30

8.7K 979 44
                                    

Aidan dengan entengnya mengangkat tubuh kecil calon muridnya tersebut kedalam gendongan nya, Aidan dapat melihat dengan jelas penampilan anak kecil tersebut.

Rambut hitam pekatnya dengan bola mata berwarna merah, Aidan menatap lekat iris merah tersebut, entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa memalingkan pandangannya tersebut.

Semakin dilihat Aidan merasa dirinya seperti terseret kedalam lubang tak kasat mata, samar samar Aidan melihat kepingan kepingan adegan berdarah yang dimana tempat tersebut seperti lautan mayat dengan satu sosok pria tinggi dengan rambut hitamnya dan pedang yang berlumuran darah.

Aidan tak bisa melihat jelas wajah pria tersebut, saat Aidan ingin mendekat, pria tersebut berbalik arah menatap Aidan dengan mata merah nya dan tersenyum manis, ia mengulurkan tangannya yang dipenuhi darah kehadapan Aidan.

Saat Aidan ingin menggapainya tiba tiba terdengar suara teriakan yang membuatnya kembali tersadar.

"Tidakk!! Aidan sadarlahh!! "

Aidan akhirnya kembali tersadar, wajahnya pucat pasi dan dipenuhi keringat, ia kembali menatap manik merah ruby tersebut dan ia tak melihat apapun lagi.

Aidan sungguh bingung, apa sebenarnya itu tadi, ia harus menanyakan perihal hal tersebut nantinya dengan Angelina.

[Tuan anda tidak apa apa? Wajah anda sangat pucat]

"Aku tak apa kei, terimakasih sudah mengkhawatirkan ku"

Aidan memilih untuk melupakan apa yang baru saja ia alamin, Aidan melihat wajah anak tersebut dan anak tersebut juga memandangi Aidan.

"Ekhm! Siapa namamu anak kecil" Aidan memilih untuk bertanya tentang anak tersebut terlebih dahulu baru ia akan menyampaikan keinginannya.

"Aku tidak punya nama, biasanya mereka memanggilku dengan hei, kamu, pengemis, sialan, sama pembawa sial" ucap bocah laki laki tersebut.

"Huft... " helaan nafas keluar dari bibir mungilnya, Aidan memandangi bocah tersebut, baju lusuh yang ia kenakan tidak membuat kadar ketampanannya berkurang, sial Aidan sungguh iri! Meskipun ia masih bocah tapi wajahnya sudah tampan bagaimana besarnya nanti, Aidan sungguh iri.

"Baiklah aku akan memberimu nama, mulai sekarang namamu kairus, kau tinggal dimana biar aku antar kau pulang" Aidan malas berfikir ribet hanya untuk memikirkan nama jadinya ia hanya menyebutkan nama pertama yang muncul diotak mungil yang sayangnya amat jenius tersebut.

"Kairus? " bocah tersebut memiringkan kepalanya sembari menatap wajah Aidan yang tertutup topeng, ia sekarang memiliki nama itu berarti ia tidak akan dipanggil seperti itu karena sekarang ia punya nama yang diberi oleh sosok cantik yang menggendongnya.

"Benar itu namamu dan jawab pertanyaan ku dimana rumahmu? " Aidan kembali bertanya dengan intonasi nada yang melembut.

Kairus menundukkan kepalanya, Aidan melihat badan bocah tersebut gemeter. Aidan bingung tentunya, ia menaikan dagu kairus dan ternyata ia menangis.

Aidan yang melihat itu tentu saja terkejut! Kenapa pula ia menangis padahal Aidan sendiri tak ada memukulnya atau apalah namun ia menangis?

"Hei.. Heii! Kau kenapa.. Maaf! Maafkan aku! Aku tidak memukul, kau kenapa ada yang sakit? Apa mereka menghajar mu terlalu kuat! Katakan padaku kairus" Aidan sungguh panik! Entahlah ia sendiri tak tahu kenapa ia bisa sepanik itu padahal dirinya tergolong orang yang bodoamat sama sekitar.

"Hiks.. Hiks.. A.. Aku.. Hanya hiks... Senang akhirnya ada yang memberikan nama.. Biasanya mereka hanya akan memarahiku.. Hiks.. Mereka jahat.. Aku hiks.. Juga mau disayang.. Huwaaa... Ba-bahkan mereka hiks.. Mengusir ku dari panti hiks... " sungguh hati Aidan seperti diiris pedang tajam mendengar curahan kairus, tapi bukannya itu bagus dengan begitu Aidan bisa membawanya ikut dengannya.

"Sudah tak apa apa sekarang ada aku disini.. Kau tidak sendirian lagi, karena kau tak memiliki rumah kau akan ikut denganku saja dan jadilah muridku tapi jangan panggil aku guru! Panggil aku kakak saja lebih enak" Aidan yang tak mendengar jawaban dari kairus lantas melihat kebawah, ah ternyata ia tertidur sehabis menangis, pantas saja.

"Hadeuhh... Dasar bocah" Aidan akhirnya membawa kairus ke istana, lebih tepatnya ke pavilium nya, ia tak perduli jika ada yang tak setuju, Aidan tetap akan membawanya.

Tanpa sepengetahuan Aidan, diam diam kairus bersmirk beberapa detik dan kembali tidur dipelukannya,

"akhirnya aku menemukan muu.. "




Tbc

Vote and comment

adventure || Aidan [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang