Selamat membaca!
🍂
Hope melirik jam tangannya, sudah hampir jam 12 malam. Cukup lama dia berjalan hingga sampai di perkotaan. Kini Hope sedang berdiri didepan rumahnya.
Tangannya meraih gagang pintu dan membukanya. Rumahnya begitu sederhana, terletak di lingkungan yang tidak terlalu banyak penghuni.
Saat Hope masuk ke dalam rumahnya aroma alkohol serta asap rokok memasuki indera penciuman nya. gadis itu menatap ibunya yang terduduk sambil menonton tv di ruang tamu dengan minuman-minuman keras serta bibir yang terus-menerus mengeluarkan asap rokok.
Lampu rumahnya bahkan hanya terpasang di teras, setelah itu gelap. Rumahnya bahkan hanya diterangi oleh cahaya televisi yang sedang ditonton ibunya.
Hope tidak berniat menyapa ibunya. Untuk menyalakan lampu dia enggan. Merasa tidak nyaman berlama-lama diruang yang sama dengan ibunya Hope berjalan menuju kamar nya yang terletak di sebelah dapur.
Baru beberapa langkah Hope langsung berhenti ketika mendengar ibunya memanggil nya.
"Hope" Panggil Hela parau.
Hope tidak menyahut panggilan orang yang sudah mabuk itu. Sudah tak asing lagi bagi Hope mendapati Hela seperti itu.
Sejak kecil, Hope memang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Dan Hope terbiasa dengan itu. Sejak awal Hope juga tidak terlalu berharap atau bergantung pada orang tuanya.
"Hopely Janetta. Nama yang indah" Kekeh Hela, dia menoleh ke belakang menatap Hope yang berdiri tepat di belakang nya.
Hela tersenyum di tengah kesadaran yang mulai hilang.
"Anak pintar, berbakat. Kamu mirip mama nak" ucap Hela sambil menjulurkan tangannya ingin memeluk Hope.
Hope hanya diam dan menatap ibunya yang sudah mabuk berat. Tak berniat bergerak sedikit pun.
"Sini Hope. Mama mau peluk, kangen" kekeh Hela dengan mata berkaca-kaca.
Hope tersenyum sinis, kemudian berjalan menjauh dari ibunya dan memasuki kamarnya dan menutup pintu kamarnya.
Hela meletakkan tangannya dengan lesu kemudian tertidur di sofa ruang tamu.
🍂
Hope sampai di sekolah tepat waktu, namun sebelum masuk dia menatap seragamnya yang penuh dengan tinta warna. Dia memang sudah mencuci seragam yang penuh tinta dan oli itu tapi, seperti yang Barbara katakan, kalau tinta warna itu permanen.
Hope bahkan mengeringkan seragamnya di dekat kompor gas karena mencuci seragam sudah larut malam, Karena tidak ada matahari ataupun pengering baju.
Seragam yang kotor seperti ini, apalagi Hope yang memakainya, Tidak menutup kemungkinan dirinya akan menjadi bahan olok-olokan, dirinya yang normal saja tetap di ejek, apalagi dengan keadaan seperti ini.
Hope berjalan memasuki Luxurious, namun merasa ada yang aneh. Kenapa orang-orang tidak membicarakan nya? Dengan keadaan mengerikan seperti ini siapa yang tidak ingin mengolok-olokannya? Sepertinya ada yang aneh.
Tetapi pertanyaan Hope terjawab ketika melihat orang-orang begitu heboh membicarakan dua orang yang berdiri di depan High Class.
"Kak Kaivan tambah ganteng buset"
"Kak kai emang selalu ganteng kali"
"Izora sama Kaivan cocok banget sih. Mereka udah lama jadian kan dari kelas 10?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Fiksi Remaja"People must know their respective places." - Hopely Janetta