Bab 26

755 93 9
                                    

Aksara yang baru saja sampai di rumah Irene sedikit terkejut saat melihat Irene masih berada di rumah. Biasanya, saat Aksara sampai, Irene sudah bisa dipastikan tidak ada di rumah. Biasanya juga Gia hanya bersama dengan pengasuhnya, hingga saat Aksara datang baru sang pengasuh akan pergi. Hal itu terus terjadi hingga sang putri yang sekarang sudah berusia 5 tahun, yang artinya ini adalah pertemuan keduanya dengan Irene setelah hampir 6 tahun perpisahan mereka.

"Rene? Kok..?"

Irene hanya menatap dingin lelaki yang mematung di depannya.

"Gia lagi demam. Kalau aku tinggalin berdua sama kamu, takutnya dia gak ke urus dengan benar." Ujarnya sarkas.

Wanita itu mundur beberapa langkah untuk menjauh dari pintu, seolah mempersilahkan Aksara untuk masuk.

"Kalau gitu aku cari hotel aja." Ucap Aksara yang sepersekian detik kemudian merutuki keputusannya sendiri karena sebenarnya ini yang selama ini dia tunggu, bertemu lagi dengan wanita yang dicintainya setelah empat tahun benar-benar tidak bisa melihat Irene kecuali hanya dari sosial medianya.

"Silahkan. Besok pagi aja kesini kalau Gia udah bangun."

"Mami..." Irene seketika berbalik saat mendengar suara putrinya yang berusia 5 tahun itu sedang memanggilnya. Anak perempuan dengan kening yang terpasang kompres itu tampak berdiri di pagar yang membatasi antara tangga dengan lantai dua.

"Ya sayang, mami naik."

"who's with you? Uncle Hans?" Tanyanya dengan nada lemah, membuat Irene dan Aksara saling bertatapan karena bingung harus berbohong atau harus jujur.

"Bukan. Ini papi kamu barusan datang." Ujar Irene pasrah setelah memutuskan tidak mau membohongi putri sematawayangnya.

"Papi?" Tanyanya dengan nada yang tiba-tiba bersemangat, membuat Irene harus menurunkan ego-nya dan mempersilahkan kembali Aksara untuk masuk.

"Cuci tangan dulu mas baru pegang Gia." Ujarnya ketus sebelum berjalan menaiki anak tangga untuk menjemput putri kecilnya.

Selesai membersihkan dirinya, Aksara bergegas mendekat ke arah Gia yang sedang berbaring di pangkuan maminya.

"Dek, kamu bobo sama papi ya? Mami mau bobo di kamar mami."

Gia segera menggelengkan kepala. Anak perempuan itu segera memeluk sang ibu seolah tidak ingin melepaskannya.

"Ya sudah, kalau gitu papi tidur di kamar bawah ya?" Aksara mengambil alih percakapan mereka berdua.

Tetapi dengan cepat gadis kecil itu meraih tangan papinya yang berdiri di samping ranjangnya yang sebenarnya hanya untuk dua orang.

"Papi juga tidur sini."

Irene dan Aksara seketika beradu tatap saat mendengar permintaan putri kecil mereka. Masalahnya ranjang untuk dua orang ini tidak mungkin diisi oleh dua orang dewasa dan satu anak kecil di tengah-tengah mereka.

Aksara tidak berkutik, lelaki itu memilih membiarkan Irene mengambil alih tanggung jawabnya untuk mengambil keputusan.

"Ya sudah." Ujarnya seraya memindah posisi Gia agar berbaring di bagian tengah ranjang setelah sebelumnya gadis itu menyandarkan kepala di pangkuan ibunya.

"Tapi harus tidur ya?" Ucapnya tegas. Irene benar-benar tidak mau harus berada di satu tempat yang cukup lama dengan Aksara.

Tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar 30 menit kemudian Gia sudah kembali tidur. Suhu tubuhnya yang belum normal membuatnya masih dengan mudah untuk kembali terlelap.

Dengan pelan Irene melepaskan tangan mungil Gia dari pinggangnya, agar wanita itu bisa segera keluar dari kamar Gia karena memang biasanya Aksara akan tidur di kamar Gia saat sedang menginap.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang