24. Deep pain

424 27 13
                                        

Happy Reading.

🍂

Izora tersenyum licik melihat Izara yang baru memasuki rumah dengan wajah dingin. Cewek itu terlihat sedang marah dan kesal.

Izara menoleh pada saudaranya itu yang sedang duduk di sofa depan Tv. "Lo gak masuk sekolah, gue yang ribet."

Izora tertawa sinis. "Ya iyalah, kan gue populer gak kayak lo." sinis Izora sambik mengunyah cemilannya.

Izara merotasi matanya. "Sok banget, padahal cupu." Sambungnya

Izora tertawa kecil. "Gimana permainan gue? Asik gak?"

Zara mengernyit tidak mengerti, dia belum memainkan sesuatu dengan adik kembarnya itu.

"Soal Kai. Lo gak nanya ke gue kenapa Kai tiba-tiba kayak gitu ke lo?" kekeh Izora membuat Zara melotot marah.

Zara menghampiri Izora dan menarik rambut adiknya itu. "Lo bilang apa ke Kai?!"

Izora hanya tersenyum geli. "Kalem kak, gue gak bilang yang aneh-aneh kok."

Zara menahan emosinya lalu melepas rambut Izora dari tangannya.

Izora merapikan rambutnya kemudian tersenyum lebar.

"Gue hanya menjadi pengantara, semacam cerita ke orang lain terus sampe ke telinga orang lain lagi. Gimana ya nge-jelasinnya." Izora membuat wajah bingung

"Ah intinya gue gak sendiri."

Zara tiba-tiba terpikir sesuatu. "Lo sama Fay bilang apa, sampe Kai jadi kayak gitu?! JAWAB YANG BENER BITCH!"

"O-ow, lo cenayang kak? Tau aja Fay terlibat. Udah gue bilang gue gak bilang apa-apa, gue hanya me-"

"SIALAN LO!" Zara langsung menyambar bahu Izora kemudian berjalan cepat menuju kamarnya.

Zara segera mengambil ponselnya dan menelpon Fay. Setelah Fay mengangkat Zara segera berteriak kesal.

"HEH KAMPRET! LO BILANG APA SAMA KAI?! JAWAB GUE!"

Fay terdengar berdecak kesal.

"Ih, kok ketahuan sih. Gak seru lo ah."

Zara meremas ponsel yang digenggamnya. "Berani banget lo ya, GUE TANYA LO NGOMONG APA KE KAIVAN BANGSAT?!"

"Gak perlu teriak-teriak juga kali. Lo kalo kayak gini keliatan banget busuknya."

"Yang gue tahu seorang Zara itu sangat anggun, berkharisma dan always calm with ur dirty heart."

Fay terdengar menahan tawa dengan gaya mengejek.

"Yaudah ya lah, gue juga capek basa-basi."

"Gue ngerekam semua kejadian lo waktu di balkon dan of course percakapan lo dengan Zora waktu itu."

"Ya gue tunjukkin ke Kaivan dong. Kan sayang rekaman-nya se luar biasa itu, udah setahun lebih di anggurin."

Fay berhenti tertawa, dia merubah eskpresi-nya menjadi serius.

The High Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang