Bab 27

635 92 18
                                    

"Belum tidur Rene?"

Irene yang sedang fokus dengan bukunya seketika menaikkan pandangannya sebelum menggelengkan kepala. Laki-laki dengan rambut yang sedikit lebih panjang daripada biasanya itu duduk di lantai yang beralaskan karpet, tepat di sisi kanan kaki Irene yang tertutup selimut tebal.

Tangannya meraih remote televisi di meja yang tidak jauh dari tempatnya duduk.

Aksara melirik sekilas novel di genggaman tangan sang mantan istri. "Novel horor lagi?" Tanyanya kemudian seraya menekan tombol power di deretan atas tombol remote di tangan kanannya.

"Iya." Jawabnya singkat. "Gia gak kamu temenin?" Lanjutnya bertanya.

Aksara menggelengkan kepala. "Katanya dia mau tidur sendiri malam ini." Jawabnya seraya masih berfokus mengotak atik remote di tangannya.

"Kamu mau nonton tv Sa? Emangnya kamu ngerti bahasa Belanda?"

"Ya kan kalau streaming subtitlenya gak cuma bahasa Belanda Rene." Ucapnya acuh dengan tatapan yang masih berfokus pada layar televisi.

"Besok kamu kemana Rene?" Tanyanya tiba-tiba.

"Hmm?" Irene terdiam sebentar. "Nggak kemana-mana sih." jawabnya kemudian.

"Bawa Gia piknik yuk." Ujarnya bersemangat dengan sorot mata yang berkilat tanda antusias.

"Ya udah kamu bawa aja."

Aksara menghela napas. Lelaki itu menaikkan pandangannya ke arah wanita berkacamata yang masih sibuk membalik lembar per lembar novel di tangannya.

"Berdua Rene."

Irene memutar bola matanya malas. "Kan kamu kesini cuma mau nemuin Gia kan? Kenapa jadi melebar kemana-mana?"

"Rene, kamu gak kasihan sama Gia? Kalau aku lagi disini, kamu yang gak di rumah. Giliran aku gak disini, kamu di rumah. Biarin dia ngerasain jalan-jalan sama mami papinya Rene, biarin dia ngerasain punya keluarga lengkap itu kaya apa."

Irene menutup buku di pangkuannya. Wanita itu melepas kacamata sebelum menatap lekat ke arah Aksara.

"Seharusnya aku yang tanya ke kamu. Enam tahun lalu, sebelum kamu memutuskan bohongin aku, kamu gak kasihan apa sama aku? Kamu gak mikir apa bakalan kaya gini efeknya?"

"Rene, kamu sendiri lho yang bilang..." Aksara tidak melanjutkan ucapannya saat Irene sudah berdiri dari duduknya.

Wanita dengan kimono dan gaun tidur berwarna navy itu berjalan melewati Aksara, meninggalkan lelaki itu sendirian di ruang televisi lantai dua rumahnya tanpa berniat mendengarkan Aksara menyelesaikan kalimatnya.

Suara pintu kamar yang tertutup direspon dengan helaan napas oleh Aksara.

"Dia yang bilang gak boleh ungkit masa lalu, tapi dia juga yang ungkit masa lalu." Aksara hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi heran.

*********

Matahari yang baru saja bangun dari tidur lelapnya sudah disambut oleh laki-laki yang baru saja pulang lari pagi di sekitar kawasan rumah Irene.

Salah satu hal yang Aksara sukai di sini adalah tidak ada satupun orang yang mempertanyakan hubungannya dengan Irene walaupun Aksara sering berkunjung dan menginap.

"Baru jam 6 kok sudah balik Sa?" Tanya Irene ketus begitu Aksara berkutat di sekitarnya hanya untuk sekedar mengambil gelas.

"Mas!" Bentak Irene kesal yang tanpa sadar justru membuat Aksara tertawa pelan saat pergerakannya di dapur justru mengganggu Irene.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang