68

2.5K 202 7
                                    

Diruangan yang minim cahaya terdapat tiga orang pria yang saling mengelilingin meja bundar dengan bola kristal diatasnya. Salah satu dari tiga orang tersebut menghancurkan bola kristal didepannya hingga hancur berkeping keping.

"Sialan kenapa bisa hilang lagi!" ucap pria pertama yang menghancurkan bola kristal miliknya sendiri yang telah kehilangan jejak targetnya.

Sedangkan kedua pria lainnya hanya menatap datar apa yang di lakukan pria pertama tersebut, "Ini sudah yang ketiga kalinya kita gagal melacaknya kembali dan jika kita terus gagal maka rencana yang sudah kita susun selama ribuan tahun akan terancam gagal" ucap pria pertama yang diangguki oleh dua pria lainnya.

"Ini semua salahmu, jika saja kau menghancurkan nya maka ia tidak akan bisa kembali lagi" pria kedua mulai menyalahkan pria disampingnya dan yang disalahkan tentu merasa tak terima.

"Jika aku tahu ini akan terjadi aku juga pasti sudah menghancurkan nya namun kau tau jika membuat nya binasa untuk selamanya itu adalah hal yang tidak mungkin! Salahkan saja kedua pohon sialan itu yang menarik serpihan jiwa nya dan membangkitkannya kembali" ucap pria ketiga yang mencoba mencari pembelaan.

Disaster keduanya saling beradu mulut dan itu sukses membangkitkan amarah pria pertama, "DIAM! kalian semua salah! Dan karena kesalahan kalian berdua sekarang rencana kita hampir kembali gagal"

Keduanya terdiam mendengar bentakan dari pria pertama yang menyalahkan mereka, matanya yang memerah menandakan emosi yang membunca serta urat leher yang terlihat jelas.

"Kau! Bagaimana rencana pertama kita, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk membuat retakkan disegel yang menyegel dunia iblis untuk merusak pohon suci itu, lalu sekarang bagaimana hasilnya" ucap pria pertama yang menunjuk kearah pria kedua.

Tubuh pria kedua menegang, ia menelan ludahnya dengan kasar dan menjawab dengan sedikit gugup, "S-saya sudah melakukan nya sesuai rencana kita, namun.. Saat aku cek kembali pohon suci menghilang begitu pula dengan retakan iblis yang kembali tertutup kembali"

Pria pertama yang mendengar itu mengeraskan rahangnya"Bagaimana itu mungkin terjadi! Hah!"

Sungguh emosi nya sangat tidak terkontrol dan amarah nya membuat nyali pria kedua menjadi menciut, "saat aku cek kembali aku merasakan aura d-dewa kehidupan yang tertinggal, meskipun samar namun aku yakin pasti itu semua ulahnya"

Brak

Suara meja yang terpental dan terbela menjadi dua bagian, kedua pria yang melihat itu hanya terdiam dengan tubuh yang sedikit bergetar.

"Sialan! Arghhh!"

Keduanya saling tatap dan menundukkan kepala mereka melihat ketua mereka yang tengah melampiaskan emosi nya.

"Hah.. Hah.. Lalu kau, aku menyuruhmu untuk mencari permata jiwa, bagaimana apakah sudah kau dapatkan"

Tubuh pria ketiga menegang kaku, wajahnya berubah menjadi pucat dengan keringat dingin yang mengalir deras, sejujurnya ia sudah menyuruh anak buah nya untuk mencari pemilik permata jiwa dan mengambil nya namun entah kenapa sampai sekarang anak anaknya sampai sekarang belum kembali bersama permata jiwa yang ia suruh cari.

"I-itu sebenar---"

Wush

Duar

"Uhuk! Uhuk!"

"Kalian semua tidak berguna!!" ucap pria pertama yang melayangkan serangan kearah dua pria tersebut yang telah gagal dalam misi yang ia berikan.

"Pergi"

Keduanya mengangguk pelan dan dengan sisa tenaga mereka berjalan keluar dari ruangan tersebut, dan kini tinggal pria pertama yang masih berada disana sambil menatap kearah satu lukisan yang menampakkan sosok pria didalamnya, dengan kasar ia merobek tepat pada lukisan wajahnya yang menampilkan senyuman manis.

"Andai saja waktu itu kau tidak ikut campur maka rencana ku tidak akan serumit ini! Aku akan mencarimu dan membunuhmu, Aqiel!"

....

