Part 20

491 68 6
                                    

Setelah ini update di karyakarsa sampai part 30

Adelia tidak bisa tidur usai Aron pergi. Wanita itu memilih membersihkan rumah itu. Lalu, ia membuat sarapan yang ringan. Sambil makan, ia melihat ke sekelilingnya. Ia sudah merasakan sunyi dalam dua hari saja. Aron dan rekan-rekannya pasti sudah merasakannya sejak lama. Lalu, sekarang mereka terbiasa dengan situasi yang ada.

Setelah selesai sarapan, Adelia memutuskan untuk mandi. Lalu, ia membaca buku lagi. Wanita itu mengubah posisinya berkali-kali saat membaca. Ia mulai bosan. Lalu, ia memikirkan Aron. Apa yang dilakukan pria itu? Sudah sejauh apa mereka berjalan?

Adelia menghela napas panjang. Ia ingin keluar sebentar. Ia ingin melihat apakah di luar sana ada penjaga seperti yang Aron katakan. Jika kebetulan berpapasan dengan seseorang, ia akan mengatakan kalau ia lapar.

Wanita itu mengenakan kaus dan celana panjang. Ia mengenakan sandal gunung yang diberikan Aron. Sebelum keluar dari rumah, Adelia mengintip terlebih dahulu. Ia harus memastikan tidak ada orang di sana. Setelah memastikan semua aman, ia keluar. Ia berjalan mengikuti rute yang ia jalani dengan Aron kemarin. Ia ingin pergi ke tempat yang memiliki banyak sinar matahari.

Saat ini, Adelia tengah melintasi sungai. Wanita itu memutuskan untuk berhenti di sana dan duduk di bebatuan. Adelia melepaskan sandal, menenggelamkan kakinya di dalam air. Suara air yang mengalir membuatnya tenang. Ia duduk termenung menatap air yang bening. Pikirannya kembali pada orang tuanya, mantan suaminya, serta kehidupannya sebelum semua ini terjadi. Dalam sekejap, kehidupannya berubah. Ia tidak menyangka akan ada dalam situasi ini. Ia bertanya-tanya, apakah ada yang mencari keberadaanya saat ini. Ia ingin mengecek ponselnya. Namun, ia tidak ingin hatinya terluka kembali. Tanpa sadar, air mata wanita itu menetes.

Adelia tertawa lirih. Ia mengusap air matanya dengan cepat. Ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Wanita itu berdiri. Pijakan kakinya tidak begitu kokoh. Ia terpeleset oleh lumut di bebatuan. Ia terperosok ke dalam air dan terseret. Wanita itu berpikir tidak akan apa-apa. Ia bisa berhenti dengan sendirinya. Namun, ia terseret dengan cepat hingga ia menjadi panik. Ia meraih bebatuan, ranting, kayu atau apa pun yang ia lihat. Ia berusaha naik ke daratan. Kakinya berusaha mencari pijakan. Tapi ternyata ia sudah berada di wilayah yang cukup dalam. Seharusnya tidak masalah, hanya saja Adelia dudah telanjur panik. Kakinya bergerak-gerak cepat dan menendang sesuatu. Wanita itu meringis. Kakinya seperti mati rasa. Semakin lama, semakin terasa berdenyut dam sulit digerakkan.

Wanita itu ingin menangis. Ia harus berteriak meminta tolong. Pasti ada orang di sekitar sini. Adelia mengumpulkan tenaganya untuk mengeluarkan suara keras."Tolong!! Tolong!"

Suasana menjadi hening setelah suara wanita itu menggema. Adelia sedikit putus asa. Sungai sedikit jauh dari wilayah tempat tinggal mereka. Bisa saja tidak ada yang mendengar. Adelia kembali berteriak. Kali ini lebih keras dan dengan nada yang panjang. Setelah menunggu beberapa saat, ternyata belum ada yang datang.

Adelia merasakan tetesan di wajahnya. Ia menatap ke langit yang mendung. Ternyata gerimis. Ia takut hujan akan semakin deras. Lalu, arusnya juga akan semakin deras. Sebelum hal itu terjadi, ia harus keluar dari sini.  Adelia berusaha sekuat tenaga untuk naik ke bebatuan. Ia kembali terperosok. Secara spontan ia berteriak lagi.

"Tolong!" Kali ini ia menangis. Ia sangat membutuhkan Aron di sisinya. Namun, pria itu sudah pergi jauh. Mata Adelia terpejam dan memanggil nama lelaki itu.

Suara gemerisik rumput terdengar begitu cepat. Lalu, ada hentakan kaki yang datang.

"Adel!"panggil Reiga.

Adelia mendongak, lalu ia merasa sangat lega."Tolong aku,"ucapnya dengan putus asa. Kakinya sudah sulit digerakkan.

"Kenapa kau di sini, Adelia? Ini tempat berbahaya,"kata Reiga. Ia menghampiri Adelia dengan hati-hati."Jangan bergerak, tetaplah di sana."

BURNING ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang