Request Saweria Feni-Muthe

457 47 0
                                    

Spesial request dari:

___________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________________________

Tenang dan damai.

Dua kata yang menggambarkan keadaan jiwa Feni saat ini. Rumah terdengar sangat sepi, sunyi dan senyap. Karena hal itu pulalah Feni harus keluar dari kamarnya. Tadinya sih dia sedang asik baring-baring sambil berguling-guling di ranjang king sizenya bersama sang bantal guling tercinta, namun suara yang berasal dari dalam perutnya membuat dia berhenti untuk bermesraan dengan laptop, ranjang dan bantalnya.

Dan disinilah dia, berjalan dengan santai menuju dapur yang berada di lantai satu untuk membuat cacing dalam perutnya berhenti bernyanyi. Dia melangkahkan kakinya dengan santai untuk menikmati keadaan rumah yang sepi. Well, sangat jarang sekali ia menemukan momen seperti ini, mengingat ia memiliki adik yang sangat cerewet.

Dia melewati balkon dan mampir sebentar untuk melihat halaman belakang rumah yang asri ditanam sendiri oleh ibunya. Setelah puas melihat-lihat, Feni kembali berjalan menuju dapur. Saat dia melewati kamar adiknya, Muthe, dia melihat pintunya dalam keadaan setengah terbuka.

Feni mengintip ke dalam kamar dan kamar itu masih terlihat rapi, tak seperti biasanya dimana lantai selalu dipenuhi barang. Dia hanya mendapati beberapa pakaian yang tergeletak tak berdaya di dekat ranjang. Bagi Feni yang sering melihat kekacauan macam itu dikamar adiknya hanya mendengus nafas kesal lalu kembali ke langkahnya menuju dapur.

----

Di dapur, dia mengambil sebuah kotak lalu mengambil beberapa cemilan seperti jus apel, keripik, roti tawar, selai kacang dan sebotol air putih. Dia meletakkan kotak itu di atas meja makan lalu mengambil apel dan memakan buah merah itu. Dia mendengar beberapa suara yang mungkin datangnya dari ruang keluarga. Feni mengabaikannya, mungkin saja itu Muthe yang sedang menonton film.

"Mumuchang! Jangan!"

"Ih, ayo dong Christy, aku cuma ingin lihat sedikit"

"Sudah aku bilang Nggak!"

"Ck, kamu ini nyebelin. Aku itu cuma penasaran sebesar apa punya kamu."

Wait !What ?

Feni hampir tersedak saat mendengar kalimat terakhir yang dia yakini datang dari mulut cerewet adiknya. Dia mengambil kotak perbekalannya dan melangkahkan kaki menuju ruang keluarga. Dia melihat ke dalam ruang keluarga. Seketika iris matanya membola. Adiknya, Muthe, tengah menindih Christy, adik kesayangan si jambul Chika, dan kedua tangan bocah ikan itu berada diatas kepalanya, ditahan satu tangan oleh Muthe. Feni bisa melihat tangan adiknya mulai turun ke celana Christy, semakin turun, turun, tu-

"STOP! Kamu mau ngapain Muthe??!"

Kedua manusia itu terkejut, terlebih lagi Muthe

"Mumuchang?!"

"A-Ah, ya? Ada apa teh mpen?"

"Kamu mau ngapain dek?"

Seolah tersadar akan sesuatu, Muthe tersentak kecil kemudian merogoh saku celana Christy dan mengeluarkan sebuah smartphone layar sentuh berwarna biru tua. Dia mengotak-atik benda itu dan kemudian memperlihatkan layar smartphone itu ke kakaknya itu. Feni mendesah pelan lalu memijit pangkal hidungnya

"kamu nyoba ngerampok handphone Christy cuma buat liat game Pou dia?"

Muthe mengangguk. Feni hanya mendesah lelah kemudian melangkah menuju kamarnya ia tak mau menderita migrain karena tingkah adiknya itu.

