Di belahan bumi lain, Aksara yang sedang kalut terlihat menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung apartemen.
Pandangannya terus mengarah ke atas, seolah sedang menyimpan ribuan pertanyaan dan keraguan dalam sorot matanya.
"Mas..." Panggil wanita yang sedari tadi duduk di sampingnya.
Aksara menoleh ke arah wanita di sisinya.
"Mas mikir berita kemarin ya?"
Aksara menggeleng. "Kami bisa mengatasi masalah kemarin."
"Terus?"
Aksara menghela napas. "Istriku marah."
"Karena berita kita?"
Lagi Aksara menggelengkan kepala. "Tentang kita yang pernah melakukan hubungan yang terlalu jauh di masa lalu." Ucapnya samar karena ada seorang anak laki-laki yang duduk di kursi penumpang bagian belakang mobilnya.
Pagi itu, Aksara memutuskan melakukan tes DNA. Memastikan apakah anak berusia 7 tahun itu benar-benar putranya atau bukan sekaligus untuk memperbaiki rumah tangganya walaupun dia tidak tahu bagaimana caranya harus memperbaiki kesalahannya di masa lalu.
Rena dengan berlapang dada tentu saja mengizinkan sang putra untuk di tes DNA setelah Aksara menjelaskan bahwa Irene yang memintanya untuk melakukan tes tersebut.
Setelah berkonsultasi dengan ibu mertuanya, Aksara memutuskan melakukan tes DNA di J-Hospital.
Lelaki itu menceritakan semua yang terjadi pada dirinya dan Irene, terutama pertengkaran hebat mereka semalam.
[Pak, semuanya aman. Bu Rena bisa turun dari mobil dan masuk ke apartemen.]
Sebuah pesan dari Mario menjadi tanda Rena dan putranya untuk bisa segera turun dari mobil Aksara. Lelaki itu meminta Mario memastikan tidak ada yang mengikuti mereka karena tidak ingin ada berita lain yang akan lebih kacau bila melihat Rena dan putranya turun dari mobil Aksara.
Di tengah Aksara yang masih sibuk dengan segala urusannya, Irene yang hari itu memutuskan untuk hanya berdiam di rumah justru merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya. Hampir satu minggu ini wanita itu merasa ada yang janggal dengan tubuhnya, tetapi anehnya saat dia tidak melakukan apapun seperti sekarang tubuhnya justru merasa lebih lelah.
Beberapa kali dia melakukan pemeriksaan untuk suhu dan juga tekanan darah, tetapi tidak ada yang aneh dengan tubuhnya.
"Ya gini nih kalau terlalu stres." Gerutunya pada diri sendiri setelah memberikan diagnosa yang dia sendiri juga tidak yakin pada diagnosa yang dia berikan.
Hari itu, Irene benar-benar hanya diam di rumah. Puluhan panggilan dari sang suami semenjak pagi tidak ada satupun yang dia angkat, begitu juga dengan semua pesan yang dikirimkan oleh suaminya yang hanya dia abaikan. Wanita itu terlalu lelah hanya untuk meladeni kicauan suaminya.
Hari berlalu, berita yang beredar masih tetap seputar Aksara dan mantan kekasihnya. Dan yang paling memuakkan bagi Irene adalah wartawan juga ikut mengejarnya bahkan ikut menyeret namanya di laman berita.
Ulang tahunnya kali ini tidak ada perayaan. Semua ucapan selamat dari kolega maupun sesama dokter hanya dia tanggapi sebagai formalitas.
Tidak ada party ataupun acara walaupun sekedar hanya untuk 3 sahabat baiknya.
"Selamat ulang tahun bu bos kesayangan."
Irene hanya tersenyum saat mendapati Erlin, Cantika, Kaira hingga Krystal sudah berada di ruangannya begitu wanita cantik dengan rambut yang diikat rapi itu membuka pintu ruangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Wedding
FanfictieIrene dan Aksara yang bersahabat semenjak bayi tiba-tiba harus menjadi sepasang suami istri akibat perjodohan karena mereka tidak juga menikah hingga usia mereka menginjak kepala 3. Entah pernikahan seperti apa yang mereka jalani, yang jelas apabila...