Kini Aidan tengah berada diatas kursi untuk memudahkan nya memasak makanan yang ia buat, yah Aidan berencana membuatkan Naren makanan ya itu opor ayam, kenapa Aidan harus repot report memasak itu karena beberapa hari ini Naren selalu menolak semua makanan yang diantarkan oleh para pelayan, ia berkata bahwa makanan yang dibuat oleh koki terasa hambar dan itu membuat nya selalu memuntahkan makanan yang selalu masuk kedalam mulutnya, karena geram akhir nya Aidan memutuskan untuk memasakan makanan untuk Naren dan ia membuat makanan kesukaannya saat menjadi Aidan Ash De Nerox yaitu opor ayam.

Melihat cara masak Aidan membuat para koki dan pelayan yang ditugaskan untuk membantu dan menjaga Aidan menjadi gemas saat melihat wajah kecil itu yang menampilkan ekpresi serius saat mengaduk diatas kuali besar.

Sebelum nya mereka sudah mencoba menolak saat Aidan ingin memasak biar bagaimana pun mereka takut jika pangeran kecil tersebut terluka saat menggunakan pisau tajam namun dengan segala macam perdebatan akhir nya mereka membolehkan Aidan memasak namun tentu mereka akan membantu dan tidak akan membiarkan Aidan mengerjakan sendiri.

"Lihatlah bukankah pangeran sangat menggemaskan, aku masih tidak percaya bahwa beliau berusia 15tahun"

"Yah kau benar, saat pertama melihatnya aku mengira usia beliau masih 10tahun, tubuhnya sangat kecil tidak seperti anak seusianya"

Kedua pelayan tersebut saling membicarakan Aidan dan ucapan mereka juga diangguki oleh para pelayan lainnya yang juga ikut setuju dengan jawaban mereka. Bahkan Naren yang seusia dengan Aidan memiliki tinggi 170cm, lebih tinggi 3cm dari Aidan karena rata rata tinggi pria dikerajaan Amoraxe adalah 170keatas dan untuk wanita adalah 150-168cm, untuk kasus Aidan tentu ia paling kecil diantara anak seusianya dan itu membuat orang salah paham dan seakan tak percaya dengan usia Aidan.

Aidan tentu mendengar bisikan para pelayan yang membicarakan nya namun ia tidak mempermasalahkan nya.

Aroma khas yang dipenuhi oleh rempah yang khas membuat siapa saja menjadi lapar mencium aroma masakan Aidan, aroma yang menyebar keseluruh mansion Ellington, Aidan tersenyum puas melihat masakannya dan aromanya behh tidak ada tandingannya.

"Hah.. Sangat nostalgia, baiklah karena sudah selesai tinggal membawanya kepada Naren"

Aidan mengambil 4 mangkuk berukuran sedang dan mengisinya dengan opor ayam miliknya yang telah siap santap, aroma yang menggugah selera bahkan Neon sampai keluar dari bayangan Aidan saat indra penciuman nya menangkap aroma sedap.

"Aromanya enak sekali, hei Aidan aku juga mauu"

Saat akan mengambil salah satu mangkuk yang sudah Aidan isi dengan cepat Aidan menepis tangan Neon menggunakan sendok kuali yang ia gunakan untuk memasak dan menatap tajam kearah Neon dengan kedua tangan diletakkan dipinggangnya persis seperti ibu ibu yang hendak memarahi anaknya, Neon yang ingin protes langsung kicep melihat raut wajah Aidan, ah belum juga protes ia sudah takut lebih dulu.

"Jika kau mau ambil sendiri, paham"

Neon mengangguk bak anak kecil, para koki dan pelayan yang melihatnya terdiam dengan mulut yang terbuka, Aidan persis seperti ibu pasar yang memarahi maling saja.

"Eum iyaa, maaf" ucap Neon dengan wajah yang dibuat seimut dan semelas mungkin namun bagi pandangan mata Aidan ekpresi wajah Neon sangat menggelikan dan membuat nya seakan ingin muntah, wajah dan badan sangat beda jauh.

"Terserah sana ambil sendiri dan ingat jangan habiskan semua, sisakan bagian untuk mereka" ucap Aidan dengan melemparkan sendok kuali kepada Neon dan tak lupa menunjuk kearah para pelayan dan koki yang membantu nya until menyisakan bagian mereka.

Neon dan para pelayan maupun koki tersenyum penuh gembira dan mereka dengan kompak berterimakasih kepada Aidan yang hanya diangguki oleh Aidan sebelum ia keluar dengan membawa nampa yang berisi opor ayam miliknya dan Naren.

Tbc

Vote and comment

adventure || Aidan [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang