Happy reading.
🍂
Barbara tersenyum senang ketika melihat Hope dimarahi habis-habisan oleh kepala sekolah baru mereka. William Gibson, pengganti Ronald.
"Seharusnya kamu tidak melukai teman kamu seperti itu, kamu bisa dihukum Hopely Janetta!" ucap William.
"Ada alasan yang lebih jelas lagi? Alasan kenapa kamu melukai Barbara?" tanya William yang hanya diabaikan oleh Hope.
Hope hanya menatap William yang terus memarahinya dengan Barbara yang berdiri tak jauh di belakangnya dengan senyuman.
Sementara itu, Kaivan menunggu di luar ruangan. Mencoba mendengar percakapan mereka dengan menempelkan telinganya pada pintu.
"Tu bocah pake diem segala lagi. Ngomong kek" gumam Kaivan kesal, karena tak kunjung mendengar suara Hope.
"Baiklah Hope, kalau kamu diem terus seperti ini. Kamu akan saya beri sanksi atas perbuatan kamu. Kamu diskors selama 2 bulan!" ucap William tegas membuat Barbara semakin senang.
Hope hanya mengangguk tenang sebagai respon.
Kaivan mengepalkan tangannya. Dengan kasar dia membuka pintu ruangan kepala sekolah itu dan menghadap pada William.
"Kaivan? Ada apa kesini?" tanya William.
"Jangan skors Hope" ucap Kaivan.
"Maafkan saya, ini sudah peraturan sekolah. Jika terdapat kekerasan yang terjadi, maka pelaku akan mendapat hukuman skors selama 2 bulan" ucap William.
"Gue gak peduli sama peraturan itu. Hope gak salah, dan sebentar lagi bakal ujian, kalau di skors, poin dia juga bakal berkurang!" ucap Kaivan yang sudah mulai marah.
Ya memang jika terdapat melakukan kesalahan, atau membuat kasus di sekolah. Terkhusus nya bagi anak-anak high class. Mereka akan dikurangi poin dan akan dipindahkan di kelas biasa. Tidak bisa dipertahankan di High Class.
William memegang kepalanya yang mendadak sakit.
"Kaivan, kenapa kamu juga ikut-ikutan. Jangan berpikir karena kamu anak pak Lyman, kamu bisa seenaknya sama saya?!" Bentak William.
Kaivan tersenyum miring. "Kalaupun gue bukan anak dia, gue tetep ngebantah bapak" ucap Kaivan
William mendadak naik pitam. "KAMU MAU SAYA SKORS JUGA?!"
Kaivan mengernyit kemudian tersenyum. "Oh ide bagus. Gini aja pak, kalau bapak skors Hope, bapak harus skors gue juga. Tapi jangan salahin gue kalau bapak dipecat sama bapak gue ya" kekeh Kaivan
William mengepalkan tangannya geram.
"Lagi pula Barbara yang mulai duluan, Hope sebenarnya korban. Jadi jangan salahin dia." ucap Kaivan kemudian menarik tangan Hope pergi dari ruangan William.
Barbara menghentakkan kakinya kesal. "Kok paman gak bisa ngelawan sih? Papi buat paman jadi kepala sekolah disini buat ikut seluruh perintah aku, kenapa kalah sama Kaivan sih, ish!" ucap Barbara kemudian ikut meninggalkan ruangan William.
William mengatur nafasnya yang sudah memburu karena emosi terhadap anak kurang ajar, sih Kaivan itu.
🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Teen Fiction"People must know their respective places." - Hopely Janetta