Darrel, Eliana dan Lucas membulatkan mata mereka saat menyaksikan Arthur yang menyerang Aidan dengan sihir nya, sedangkan Arthur terdiam kaku saat tanpa sadar mengeluarkan sihirnya kearah Aidan. Ia tak bermaksud melakukannya ia hanya ingin menghentikan Aidan yang ingin mengayunkan pedangnya kearah bangsawan tersebut.
"Arthur, kau? Menyerang ku hanya demi menyelamatkan hama ini? "
Perlahan Aidan berjalan kearah Arthur, tubuhnya yang terdapat barrier yang terbuat dari bui yang dapat menahan serangan apapun sehingga ia dan Kairus tetap aman dari serangan Arthur, namun tidak dengan beberapa orang yang ikut menyaksikan. Aidan sebenarnya bisa saja menciptakan perisai yang dapat melindungi mereka namun yang namanya Aidan tentu saja ia tidak akan melakukan itu karena baginya itu bukan urusannya dan ia tidak ingin melakukan itu, ia lebih mementingkan dirinya dan Kairus.
"Aidan.. A-aku tidak sengaja, tadi itu diluar kendaliku" ucap Arthur dengan gugup sekaligus takut. Bagaimana tidak takut, Aidan menatapnya dengan tatapan seakan akan ingin menguliti nya.
Aidan hanya diam dan diamnya Aidan semakin membuat Arthur semakin takut. Takut jika Aidan menjauhinya.
"Ck, kau membuat moodku hilang, hah sialan"
Aidan memilih untuk pergi dari tempat tersebut meninggalkan Arthur yang masih ngefreze melihat kecepatan perubahan mood Aidan, bukan hanya Arthur saja sih.
Darrel, Eliana, Lucas dan rakyat maupun bangsawan yang menyaksikannya juga ikut terdiam melihat perubahan cepat ekpresi Aidan. Pangeran mereka sungguh unik dan susah ditebak.
"Oh yah, karena kau sudah menggagalkan hukuman yang ingin kukasih padanya kini kuserahkan ia padamu, hukum dia karena dia sudah mengganggu murid kesayangan ku, atau kau akan tau akibatnya.. Arthur"
Nasib baik masih berada di dirinya, pria tersebut berfikir ia akan mati ditangan Aidan ternyata dewa masih menyayangi nyawanya.
Arthur yang mendengar perintah Aidan mengiyakan apa yang Aidan inginkan, ia menatap kearah Lucas, "urus dia, masukan kedalam penjara istana dan biarkan hukuman menantinya"
"Baik, yang mulia"
Lucas berjalan menuju pria bangsawan tersebut ditemani dengan dua orang kesatria yang berada dibelakang, "bawa dia dan masukkan kedalam penjara"
"Baik tuan"
Keduanya menyeret tubuh pria tersebut dengan tanpa perasaan bahkan mereka tidak peduli dengan teriakan pria tersebut.
"Tidakk! Lepaskan aku! Pangeran ampunin saya PANGERAN"
Lucas menghela nafas berat, ia mendadak merasa pusing. Acara yang seharusnya tanpa kendala justru malah terus dihantam oleh berbagai macam masalah.
"Apa yang kalian lihat! Kembali dan lanjutkan festival nya"
Mereka semua yang tadinya berkumpul mulai membubarkan diri saat mendapati teguran dari sang tangan kanan raja,melihat itu Lucas hanya mendengus ia harus menyelesaikan masalah yang pangeran kecilnya buat.
"Yah, kerja dihari libur juga tak apa, kalian cepat bereskan kekacauan ini" ucap Lucas
Para kesatria yang memang masih tinggal untuk menjaga keamanan jalanannya festival rakyat mulai membereskan kekacauan yang mengganggu jalannya acara.
Dan kini beralih keposisi Aidan yang dimana ia kini berada ditaman ibu kota yang terdapat satu kolam air mancur ditemanin oleh Karius, Darrel, Eliana dan juga Arthur minus Neon & Lucas.
Mereka berlima yang kini tengah berteduh didalam toko desert yang dimana Aidan yang memangku Kairus, Eliana yang duduk disamping kiri Aidan dan Darrel yang duduk disamping kanan Aidan lalu Arthur yang duduk disamping Darrel.
"Kau kemana saja Kairus dan kenapa kau bisa terluka seperti ini, apa ini karena pria jelek tadi!"Aidan terus menghujani Kairus dengan berbagai macam pertanyaan, ia ingin tau kemana hilangnya bocah ini selama beberapa hari dan sekalinya ketemu malah dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan baik baik saja.
"Eum tidak bukan karena tuan itu, kakak"
"Lalu? Jika bukan ia siapa? Katakan padaku Kairus aku akan membalasnya! " Entah kenapa ia sangat mudah sensitif jika itu berhubungan dengan Kairus, entah perasaan apa yang ia rasakan Aidan juga tidak tau.
"Sebenarnya aku pergi kehutan diam diam tanpa sepengetahuan kakak untuk berburu beruang hutan" ucap Kairus dengan diakhiri cengiran yang menampilkan gigi putihnya.
Baik, Aidan, Eliana, Darrel dan Arthur tercengang mendengar ucapan Kairus yang mengatakan dirinya berburu beruang hutan, Eliana saja sampai tersedak cake nya sendiri dan menatap shock kearah Kairus begitu juga dengan lainnya.
"K-kamu melawan beruang? Beruang hutan yang besar dan buas? " ucap Eliana yang diangguki oleh Kairus
Aidan menangkup kedua pipi Kairus ia masih tak percaya dengan apa yang ia dengar, "kau melawan beruang hutan, untuk apa kau melakukannya"
"Twentwu saja uwnwuk mengwambil hwati beluwamg uwnwuk kwakak"
"Hati beruang? Untukku? Untuk apa"
"Lwepaskan dwulu kwakak"
Aidan tertawa saat melihat wajah Kairus yang cemberut, ia akhirnya melepaskan tangannya dari pipi chubby kairus sehingga Kairus bisa lebih jelas untuk memberitahu tujuannya.
"Baiklah maafkan kakak, sekarang katakan untuk apa kau mengambil hati beruang?"
Kairus tak langsung menjawab pertanyaan Aidan, iris merahnya menatap iris biru laut Aidan yang selalu terlihat indah dimata nya, Aidan sendiri mengernyitkan dahinya entah kenapa saat melihat mata merah milik Kairus ia selalu mendapatkan sesuatu yang aneh.
"Aku hanya ingin membuat racun yang berada didalam kitab racun yang kakak berikan waktu itu untuk aku pelajari"
Aidan mengernyit kan dahinya, ia memang memberikan kitab yang berisi berbagai macam racun buatan nya untuk dipelajari oleh Kairus namun ia tak menyangka jika Kairus ingin mempraktikkan nya.
"Kau ingin membuat racun delusi? " Aidan menebak jenis racun yang ingin Kairus buat, yah hanya racun delusi yang bahannya membutuhkan hati beruang.
Kairus mengangguk, ia sangat tertarik dengan salah satu jenis racun tersebut. Melihat proses pembuatan nya serta bahan bahan yang adalah bahan yang sulit didapat membuat ia semakin tertantang untuk membuatnya dan itu sebabnya ia sangat tertarik dan ingin membuatnya.
Bohong. Semua yang bibir Kairus ucapkan adalah kebohongan, ia sudah memprediksi pertanyaan seperti ini dan itu sebabnya ia sudah mencari jawaban yang paling masuk akal dan muda diterima tanpa adanya kecurigaan Aidan kepadanya, terbukti kini Aidan beserta keempatnya percaya dengan alasan Kairus namun, ada satu yang tidak percaya. Siapa itu? Tentu saja kei.
"Hah, lain kali jangan lakukan seperti itu lagi, jika memang kau tertarik membuat racun maka aku akan mengajarimu, paham" Aidan sungguh tidak habis pikir dengan kelakuan muridnya ini, kenapa sekarang muridnya mulai nakal tidak seperti dirinya yang baik, tidak nakal dan tidak pernah membuat kekacauan.
Kairus hanya mengangguk mendengar nasehat Aidan, ia menempelkan tubuhnya dengan tubuh Aidan hingga tangan kecilnya memeluk erat perut Aidan dengan kepalanya yang bersandar didada Aidan. Aidan dengan senang hati memberi usapan lembut dipunggung kecil Kairus dan tak lupa pula ia menyembuhkan luka serta lebam ditubuh Kairus dengan bantuan Eliana tentunya.
Mereka melanjutkan aktivitas mereka menikmati dessert manis sembari menatap suasana festival yang semakin meriah, Eliana maupun Aidan sangat menikmati dessert yang mereka pesan namun tidak dengan kedua lelaki tersebut, Darrel dan Arthur.
Mereka hanya diam dan terus menatap Aidan eh Kairus maksudnya yang berada didalam pangkuan Aidan dan memeluk tubuh Aidan, mereka iri dan cemburu dengan bocah tersebut, Kairus yang merasakan tatapan mata kearahnya menatap balik kearah mereka, iris merah tersebut menatap kearah Darrel dan Arthur hingga Seringai dibibir Kairus merka, ia semakin menempelkan wajahnya dan menggesek nya didada Aidan dan juga menghirup aroma manis tubuh Aidan yang sangat memabukkan.
Kini suasana sedikit memanas diantara keduanya yang terbakar api cemburu, bahkan sendok yang berada ditangan Darrel telah terpatah menjadi dua begitu juga dengan Arthur. Bocah itu sengaja memanas manasin mereka.
Tbc
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
adventure || Aidan [BL]
Fantasía[Belum direvisi,malas] Typo bertebaran~ . . Tentang Aidan yang harus mengungkap rahasia hidupnya dan mencari kebenaran tentang takdirnya, membalaskan dendam kematiannya di kehidupan pertamanya. Sebagai reinkarnasi dewa kehidupan mampukah Aidan me...