Bab 32

827 96 8
                                    

"Papi...." Gadis kecil dengan rambut yang dikuncir rapi itu berlari masuk ke rumah saat mengetahui sang ayah sedang duduk di ruang tamu.

"Sssttttt..." Ujarnya seraya meletakkan telunjuk di depan bibir. "Jangan teriak sayang, mami lagi bobok di kamar depan." Jelasnya yang membuat si gadis kecil segera menutup mulutnya dengan ekspresi jahil.

"Kenapa mami di kamar papi?" Tanyanya dengan nada berbisik. Ekspresi lucunya benar-benar membuat Aksara tertawa pelan saat melihatnya.

"Mami kesulitan naik ke lantai dua, jadi papi suruh tidur di kamar papi. Nggak papa kan?" Tanyanya meminta izin yang dijawab dengan anggukan kepala mantap dari Gia.

"Ganti baju dulu sana."

"Sama papi?"

Aksara menggeleng. "Dibantu nanny dong, kan Gia sudah besar, sudah nggak boleh sama papi." Aksara coba memberi penjelasan yang beruntungnya Gia memahami dengan sangat mudah penjelasan ayahnya.

Belum sampai Gia naik, tiba-tiba sebuah suara benda jatuh terdengar dari kamar yang ditempati Irene.

"Gia naik dulu, papi mau cek mami. Oke?"

Aksara bergegas pergi begitu Gia mengangguk setuju.

Didorongnya pelan pintu kamar yang memperlihatkan Irene yang sedang duduk di atas ranjang.

"Apa yang jatuh Rene?" Tanyanya lembut seraya mendekat ke arah ranjang.

"Tumblerku jatuh di dekat sofa." Ujarnya seraya menunjuk sofa yang tidak jauh dari ranjang yang ditempatinya.

Aksara hanya menghela napas saat melihat tumbler milik Irene yang benar-benar sudah tergeletak di lantai.

"Nih.." Aksara menyerahkan tumbler kepada sang pemilik.

"Lain kali panggil aja kalau butuh sesuatu, ngerti?" Lanjutnya seraya duduk di sisi ranjang.

"Ya aku pikir kan bisa ambil sendiri." Ucapnya dengan ekspresi cemberut.

"Sekali waktu bergantung ke orang lain tuh juga gak papa Rene."

"Ya sorry mas."

Terkadang ada hal-hal yang memang tidak bisa menjadi kapasitas kita, dan menurut Aksara tidak masalah kalau kita harus minta tolong. Tetapi sepertinya pola pikirnya yang seperti ini cukup berbeda dengan Irene yang selalu merasa tidak ingin merepotkan orang lain, termasuk Aksara.

Malam itu, setelah Aksara menidurkan Gia di kamarnya, lelaki itu kembali turun ke lantai satu dimana Irene masih berada di sana.

"Yuk naik ke kamar yuk." Ajaknya seraya berjongkok di depan Irene dengan posisi memunggungi sang lawan bicara.

"Ini maksudnya apa?" Tanya Irene tidak mengerti.

"Ya aku gendong di belakang. Kan kamu kesulitan kalau harus naik tangga Rene." Jelas Aksara yang ditolak oleh Irene.

"Kenapa gak mau sih Rene? Ayo buruan naik!" Perintahnya.

"Nggak deh mas. Aku tidur di kamar bawah aja."

Aksara menghela napas. Lelaki yang masih dalam posisi jongkok itu berbalik ke arah Irene yang duduk di sofa.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang