Bab 21

783 97 14
                                    

Irene turun dari mobil Krystal setelah mobil sport berwarna putih itu berhenti tepat di depan rumahnya.

Tidak ada apapun lagi yang dia ucapkan kepada wanita yang berjalan mengikutinya masuk ke dalam rumah.

"Mobil siapa Rene?" Tanya Krystal begitu berhasil menyusul Irene.

"Mario." Ucapnya dingin sebelum masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu rumahnya, ada Aksara, Mario dan juga beberapa orang dari AnD.Ent.

"Sayang.." Sapa Aksara seolah ingin menjelaskan sesuatu, tetapi entah apa yang menghentikannya hingga lelaki itu tidak melanjutkan kalimatnya.

Irene menghela napas. "Bisa kita bicara berdua di kamar sebentar mas?"

Suasana ruang tamu seketika berubah menjadi sangat dingin saat mendengar nada bicara dan juga sorot mata Irene yang hanya dia tujukan pada sang suami.

Tanpa menunggu persetujuan Aksara, wanita itu berjalan meninggalkan ruang tamu menuju ke arah tangga. Lelaki yang mendapat undangan untuk berbicara dari sang istri berdiri dari sofa. Langkahnya dia ayunkan mengikuti kemana sang istri berjalan yang berakhir di dalam kamar milik Irene.

Irene hanya diam begitu Aksara menutup pintu kamar mereka. Tatapannya tenang tetapi terlihat sangat tajam yang akan membuat siapapun yang melihatnya merasa terintimidasi.

Wanita itu duduk di tepi ranjang, tempat mereka menghabiskan malam-malam panas selama hampir satu bulan terakhir.

"Bisa jelaskan semuanya mas?" Pintanya dengan nada tenang.

"Kami masih mencari tahu sumber yang menyebarkan berita ini. Sejauh ini..."

"Bukan. Bukan itu penjelasan yang mau aku dengar." Sela Irene yang berhasil membuat Aksara terdiam.

Irene menghela napas pelan. Ada gemuruh dalam dirinya yang bergejolak, tetapi sebisa mungkin dia tenangkan agar tidak memperkeruh suasana yang sudah sangat keruh ini.

"Gini deh mas," Irene bangkit dari duduknya, berdiri tegak di hadapan sang suami. "-aku punya dua pertanyaan, dan dari jawaban kamu nanti, akan ada kemungkinan aku punya satu permintaan."

Aksara mengangguk. "Apa itu?"

"Pertama, anak itu anak kamu atau bukan?"

Aksara mengusap kasar wajahnya. "Kamu tahu jawabannya Yang,"

"Jawab saja mas!" Sentak Irene yang membuat Aksara menggeleng.

"Bukan. Dia bukan anakku."

Irene kembali menghela napas sembari memejamkan mata sesaat.

"Yang kedua, kamu pernah sejauh apa saat masih berhubungan dengan Rena?"

Aksara mengernyitkan kening saat mendengar pertanyaan kedua sang istri.

"Kenapa jadi merembet kemana-mana Yang pertanyaannya?"

"Jawab saja mas! Sejauh apa kamu berhubungan sama Rena di masa lalu? Sampai tidur bareng?"

Aksara diam. Kerongkongannya terasa tercekat saat mendengar desakan sang istri. Tatapannya bergetar, pikirannya berkecamuk.

"Ya. Kami permah tidur bersama beberapa kali."

Plakkkkkkkk

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Aksara begitu dia menyelesaikan kalimatnya. Tidak ada apapun yang terucap dari bibirnya. Tubuhnya seolah sudah siap menerima apapun yang akan dilakukan mantan atlet karate yang berstatus istrinya tersebut.

Kerongkongan Irene terasa kering, membuat tidak bisa satu katapun keluar dari bibirnya. Tatapannya bergetar, begitu juga dengan tubuhnya. Matanya terasa panas setelah mendengar ucapan sang suami.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang