Happy reading.
🍂
Hope membuka kulkas dan tidak mendapati apa-apa. Karena lapar Hope berencana akan ke supermarket dekat apartemen.
Ah sekedar mengingatkan, Hope masih tinggal di apartemen Kaivan. Dia belum menemukan tempat tinggal baru.
Baru saja dia akan menaiki lift ponselnya berbunyi menandakan notifikasi baru saja masuk.
Nomor tak dikenal rupanya, Hope membuka pesan yang masuk dari nomor tak dikenal itu.
Lo yang namanya Hope? Well, gue harap kita bisa berteman baik.
Hope tak ingin ambil pusing dengan pesan asing itu. Mungkin itu seseorang yang juga membencinya seperti orang-orang di sekolah.
Hope berjalan keluar dari apartemen dan mulai mencari supermarket dengan berjalan kaki.
Setelah mendapati supermarket Hope segera masuk dan membeli apa yang dibutuhkan.
Hope mendapatkan uang dari hasil kerja paruh waktu nya tanpa sepengetahuan Kaivan
Hope tidak pernah memakai uang yang diberi Kaivan. Hope selalu menggunakan uang dari hasil kerjanya.
Memang tidak banyak uang yang didapatinya saat bekerja sebagai pencuci piring di restoran, namun Hope rasa itu cukup untuknya.
Saat Hope akan pergi membayar belanjaannya, seseorang memakai hoodie hitam menabrak nya hingga membuat belanjaannya jatuh.
Orang itu terlihat terkejut, Hope segera mengambil semua belanjaannya yang berserakan di lantai.
"Sorry" ucap orang yang memakai tudung hoodie itu.
Hope hanya mengangguk singkat. Orang itu membantu Hope. Hope menatap orang itu. Wajahnya tidak terlihat namun Hope seperti mengenalnya.
Ah sepertinya Hope mengenal orang ini.
"Fay?" Orang itu mengangkat wajahnya terkejut karena mendengar namanya di panggil.
"Hope?" keduanya bertatapan lama, namun dengan tatapan berbeda. Hope dengan tatapan datarnya dan Fay dengan tatapan terkejutnya.
Tanpa mengatakan apa-apa Fay langsung pergi mengambil apa yang ingin dibelinya.
Hope pergi membayar, setelah membayar Hope segera membuka roti yang dibelinya dan memakan roti itu setelah dia mendudukkan dirinya di kursi depan supermarket.
"Lo masih disini rupanya" Fay tiba-tiba menghampiri Hope.
Hope hanya diam.
"Can you pretend you didn't see me here?"
Hope menatap Fay dengan tatapan dinginnya. "Malu?"
"Malu karena anak orang kaya ketauan pergi ke supermarket?"
Fay tertawa geli. "No Hope, bukan itu maksud gue"
"Lo tahu kan gue udah hampir seminggu gak sekolah, jadi gue harap Lo gak suka ngadu ke sekolah"
Hope tersenyum tipis. "Gak penting"
Fay mengangguk. "oke" Hope mengernyit melihat wajah Fay. Seorang Fay memiliki bekas luka di wajah? Terdengar mustahil.
"Itu alasan lo gak sekolah?" Ucap Hope sambil menunjuk wajah Fay.
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Teen Fiction"People must know their respective places." - Hopely Janetta