----


Waktu menunjukkan pukul 06.18, Feni masih belum terbangun sementara yang lain sudah berkumpul di meja makan. Sang kepala keluarga hanya mendesah pelan, Nggak biasanya anak yang taat aturan itu belum terbangun jam segini. Sang ibu melirik Muthe, meminta bantuan anak keduanya itu untuk membangunkan kakaknya. Muthe mengangguk pelan dan berjalan menuju kekamar kakaknya dengan senjata berupa aplikasi di dalam smartphonenya

Muthe meletakkan speaker smartphonenya di dekat telinga sang kakak, dia memencet tombol di handphone dan-

*Meoww*

-Feni terguling dari atas kasurnya dengan sangat tidak anggun.

Setelah mengalami kesialan saat baru bangun -dikagetkan dengan suara hewan yang dia benci-, Feni bersiap-siap menuju ke sekolah dan dia kini berada di sana, di Jakarta High School. Dia adalah murid kelas 12 B yang akan lulus dalam beberapa bulan lagi. Feni sedang asik menatap adik kelas yang lagi berlari mengelilingi lapangan dengan serius memperhatikan mereka saat tiba-tiba sesuatu yang dingin menempel di pipinya, dan dia tersentak kaget. Dia menatap pemuda yang baru saja menempelkan sekaleng cola dingin ke pipinya, dialah sahabatnya sejak kecil, si kulkas yang sering menggoda Muthe dan selalu kena tamparannya, Gito.

Feni hanya mendengus kesal kemudian meminum cola yang diberikan padanya. Dia berpikir kesialan apa lagi yang akan dia dapatkan hari ini.

----

Feni menghela nafas panjang, dia baru saja pulang setelah sebelumnya disuruh membawa 4 kotak besar berisikan buku ke perpustakaan yang ada di lantai 3, siapa juga yang ingin pergi ke perpustakaan di lantai 3. Dengan penuh kekesalan, Feni melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Dia memegang gagang pintu lalu menariknya turun, pintunya terbuka dan saat dia akan melangkah masuk, telinganya menangkap suara yang terdengar seperti, rintihan? Feni melangkahkan kakinya menuju kamar adiknya, Muthe. Pintunya terbuka, dia mencoba untuk mengintip namun sebuah suara menghentikannya.

"Argghh ! Sakit, Christyy"

"Jangan banyak bergerak!"

"Nggghhh"

APA YANG MEREKA LAKUKAN !? KENAPA CHRISTY ADA DIDALAM !?

"Ngghh, kitty"

"Sshh, diem muthee, kamu gak mau kak Feni tau kan?"

Feni tak mendengar apapun dari dalam

"Aish, Christy! Sakit banget udah lepas!"

"Makanya, jangan banyak goyang"

"Ngg"

"Awasin tangan kamu dari aku, cairannya bakal tumpah kalau kamu pegang tangan aku terus."

"Geli"

"Tuh kan liat! Cairannya netes dan seprainya jadi kotor!"

"Ma-Maaf"

"Dasar Cemen."

"Cepetan, Christy."

"ia, ia dasar baw-"

BRAK

"KALIAN BERDUA LAGI APA?!"

Muthe dan Christy serempak berbalik ke arah sang kakak yang baru saja mendobrak pintu. Wajah Feni terlihat pucat dan berkeringat. Feni menatap tajam mereka berdua.

"Apa? Aku cuma obatin luka Muthe. Si ceroboh ini jatoh pas lari-larian di pelajaran olahraga tadi."

Feni menatap ke arah kasur yang diatasnya bertumpuk kain kasa, cairan NaCl, plester luka, kapas dan pembersih luka. Di tangan Christy ada obat merah yang belepotan. Feni menatap hampa ke arah dua orang itu.

"Oh"

Muthe hanya terdiam bingung.

lagi dan lagi....

Kasihan Feni..


-OneShoot-
Feni-Muthe.

48Universe (JKT48) 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang