happy reading.
🍂
Hope memasuki kelas dan langsung disapa Fay, Hope membalas sapaan Fay dengan senyuman tipis.
"Are you okay?" Tanya Fay begitu Hope mendudukan dirinya di belakang bangku Fay.
Hope hanya menggelengkan kepalanya. Cewek itu mengambil buku pelajarannya untuk menghafal kembali agar bisa menjawab ujian nanti dengan benar.
"Kalo lo gak mau cerita sekarang, it's okay. Tapi sepertinya lo dapet tanggapan buruk dari kakek Kaivan kan?"
Hope tersenyum tipis, "Dukun ya?"
Fay merotasi matanya, dia melipatkan tangannya didada kemudian memicingkan matanya pada Hope.
"Jangan bilang lo langsung jauhin Kaivan." ucap Fay membuat Hope terdiam, saat nama Kaivan disebut Hope merasa tidak nyaman pada hatinya.
"Lebih baik kayak gitu, gue lelah berurusan sama orang-orang kayak Kaivan."
Fay tertawa sinis. "Bilang aja lo diancem kakek Kaivan, biar supaya Kaivan gak kenapa-napa. i know your mind." Hope menghela nafasnya kemudian menatap Fay dengan tatapan datarnya.
"Emang dari awal gue gak seharusnya ada di kelas ini, dari awal seharusnya gue gak bertemu Kaivan dan lo semua." Ucap Hope dingin, membuat Fay membasahi bibirnya merasakan aura Hope yang sudah tidak biasa.
Seperti dia melihat diri Hope dulu yang dingin, tanpa ekspresi dan licik. Fay menjadi khawatir.
"Kok jadi semuanya sih, jang-"
"Fay, bisa diem dulu?" potong Hope membuat Fay terdiam dan mengangguk pelan.
"Mending fokus belajar, masalah gue biar gue yang urus."
"Okay then."
Fay memutuskan untuk tidak bicara lagi, Hope saat ini benar-benar terlihat tidak ingin diganggu. Fay takut akan memperburuk suasana hati temannya.
Kaivan memasuki kelas dengan aura tak bersahabat. Sampai dia duduk pun tak ada yang berani mengajak cowok itu bicara.
Cowok itu memutuskan untuk ikut berdiam diri, dia tidak akan bertindak apa-apa sampai Hope sendiri yang datang padanya.
Bukan karena Kaivan sengaja atau gengsi, hanya saja dia merasa Hope terlalu memandang remeh rasa sayangnya.
Hope seolah-olah tutup mata akan rasa sayangnya yang begitu besar untuk cewek itu, hanya karena satu ancaman kakeknya.
Kalau perlu Kaivan korbankan semuanya demi cewek itu, Luxurious? dia rela, apalagi hanya perusahaan kakeknya. Kaivan rela membuang itu semua.
Namun, Hope terlalu buta akan rasa sayang Kaivan dan terpaku pada kelemahannya sendiri. Padahal Hope adalah gadis yang dia kenal tanpa kelemahan menjadi lemah seperti saat ini hanya karena ancaman kakeknya.
Hope melirik sekilas pada Kaivan, cowok itu hanya diam dengan wajah datar dan aura yang galak.
"dia gak apa-apa kan?" Hope bertanya pada dirinya sendiri, takut ancaman Chris benar-benar terjadi. Hope takut Kaivan terluka.
Ujian pun dimulai.
🍂
Seminggu berlalu
Seminggu berjalan ini Kaivan dan Hope tidak bersama lagi, apalagi sekedar ngobrol. keduanya seperti orang asing dan membingungkan seluruh Luxurious, kecuali Fay tentunya.
Ya, hubungan Fay dan Hope pun kembali menjauh, lebih tepatnya Hope yang menjauh. Cewek itu kembali menyendiri, tidak tersentuh, dan tak terlihat hidup.
Hope kembali kepada dirinya yang dulu. dia saja sudah tidak tinggal di apartmen Kaivan, cewek itu lebih memilih tinggal di kos-an hasil dari uang kerja paruh waktunya.
Hope membersihkan dirinya, dia baru saja pulang dari tempat kerjanya di restoran sebagai pencuci piring.
Cewek itu merebahkan dirinya di kasur kecil di kamarnya. Seminggu tidak bergaul dengan orang High Class membuat Hope cukup tenang, dia benar-benar suka kesendirian ini.
Hope lebih suka dia tersiksa seperti ini, karena dalam hidup manusia harus tau tempatnya masing-masing. Jangan sampai lupa diri.
Dirinya tidak pantas, dan Hope sudah selesai memutuskan bahwa dia akan berhenti sekolah dan hidup seperti ini saja.
Lagipula masuk High Class ternyata hanya karena Rian, dan Kate tidak memiliki hak atas dirinya.
Hope akan hidup dan mati dalam kesendiriannya. Dia tidak peduli apapun lagi.
"Persetan dengan semua, gue emang dilahirkan untuk tersiksa."
🍂
thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Novela Juvenil"People must know their respective places." - Hopely Janetta