happy reading.
🍂
"Jangan bersikap seolah-olah lo peduli. i don't need your attention."
Perkataan Fay membuat Gafriel menggigit bibirnya, cowok itu gugup saat tatapan Fay padanya begitu dingin.
Gafriel memegang pundak Fay, "Gue gak bermaksud buat lo tersinggung, maaf ya kalau lo tersinggung. Gue cuma khawatir Fay."
Fay menghela nafasnya, "Gak perlu khawatir, i'm okay." ucap Fay sambil menatap lurus mata Gafriel.
"Tatapan lo..."
"Gue gak suka, gue gak butuh dikasihani."
Gafriel menggelengkan kepalanya, dia tidak bermaksud mengasihani Fay, dia hanya tidak tega melihat keadaan cewek itu.
"Gue gak kasihan Fay, gue hanya gak bisa lihat lo kayak gini, keadaan lo sekarang gak baik-baik aja. please listen to me, kita masuk ya." ucap Gafriel panjang lebar membuat Fay mendengus sambil melipat tangannya di dada.
Fay cukup tenang mendengarkan penjelasan Gafriel, dia menatap Gafriel dengan sinis kemudian berseru sinis.
"Gak usah sok peduli!"
"Astaga Fay, dengerin gue bisa gak? emosi gue lama-lama!"
"Bawel lo, yaudah ayok masuk."
Gafriel menahan senyum saat Fay berjalan lebih dulu meninggalkannya. Cewek ini misterius namun sangat ingin dia lindungi.
Gafriel mengakui dia jatuh dalam pesona Fay, entah sejak kapan. Dia mulai menyukai cewek itu, mungkin karena Fay selalu bertemu dengannya dalam keadaan tidak normal.
Hal itu yang membuat Gafriel ingin melindunginya. Mungkin sejak pertemuan mereka di sungai yang membuat Gafriel tertarik pada Fay.
"Fay, tungguin gue!" seru Gafriel membuat Fay merotasi matanya kemudian tersenyum tipis tanpa dilihat Gafriel.
🍂
"Kakek mana?" Kaivan tidak bisa menahan emosi nya lagi, sesampainya di rumah kakeknya dia langsung membentak pelayan yang ada disitu.
"Bilang sekarang sama gue dia dimana, mau bilang atau lo semua gue pecat!" semua terlonjak kaget, perkataan Kaivan terdengar menyeramkan.
"Tuan Chris sedang berada di halaman belakang." Ucap salah satu pelayan dengan nada gemetar.
Kaivan segera menuju ke halaman belakang, dia berjalan tenang namun emosi dalam dirinya sudah akan meledak.
Terlihat Chris sedang duduk santai sambil menyeruput teh kesukaannya. Pria tua itu langsung tersenyum menyambut kedatangan cucunya.
"Sangat cepat ya, padahal kakek belum berbuat apa-apa." kekeh Chris membuat Kaivan tersenyum miring.
"Kakek mau main-main sama Kai?" Balas Kaivan tanpa rasa takut.
Chris tersenyum, Kaivan benar-benar dirinya versi muda. Setiap lawan bicaranya selalu terintimidasi oleh Kaivan, bahkan saat ini Chris bisa merasakan aura Kaivan yang begitu menusuk.
"Kakek mau yang terbaik buat kamu, kamu tahu? Hal yang sepele tidak boleh menghalangi jalan kamu Kai, dia bukan siapa-siapa yang tidak akan bisa memberikan apa-apa pada kamu." Ucap Chris serius membuat Kaivan tertawa pelan.
"Dia udah yang terbaik buat Kai, Kai gak butuh apa-apa lagi." ucap Kaivan sambil mengepalkan tangannya.
"Sadar Kaivan, anak itu haram, kotor, hina gak ada harganya. Kakek tidak akan pernah bisa membiarkan keturunan Kakek berhubungan dengan orang seperti itu."
Mau Tanya keadaan Kaivan? Dia sungguh murka! Kakeknya benar-benar membuatnya marah kali ini.
"Cukup Grania yang berhubungan dengan orang hina, kamu jangan. tempat mereka jauh berbeda dengan kita, kamu tidak jijik Kaivan?"
"Kakek beneran mau buat Kaivan bertindak? Kaivan bisa lebih dari apa yang Kakek bayangin. Hope gak akan pernah jauh dari Kai."
Chris mengusap dahinya, dia berdiri kemudian menghadap Kaivan. "Cucu kakek sudah sedewasa ini, kamu pikir Kakek akan membiarkan pewaris kakek jatuh karena seorang perempuan hina?"
"Kamu pikir Kakek juga tidak akan bertindak? semua kakek bangun untuk kamu, Luxurious itu ada karena kamu, High Class juga ada karena kamu. Dan bisnisku akan kakek serahkan semua pada kamu."
"Kamu pikir Kakek akan membiarkan kamu direbut seorang anak yang tidak berguna itu? KAMU PIKIR DIA BISA REBUT KAMU KAIVAN?!"
Pria sinting! Kaivan tak habis pikir dengan keobsesian kakeknya pada dirinya. Sedari dulu Kaivan selalu mengikuti apa yang kakeknya perintahkan, sampai kakeknya merasakan dirinya sudah sangat sempurna.
"Semuanya sempurna Kai. Seharusnya kakek tidak pernah membiarkan kamu bertemu dengan gadis itu."
Chris menyesal karena hanya memantau Kaivan dari jauh, bahkan saat Kaivan mulai dekat dengan Hope, Chris hanya diam dan terus memantau perkembangan Kaivan tanpa mengetahui cucunya akan begitu terpikat dengan perempuan itu.
"Kakek gak akan bisa lawan Kai, Kaivan tau kelemahan terbesar kakek sendiri." Kekeh Kaivan membuat Chris mengepalkan tangannya.
"Kelemahan Kaivan itu Hope, dan kelemahan terbesar Kakek itu..."
"Kai kan? Jangan macem-macem lagi sama hubungan Kaivan sama Hope kalau kakek gak mau kehilangan cucu kakek satu-satunya yang sangat berharga ini."
Chris menahan emosinya, dia bersumpah akan membunuh Hope, menyingkirkan Rian sangatlah mudah, apalagi hanya gadis lemah itu.
"Ini peringatan Kai yang pertama dan yang terakhir, kalau berani sentuh Hope, lihat aja nanti apa yang akan Kai lakukan."
"Salahin diri kakek sendiri karena sedari kecil ngajarin Kaivan buat mertahanin milik Kaivan sampai gak akan bisa disentuh orang lain."
"Ini hasil dari ajaran kakek, jadi jangan coba-coba rebut apa yang udah jadi milik Kai. Kakek tahu kan seberapa gila Kai kalau udah menyangkut milik Kai." ucap Kaivan sambil tersenyum menyeramkan.
Chris memang mendidiknya seperti itu, namun bukan untuk Hal ini. Chris bukan mendidik Kaivan seperti itu untuh hal ini!
"Hope itu milik gue, apa yang udah jadi milik gue gak akan pernah gue biarin disentuh siapapun."
Saat itu juga Chris menyesal karena membiarkan Hope masuk ke dalam hidup cucunya.
Kaivan tergila-gila pada perempuan itu. Chris tidak bisa melawan lagi, dia tidak akan pernah bisa hidup jika dirinya kehilangan Kaivan.
Namun, Chris punya cara tersendiri juga jika menyangkut mempertahankan miliknya. Kita akan lihat nanti, Chris bisa menyingkirkan Hope tanpa perlu kehilangan Kaivan.
🍂
singkat,padat,hampir menuju ending.
thanks for reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Teen Fiction"People must know their respective places." - Hopely Janetta