Bab 44 🔞

1.2K 89 15
                                    

Vila menjadi tempat terbaik untuk Aksara dan Gia membangun hubungan sebagai ayah dan anak. Irene? Dia hanya memperhatikan bagaimana dua orang kesayangannya itu bercanda sepanjang waktu. Tidak jarang sekali waktu Aksara membawa gadis kecil itu berjalan-jalan di luar vila, menikmati resort mewah yang kelak di masa depan mungkin akan menjadi milik Gia.

Vila pribadi Irene sebenarnya tidak lebih besar daripada 12 Vila lain yang ada di lingkup resort mewah miliknya itu. Yang membedakan hanya orang-orang yang Irene bawa untuk menciptakan kenangan indah di tempat tersebut.

Gia benar-benar memanfaatkan liburannya dengan baik. Semua hal yang ingin dia lakukan, dia lakukan di liburannya tanpa mendapat satupun penolakan dari Aksara walaupun beberapa kali harus berbeda pendapat dengan Irene.

Dua malam sudah mereka menikmati waktu bersama layaknya keluarga yang utuh. Malam ini, ditemani deburan ombak dan alunan musik, mereka memilih menikmati makan malam di restoran yang berada di wilayah resort.

"Mami."

"Apa dek?"

"Kalau kita tinggal disini dan tidak kembali ke Belanda, apa uncle Hans boleh main kesini?"

Irene menaikkan pandangan ke arah Aksara yang duduk tepat di hadapannya.

"Tentu. Kan mami berteman baik sama uncle Hans. Kenapa? Gia mau menetap disini?"

"Gia mau tinggal disini tapi gak mau kalau papi pergi-pergi lagi kaya sekarang. Apa papi tidak bisa menginap setiap hari?"

Senyuman tipis di wajah Irene seolah menjelaskan bagaimana rasanya sebuah beban bisa terangkat dengan bebas dari pundaknya.

Aksara meraih tangan mungil putrinya. "Papi akan menginap setiap hari kalau Gia tinggal disini." Ucapnya dengan nada lembut yang berhasil membuat gadis kecil di depannya itu menunjukkan barisan gigi susu miliknya.

Aksara berhasil. Dia benar-benar berhasil menggeser posisi Hans dari hidup Gia walaupun dia tahu benar tidak akan bisa menghilangkan sosok Hans dari hidup sang putri.

Waktu berlalu, dengan hanya acara sederhana dua minggu kemudian Aksara kembali menyandang status sebagai suami. Rujuknya mereka berdua tidak hanya disambut baik oleh keluarga, tetapi juga disambut baik oleh teman-teman baik Irene hingga ribuan fans Aksara.

Kali ini, Aksara dan Irene benar-benar melakukan malam pengantin dengan benar. Tidak ada lagi tidur di sofa seperti pernikahan pertama mereka.

"Ini kenapa harus tidur di hotel sih mas? Udah bukan malam pertama juga." Protes Irene begitu masuk ke dalam kamar hotel suite room yang sebenarnya memang milik Aksara.

Aksara yang berjalan di belakang sang istri tiba-tiba menarik pinggangnya pelan, membuat tangannya bisa melingkar sempurna di perut sang istri dengan kepala yang sudah dia sandarkan di pundak wanita berambut panjang tersebut.

"Bisa gak kita ganti baju dulu?" Tanyanya dengan nada penuh penekanan. Irene tahu benar apa yang diinginkan Aksara saat lelaki itu sudah menyembunyikan wajah di leher Irene, tetapi berhubungan dengan posisi dia masih mengenakan gaun pengantin tentu saja akan sedikit merepotkan, setidaknya bagi Irene.

"Aku bantu aja deh biar cepat."

"Gak sabaran banget, kaya pengantin baru aja." Ejek Irene sembari tertawa pelan melihat sikap Aksara yang tidak sabaran.

"Hmmm..." Geramnya malas saat Aksara sudah menyentuh kulit punggungnya menggunakan lidah dan bibir, membuat sensasi seperti aliran listrik yang tiba-tiba bergetar dalam tubuh Irene.

Satu per satu yang membalut tubuh Irene terlepas, menyisakan bra tanpa tali penyangga dan juga celana dalam transparan berwarna hitam, warna favorit Aksara.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang