Hidup itu pilihan, dan pilihanku mulai hari ini jatuh padamu.
Dinginnya udara malam tidak berhasil membuat Aksara beranjak dari kursi pantai yang berada di belakang vila. Lelaki itu masih diam, larut dalam lamunannya dengan ponsel yang dia genggam erat di tangan kanannya. Entah kabar siapa yang dia tunggu, yang jelas semenjak makan malam ponsel itu seolah menyatu dengan tangannya.
"Mas, gak dingin?"
Aksara menoleh. Lelaki itu tersenyum sembari menerima segelas kopi panas yang diberikan oleh Irene. Kepulan asap dari dua gelas yang bersanding di atas meja menjadi tanda bahwa kopi dan coklat hangat itu baru saja di seduh.
"Aku kira kamu udah tidur Rene." Aksara coba berbasa-basi, hanya untuk sekedar mencairkan suasana.
"Mas, aku boleh tanya gak?"
Aksara mengangguk. Segera setelahnya lelaki itu menyesap kopi pertama buatan sang istri. Tidak, lebih tepatnya ini adalah pertama kalinya Irene membuatkan kopi untuknya setelah berstatus sebagai istri.
"Kemarin malam,-" Irene menatap ragu Aksara sebelum melanjutkan kalimatnya. "-kemarin malam siapa yang ganti baju aku?" Tanyanya coba memberanikan diri.
"Cantika." Jawabnya singkat.
Irene menghela napas lega saat mendengar jawaban Aksara. Baginya, hal itu adalah sesuatu yang harus dia pastikan sebelum memastikan hal lainnya.
"Tadi pagi kamu darimana?"
"Hmm?" Aksara menoleh.
"Mas tadi malam gak tidur?" Irene mencoba menelisik lebih jauh.
"Tidur kok. Tapi tadi pagi sebelum kamu bangun aku berangkat olahraga." Ujarnya dengan ekspresi datar.
"Terus tadi pagi balik kamar kenapa ekspresinya gitu?"
"Gitu kenapa?" Tanyanya tidak mengerti.
"Ya gitu, muram. Kenapa? Berantem lagi sama ayah?"
Aksara tersenyum. Tipis. Tidak ada konfirmasi apapun yang keluar dari bibirnya. Lelaki itu memilih menyibukkan bibirnya untuk menyesap kopi yang dirasa mulai dingin.
Irene sudah mengetahui semua hal tentang Aksara, termasuk tentang keluarga besar dan tentu saja tentang masa lalu Aksara. Wanita itu memilih mengalah, tidak ada lagi pembahasan tentang hal yang sepertinya masih belum ingin dibahas oleh Aksara.
"Malam ini biar aku yang tidur di sofa mas."
"Kenapa?" Aksara bertanya dengan ekspresi tidak setuju.
"Ya kan semalam kamu udah tidur di sofa, malam ini,-"
"Nggak usah. Biar aku yang tidur di sofa." Sela Aksara, memaksa Irene untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Aksara melirik Irene yang tiba-tiba diam. Tatapannya benar-benar sulit dikendalikan semenjak wanita itu duduk di sampingnya. Balutan gaun malam berwarna navy tiba-tiba membuat bayangan Irene yang sedang terlelap semalam kembali melintas di kepalanya.
"Jangan pakai baju kaya gitu buat nemuin orang lain Ren." Aksara memecah keheningan.
Irene melihat ke arah dirinya sendiri. "Memangnya bajuku kenapa?" Tanyanya tidak mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Wedding
FanfictionIrene dan Aksara yang bersahabat semenjak bayi tiba-tiba harus menjadi sepasang suami istri akibat perjodohan karena mereka tidak juga menikah hingga usia mereka menginjak kepala 3. Entah pernikahan seperti apa yang mereka jalani, yang jelas apabila...