Happy Reading.
•••
Hope melirik Kaivan yang sedang fokus menyetir, cowok itu tidak mengatakan apapun sedari tadi. Ya, Hope mengerti karena amarah Kaivan tadi yang begitu menggebu-gebu.
"Kai, tad-"
"Mau makan apa?" Kaivan menyela perkataan Hope membuat cewek itu membuang wajahnya.
"Mau makan apa sayang?" tanya Kaivan kembali dengan nada lembut.
"Gue mau pulang" ucap Hope membuat Kaivan menghela nafas berat.
"Gak usah dipikirin kejadian tadi, mereka gak sepenting itu" ucap Kaivan jengkel
"Gue bahkan gak tau pasti asal usul gue sebenarnya, gue perlu sendiri Kai. Kepala gue berisik banget sekarang, jadi gue mau pulang" ucap Hope
Kaivan memberhentikan mobilnya, dia menatap Hope dari samping. Lelah, itu yang Kaivan lihat dari wajah Hope.
"Tapi harus makan dulu, lo belum makan dari pagi kan?" Mengingat ini sudah hampir malam, dan Kaivan tau cewek itu tidak menyantap apapun dari pagi.
"Gue mau pulang"
"Tapi lo-"
"Gue mau pulang kai!" Mata cewek itu mulai berkaca-kaca membuat hati Kaivan ikut terluka.
"Kalau gak mau anterin gue pulang yaudah, gue bisa sendiri" ucap Hope kemudian segera keluar dari mobil Kaivan.
Kaivan ikut keluar dari mobil dan mencegah Hope untuk pergi. Karena emosi Hope yang sedang tidak stabil, cewek itu segera menepis tangan Kaivan.
"Lo ngapain sih?!"
Kaivan diam, dia hanya menatap mata Hope yang begitu lelah.
"Lo itu harusnya jauhin gue, gue rusak, hancur, gak berguna, benalu!"
"Hope jangan bilang gitu, gue gasuka"
"Salah emang?! Udah, gak usah pikirin gue lagi, gak guna Kai. Gue emang pembawa sial, kotor nyusahin lo terus.."
Hope tertunduk, sikap dingin dan cueknya selalu ia pertahankan dalam kondisi apapun, namun kini dirinya tidak kuat lagi. Dia hanya membenci dirinya sendiri karena tidak pantas untuk Kaivan.
Siapa yang mau dengan orang sepertinya, asal-usul gak jelas, dengan kehidupan yang gelap. Orang gila mana yang mau bersamanya?
Kaivan meraih wajah Hope dan mengelus lembut pipi cewek itu. "Mau lo kotor, hancur, rusak, nyusahin, gue gak peduli Hope" Kaivan menyatukan kening mereka.
"Gue mencintai lo apa adanya, Gue rela lakuin apapun buat bisa bareng terus sama lo Hope"
Hope menjatuhkan air matanya ketika mendengar perkataan lembut Kaivan.
"Lo tau? Gue udah di tahap sangat mencintai lo, dan bahkan rela mati buat lo" bisik Kaivan kemudian mencium lembut kening cewek itu.
"Jadi, jangan ngerasa gak pantes buat gue. Karena dapetin lo dan jagain lo adalah hal yang paling gue syukurin dalam hidup gue."
Sekuat-kuatnya Hope dia tidak bisa kalau Kaivan sudah seperti ini. Hatinya menghangat, hanya dengan Kaivan dia bisa merasakan kehangatan dan kenyamanan senyata ini.
Kaivan memeluk Hope lalu mengelus rambut cewek itu. "Yaudah, sekarang kita makan dulu yaa?"
Hope hanya mengangguk dalam pelukan Kaivan, membuat cowok tampan itu tersenyum.
"Lucu banget sih belahan jiwa gue" ucap Kaivan sambil mengeratkan pelukannya pada Hope.
•••
Grania menghadap Ayahnya dengan perasaan gelisah, bagaimana tidak gelisah Ayahnya telah mengetahui perselingkuhan Lyman dan parahnya lagi Kaivan ternyata sudah mengetahui kebeneran sebenarnya sejak kecil.
"Pi, aku bi-"
Christian adalah kakek Kaivan, dia mengangkat tangan menyuruh anak perempuannya untuk diam.
"Kalau kamu dateng disini buat belain suami palsu kamu itu, mending kamu pergi"
Grania menunduk sambil meneteskan air matanya, inilah kelemahannya. Dia juga sudah terlanjur mencintai Rian, si pengganti suami aslinya.
"Papi gak akan tinggal diam Rania, manusia tidak tahu diri itu harus di kasi pelajaran. Apa yang akan dipikirkan cucu berhargaku jika aku hanya melepaskan manusia tidak berguna itu begitu saja!"
"Kalau bukan karena kamu, aku pasti sudah mengusir dari dulu manusia itu. Tapi sekarang Papi gak bisa diam lagi Rania, dia telah berani melawan cucu berhargaku!" Christian marah besar.
Saat mengetahui Kaivan telah tau akan kebenarannya Chris saja sudah takut, apalagi Kaivan mengetahui perselingkuhan ayah palsunya itu?
Chris memang sudah mengetahui semuanya, namun dia hanya diam. Namun saat Kaivan sudah tau semuanya, Chris tidak bisa diam lagi.
Dia berusaha menyembunyikan semuanya agar Kaivan bisa bahagia memiliki keluarga yang harmonis dan lengkap. Namun ternyata Kaivan sudah mengetahuinya dari kecil.
"Aku dan Kai sempat mengobrol, ternyata dia sudah mengetahui kebenarannya dari kecil, itu benar-benar mengangguku Grania."
"Cucuku tidak boleh disakiti" ucap Chris menyeramkan.
Grania hanya diam, takut untuk melanjutkan perkataannya.
Chris melihat berkas biodata yang ada di tangannya.
Chris tersenyum sinis "Siapa gadis yang bersama Kai, kamu mengenalnya kan?" Pria paruh baya itu memang tidak terlihat peduli, namun segala sesuatu yang terjadi pada penerusnya dia mengetahui semuanya.
Termasuk, gadis yang dicintai Kaivan. Chris tau bahwa gadis itu adalah anak Rian, mengingat Chris lah yang memisahkan Hope dari Rian karena pria itu harus menikahi anak perempuannya.
"H-hope? Kenapa dengan Hope?"
Chris tersenyum licik. "Tidak ada yang bisa mengambil cucu berhargaku, termasuk gadis bernama Hope itu"
Grania semakin takut apa yang akan dilakukan ayahnya itu. Mengingat Chris sangat terobsesi dengan cucu satu-satunya itu.
"Dia anak baik Pi, jangan ganggu dia Kaivan sangat senang bersamanya"
Chris tertawa kecil. "Anak haram itu tidak pantas untuk cucuku yang sempurna Grania, aku harus menyingkirkannya!"
•••
Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
The High Class
Ficção Adolescente"People must know their respective places." - Hopely Janetta