happy reading.
🍂
Gafriel menunggu Fay dari luar, tangan cewek itu sedang diobati oleh kakak sepupunya - Arin. Gafriel yang menyuruh Arin sendiri yang harus mengobati Fay, karena dia tau kakak sepupunya itu sangat pandai dan pintar dalam mengobati di rumah sakit Hafuza ini.
Arin tersenyum kecil pada Fay. "Gafriel keliatan khawatir banget sama kamu, kamu pacarnya ya?" tanya Arin membuat Fay menggeleng lemah.
"Bukan dokter, amit-amit aja deh." Canda Fay membuat Arin tertawa lepas.
"Panggil Arin aja, aku sepupu Gafriel. Dia jarang banget minta tolong, ya karena gengsinya itu. Tapi hari ini, dia sampe spam chat sama telepon aku untuk obatin kamu padahal banyak dokter yang free loh." Ucap Arin membuat Fay meringis pelan.
"Maaf kak Arin sudah merepotkan, hari ini terjadi sedikit kecelakaan." Ucap Fay membuat Arin menggeleng dengan senyuman cantiknya, dia sudah selesai mengobati Luka Fay. Hanya beberapa jaitan karena lengannya sobek, dan dahi yang diperban.
"Untuk beberapa hari ke depan, kamu gak boleh mandi dulu ya, jangan basahi luka-lukamu. Jangan lupa diminum obat yang akan dikasih sesuai resepnya. Kamu hati-hati juga ya Fay." Ucap Arin membuat Fay tersenyum tipis dan mengangguk.
"Terima kasih banyak kak." Arin mengangguk dan segera memanggil Gafriel untuk masuk.
"Lo udah baikan? lengannya udah gak sakit? kepala lo gak apa-apa kan?" Ucap Gafriel membuat Arin mendengus.
"Udah aman Gaf, lo pikir siapa yang obatin?" Ucap Arin membuat Gafriel menatapnya sinis.
"Lo kerja yang bener kan, awas gak bener ya. Gue tendang lo balik ke china." Ucap Gafriel membuat Arin melotot dan menunjukkan tinjunya.
"Sini gue bogem, tanyain Fay coba. Fay gimana luka kamu?"
Fay tertawa pelan dan menatap Gafriel tajam. "Kak Arin baik banget, jangan lo jahatin. Dia ngobatin luka gue dengan penuh perasaan, makanya udah gak sakit sama sekali."
Arin tersenyum bangga dan meledek Gafriel. "Kalau gitu gue pergi dulu ya, masih ada pasien. Fay, kak Arin pergi dulu ya. Kalau ada keluhan apapun itu hubungin aku ya, sampai ketemu lagi!" Ucap Arin kemudian pergi ruangan itu.
Gafriel menghela nafasnya dan duduk di samping Fay, cewek itu sedang setengah berbaring.
"Fay, kenapa gak ngelawan?" Tanya Gafriel membuat Fay merotasi matanya.
"Gue gak bisa ngelawan Gaf."
"Kenapa?" Gafriel menyentuh tangannya dan mengelus lembut jari-jari lentik Fay.
Fay menghela nafasnya. "Dari dulu gue takut mama, ngelawan? ngomong sesuatu yang serius sama dia aja gue takut, apalagi ngelawan." Ucap Fay membuat Gafriel mengangguk mengerti, namun rasa ingin tahunya semakin besar, dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Ibu kandung Fay sampai menggila seperti itu.
"Mama gue bersikap kayak gitu sejak gue lulus SMP, mentalnya terganggu karena papa gue selingkuh didepan dia." Ucap Fay dia mengepalkan tangannya mengingat keluarganya yang sudah hancur.
Gafriel mengelus lembut punggung tangan Fay yang mengepal. "Udah, gak usah lanjutin kalau sakit banget."
Fay tersenyum sinis dan menggeleng. "Lo mau tau gak kenapa mama gue sampe gila, obsesi ke gue, dan gak mau gue berteman dengan siapapun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Fiksi Remaja"People must know their respective places." - Hopely Janetta