Spesial request dari:
___________________________________________
Adel otomatis membuka matanya ketika telinganya mendengar suara rintik hujan yang mengetuk jendela dan genting kamarnya semakin mengeras. Telapak tangannya kemudian mengusap-usap sebentar wajahnya demi mengumpulkan kesadaran lalu kemudian beralih ke bagian lengan atasnya yang menjadi dingin akibat tidak tertutupi selimut. Setelah merasa bahwa tubuhnya cukup hangat, Adel menyingkap selimutnya dan berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar seseorang yang selalu terbangun ketika hujan datang tanpa permisi di dini hari.
Ashel.
Satu nama yang seketika terngiang-ngiang di kepalanya begitu ia terbangun, karena kebiasaannya yang mudah sekali terbangun jika mendengar suara sekecil apapun dan tidak akan pernah bisa tertidur jika suhu di luar ruangan menurun secara drastis. Adel sudah hapal di luar kepala soal bagaimana perempuan itu berpakaian sebelum pergi tidur, (piyama dengan bahan yang lembut, baik atasan dan bawahan sama-sama panjang menutupi lengan dan kakinya yang jenjang, jubah tidur yang dilipat rapi di atas nakas serta selimut tebal yang ukurannya dua kali lipat dari ukuran kasur Ashel agar perempuan itu bisa membungkus dirinya seperti bolu gulung kapanpun dia merasa kedinginan) akan tetapi entah kenapa Adel merasa bahwa itu tidak cukup. Ashel butuh sesuatu agar dia tidak terdistraksi suara hujan di luar sekaligus tambahan hangat selain hangat dari selimut tebalnya itu.
Adel membuka pintu di depannya tanpa mengetuk sama sekali. Dia yakin sekali bahwa Ashel sedang terjaga jadi Adel tidak mau membuang banyak waktu dengan mengetuk pintu. Dugaannya benar karena begitu Adel mendorong masuk pintu kamar Ashel, perempuan itu berkata lemah, "Sayang."
"Hadir, hadir," jawab Adel cepat sambil menyeberangi kamar Ashel. perempuan itu menyelinap masuk ke dalam selimut Ashel, lalu merentangkan sebelah tangannya sebagai ganti dari bantal yang digunakan Ashel dan merengkuh pinggang Ashel dengan sebelah tangannya yang lain.
Ashel mendesah lega ketika kepalanya sudah berada tepat di atas dada Adel, yang kemudian berkata jahil, "terus apa gunanya selimut tebel yang lebarnya kayak lapangan futsal kalo pas dingin begini yang dicari aku?"
"Ih," rengek Ashel sambil balik memeluk pinggang Adel supaya lebih dekat lagi dengan dirinya, "beda tau, hangat karena digulung selimut sama hangat karena dipeluk pacar."
"Modus," kata Adel sambil mengusap lembut pinggang Ashel, "lagian suruh siapa ga mau tidur sekamar sama pacarnya."
"Iya deh, yang katanya kalo nge-game ga berisik."
Adel terkekeh sebelum mencium lembut pucuk kepala Ashel, "tidur gih."
"Masih belom komplit anggotanya."
Adel terkekeh lagi. Tangannya kini menepuk pelan punggung Ashel dan menunggu orang terakhir yang seharusnya bergabung dengannya di kamar Ashel sejak tadi. Pintu terbuka beberapa saat kemudian dan Adel tak perlu menegakkan kepala untuk melihat siapa yang masuk. Suara langkah yang tergesa-gesa itu sudah dihapalnya di luar kepala. Tanpa melepaskan Ashel di pelukannya, Adel berkata, "tumben lama Beb."
"Nyari essentials oil dulu, takutnya si cantik seseknya kumat," jawab Zee sambil membuka tutup botol kecil yang dipegangnya dan menuang beberapa tetes isinya pada humidifier di kamar itu.
perempuan bernama Zee itu lantas membuka cardigan yang dikenakannya, meletakkannya asal pada kursi dan buru-buru masuk dalam selimut untuk bergabung bersama Ashel dan Adel di atas kasur. Dingin yang mulai merayap begitu cardigannya terlepas, hilang seutuhnya kala tangannya memeluk pinggang Ashel dari belakang. Pose favoritnya Zee, menurut Adel, dan Zee tidak membantahnya sama sekali karena ia suka sekali meletakkan hidung pada ceruk leher Ashel dan menghirup aroma tubuh Ashel sepuasnya.
"Nanti kamu kegiatan pagi atau siang?" tanya Zee sambil menatap wajah Adel yang sedikit tersembunyi di balik rambut Ashel.
"Siang, jam 2 Zee."
"Berarti aman ya kalo bangun jam tujuh," kata Zee. perempuan itu menguap sebentar dan mengecup kilat sisi leher Ashel sebelum kembali menghirup aroma tubuh di ceruk leher kekasihnya itu.
"Aman."
"Kok aku ga ditanya," ujar Ashel kesal sambil mendelik ke arah Zee.
"Ya ngapain tanya kalo udah tau jawabannya?" Zee menjawil hidung Ashel sebelum mengeratkan pelukannya di atas pinggang Ashel, "aku udah baca schedule kamu semalem. Ada callingan sore kan."
Adel terkekeh melihat Ashel memutar matanya dan ekspresi kesakitan Zee karena Ashel baru saja mencubit lengannya, "kamu tuh Zee, orang aku pengen bercanda sayanggg."
"Lah faktanya begitu?"
"Ini kalo bukan karena kedinginan, pasti kamu udah aku tendang dari tadi," kata Ashel, "sayangnya aku kedinginan jadi kamu aku maafin kali ini."
"Halah," balas Zee. Tangannya berhasil menemukan tangan Adel di atas pinggang Ashel dan menautkan jemarinya dengan jemari Adel, "terus apa gunanya selimut segede gini kalo gak bisa angetin kamu."
"Beda tau!"
"Beb," potong Adel, "udah iyain aja."
"Iya, cantik, iya. Lebih anget dipelukin sama pacar-pacar ketimbang digulung selimut seluas samudra."
Ashel terkikik pelan, membuat Adel mencium dahinya dan Zee menggigit kecil daun telinganya karena gemas.
"Lanjut tidur, oke? Kasian Adelia baru tidur gara-gara keasyikan nge-game."
Ashel tidak menjawab, tapi menyamankan kepalanya di pelukan Adel dan menarik badan Zee agar punggungnya menempel erat pada dada dan perut Zee. perempuan yang disebut belakangan itu mengusap sayang paha Ashel sampai dirasanya napas Ashel semakin berat dan teratur.
"Met bobo, cantik," ucap Zee sambil mengecup pipi Ashel hati-hati.
"Met bobo, sayang," ucapnya lagi sambil mengecup tangan Adel yang digenggamnya di atas pinggang Ashel.
"Met bobo juga, Sayang. Sleep well."
Zee tidak menjawab tetapi baik Adel dan Zee sama-sama tahu persis bahwa ini akan menjadi salah satu tidur terbaik bagi mereka bertiga terutama Ashel, karena dingin dan suara rintik hujan tak lagi menganggunya.
-OneShoot-
Adel Harem.