa Adelia ke meja yang telah disediakan. Altair dan Rhodes duduk di sisi kanan dan kiri Adelia.
"Acaranya mungkin akan dimulai dalam lima belas menit,"kata Altair pada Adelia.
Adelia mengangguk."Aku suka dengan perpaduan warnanya."
"Adelia, kalian mengobrol lah dulu, aku harus menyapa seseorang."
"Iya, Kak."
"Altair, jangan pernah tinggalkan Adelia di sini sendirian."
Altair mengacungkan jempolnya."Baik."
"Kalian berteman sudah lama?"
"Sekitar dua puluh tahun. Sudah lama sekali,"balas Altair."Jika ada sikapku yang kurang ajar padanya, itu karena kami terlalu dekat."
"Kau bekerja di mana?"
"Novelindo."
Adelia terperangah."Di dekat lokasi kecelakaan?"
"Benar sekali. Kami baru saja melakukan kunjungan ke Lokasi, lalu mendapatkan musibah. Tapi, siapa sangka kau juga salah satu korbannya. Dan siapa sangka juga kau adiknya Rhodes dan kita dipertemukan."
"Altair, apakah kau mengalami koma juga?"
Altair melayangkan pikirannya pada kejadian naas itu."Iya aku koma selama seminggu. Ada yang luka-luka saja, dan ada juga yang koma sepertiku. Kecelakaan itu lumayan menghebohkan. Mengingat nama besar orang tua kami."
"Apa yang kau rasakan saat koma?"
"Tidak ada. Seperti sedang bangun tidur saja."
Adelia tertunduk. Ternyata di situasi ini hanya ia yang bermimpi. Mungkin saja Altair juga bermimpi, tapi, begitu bangun ia tidak ingat sama sekali."Soal temanmu yang bersamamu? Siapa namanya? Yang koma beberapa hari?"
"Temanku Ry dan Gwen luka-luka, tapi mereka masih sadar. Lalu aku koma selama seminggu. Denis dan Reiga hanya beberapa hari."
"Si-siapa? Reiga?" Adelia terpaku di tempat. Tubuhnya terasa gamang.
"Iya, Kau mengenalnya?" Altair mengedarkan pandangannya. Lalu ia mendapati sosok yang sedang ia bicarakan. Ia melambaikan tangan. Pria itu menghampiri Altair.
"Ini Reiga."
Adelia mengangkat wajahnya dan melihat pria yang baru saja datang. Tubuhnya terasa lemas. Lagi-lagi semua terpecahkan satu persatu.
"Kau menginap di rumah Rhodes?"tanya Reiga tanpa berbasa-basi.
"Iya dan aku bertemu dengan wanita cantik ini."
Reiga melirik Adelia."Siapa? Pacar barumu?"
"Dia adikku." Rhodes pun muncul sambil menepul pundak Reiga.
Reiga mengernyit."Adikmu? Maksudnya ininAdik yang pernah kau ceritakan itu?"
Rhodes mengangguk."Ya."
Reiga mengulurkan tangan."Aku sahabatnya Rhodes, namaku Reiga."
Adelia membalas uluran tangan Reiga."Adelia."
"Tanganmu dingin sekali, apa yang kaulakukan padanya, Altair?"
"Tidak ada. Kami hanya ngobrol ringan. Kaulah yang membuat tangannya dingin,"balas Altair tidak terima.
"Reiga, aku ingin bicara sedikit." Rhodes membawa Reiga menjauh. Lalu membahas sesuatu yang bersifat rahasia.
"Kamu baik-baik aja, Adel?" tanya Altair memastikan.
"Aku baik-baik saja." Adelia menarik napas panjang. Padahal ia sudah berpikir kemungkinan Reiga juga manusia di dunia nyata. Tapi, perasaanya seperti ini saat bertemu langsung dengannya.
"Kamu terlihat tidak nyaman. Perlu kupesankan sesuatu?"
Adelia menggeleng cepat."Tidak perlu. Karena belum waktunya menyantap hidangan."
"Katakan padaku jika ada hal yang membuatmu tidak nyaman."
Wanita itu mengangguk."Tap-tapi, apakah ada pria yang bernama Aleron di antara kalian? Atau Aron mungkin?"
Altair mengernyit curiga."Sejak awal kau kaget mendengar namaku, lalu sekarang Reiga. Dan kau menanyakan Aron."
"Ah, itu hanya kebetulan saja. Pasti tidak ada kan temanmu yang bernama Aron?"
"Pria itu bernama Aron." Altair menunjuk ke panggung tempat di mana acara pertunangan akan dilaksanakan dalam beberapa menit.
Adelia melihat ke arah panggung dan kembali terpaku. Jantungnya terasa dihantam paku bumi. Sepasang kekasih yang akan bertunangan kali ini adalah Aron. Dia adalah Aron yang ada di mimpinya. Sekarang, semuanya sudah muncul. Sosok mereka bertiga sudah muncul. Tapi, sayangnya mereka tidak bermimpi sama seperti dirinya.
Adelia memegang dadanya yang terasa sakit. Ada rasa cemburu yang menggelenyar melihat Aron di sisi wanita lain."Bukankah kau bilang ini pertunangan Aleira?"
"Ya, itu gabungan nama mereka. Aleron dan Kaira."
Pria yang paling ia sukai di dalam mimpi adalah Aron. Bahkan sejak ia sadar, ia selalu merindukan sosok lelaki itu. Sekarang ia ada di sini untuk menghadiri pertunangan laki-laki itu.
Adelia menatap Aron di atas panggung dengan sedih. Di saat bersamaan Aron pun melihat ke arahnya. Mata mereka bertemu, jantung Adelia berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURNING ESCAPE
Romance21+ Orang tua Adelia tidak bisa menerima perceraiannya. Adelia diusir dan tersesat saat ia berjalan tanpa arah. Ia hidup bersama orang-orang di dalam hutan yang sedang menjalankan sebuah misi. Adelia ikut bekerja di sana dan terlibat dalam hubungan...